Kaban: Pendidikan Mengajarkan Kita Hidup Bersama
Ciputat (7 Agustus 2018). Diklat Guru kembali digelar. Kali ini terdapat empat angkatan diklat, yaitu Diklat Teknis Substantif Ujian Nasional (UN) Bahasa Indonesia dan Biologi MA, dan Diklat Teknis Substantif Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional (UAMBN) Fikih dan SKI MTs. Kepala Badan Litbang dan Diklat (Kaban), Prof. H. Abdurrahman Mas’ud, Ph.D., berkenan membuka diklat secara resmi pada Selasa, 7 Agustus 2018. Hadir bersama Kaban, Kepala Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan, Dr. H. Mahsusi, M.M., serta pejabat eselon III, eselon IV, dan widyaiswara.
Kepala Bidang Penyelenggaraan, Efa Ainul Falah, M.A., melaporkan bahwa diklat empat angkatan ini diikuti oleh 136 orang perwakilan dari 34 Kanwil Kementerian Agama Provinsi. Diklat ditujukan untuk meningkatkan kompetensi peserta baik knowledge, skill, maupunattitude sehingga mampu membina peserta didik dalam menghadapi UN dan UAMBN. Selama mengikuti diklat, peserta akan mendapatkan materi Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Materi Esensial, Analisis Soal HOTS, dan Strategi Penyelesaian Soal UN/UAMBN.
Dalam arahannya, Kaban mengajak peserta diklat mengimplementasikan empat pilar pendidikan UNESCO, yaitu:pertama learning to know, yaitu belajar untuk mengetahui sesuatu. Belajar hakikatnya adalah sebuah upaya untuk mengetahui informasi berupa ilmu pengetahuan, aturan, dan moral yang dibutuhkan untuk kebaikan hidupnya. Kedua, learning to do, yaitu belajar untuk melakukan sesuatu. Belajar juga merupakan proses melatih siswa agar mampu melakukan sesuatu dengan baik dan benar. Melalui belajar, siswa dapat berbuat dan mengerjakan sesuatu yang bermanfaat baik untuk dirinya maupun untuk orang lain.
Lanjut Kaban, “pilar ketiga adalah learning to be, artinya belajar untuk menjadi. Belajar juga merupakan proses membentuk jati diri seseorang sehingga bisa menjadi diri yang paripurna, atau dalam terminologi tasawuf disebut insan kamil (manusia sempurna). Pendidikan hakikatnya merupakan proses penyempurnaan (istikmal) yaitu menyempurnakan karakter dari yang belum unggul menjadi unggul”, tegas Kaban. “Adapun pilar keempat adalahlearning to live together, artinya belajar hidup bersama. Pendidikan sesungguhnya mengajarkan kita mampu hidup bersama. Belajar merupakan proses penanaman nilai-nilai sosial seperti kepedulian, kebersamaan, tolong menolong, dan toleransi. Belajar adalah membentuk kesadaran bahwa kita adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup seorang diri. Melalui pilar keempat ini kita dituntut menjadi warga negara (national citizen) dan pada saat yang sama menjadi warga dunia (global citizen) yang baik’, ungkap Kaban.
Kaban menekankan relevansi empat pilar tersebut dengan pola pendidikan yang dicontohkan Nabi Muhammad saw. Menurut Kaban, pendidikan yang dipraktikkan Rasulullah juga berorientasi pada pembelajaran yang menuntun kita mampu hidup bersama. “Mitsaq Al-Madinah (Perjanjian Madinah) merupakan wujud pendidikan yang mengajak seluruh bangsa untuk hidup bersama meskipun memiliki latar belakang agama, budaya, dan suku yang berbeda”, pungkas Kaban. (efa_af/bas/sri/ar)