Kepemimpinan Guru Agama Islam pada SMA Negeri di Kalimantan Selatan;

29 Jan 2007
Kepemimpinan Guru Agama Islam pada SMA Negeri di Kalimantan Selatan;

Kepemimpinan Guru Agama Islam pada SMA Negeri di Kalimantan Selatan;

Kasus di SMA Negeri I Kota Banjarbaru

Oleh: Drs. Dahlan AR
40 halaman

Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang
2005


Langkah membentuk kepribadian siswa oleh guru agama dapat dilakukan dengan pembinaan yang bersifat kurikuler maupun ekstra kurikuler. Pembinaan yang bersifat kurikuler dilakukan melalui proses pembelajaran di kelas dan lingkungan sekolah, sedangkan pembinaan ekstrakurikuler dilakukan dengan kegiatan-kegiatan di luar kelas atau di luar kegiatan pembelajaran formal. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan tugas yang cukup penting dalam rangka pembentukan watak dan kepribadian serta perluasan wawasan tentang penghayatan dan pengamalan ajaran Islam.

Berdasarkan uraian sebagaimana tersebut diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Jumlah guru agama Islam yang mengajar di SMAN I Banjarbaru    berjumlah 3 orang. Status kepegawaiannya sebagai pegawai negeri, dengan pengalaman mengajar diatas 10 tahun; 2. Kegiatan keagamaan yang dilakukan dapat digolongkan menjadi; 3. Kegiatan ibadah meliputi salat dhuhur berjamaah sesuai dengan jadwalnya.

Sedangkan kegiatan sosial kemasyarakatan meliputi; anjangsana kepanti asuhan, anjangsana atau kunjungan kepada guru dan siswa yang kena musibah, dan pemberian santunan kepada siswa yang kurang mampu. Adapun kegiatan kesenian yang Islami yang masih berjalan adalah kesenian rebana.
Kepemimpinan guru agama di SMAN I Banjarbaru secara umum cukup baik, dilihat dari kemampuan dalam mengambil keputusan, dan memerintahkan pelaksanaannya kepada siswa atau OSIS sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawabnya. Disamping itu dengan kegiatan yang cukup banyak baik intra maupun extra kurikuler guru agama mampu menuntun, mengarahkan serta membimbing, ternyata diakui, diterima dan dipatuhi kepemimpinannya dikalangan siswa maupun guru mapel yang lain.

Dalam berbagai kegiatan tersebut diatas, kepemimpinan guru agama Islam terIihat dari cara mengatur dan menentukan kegiatan tanpa meninggalkan musyawarah dan kerjasama dengan pihak yang terkait. Pada kegiatan-kegiatan seperti kegiatan penyusunan RP dan SP yang diselenggarakan oleh MGMP. Kegiatan pesantren ramadhan, kegiatan zakat fitrah, kegiatan penyembelihan hewan kurban. Kegiatan santunan dan kegiatan ibadah serta majlis talim.
Berdasarkan uraian dan kesimpulan dari hasil penelitian ini direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut: 1). Model pembelajaran mata pelajaran agama Islam tidak selalu identik dengan pengajian atau ceramah, tetapi ada banyak model pembelajaran aktif yang melibatkan pengalaman belajar siswa. Oleh sebab itu guru Agama Islam hendaknya selalu mempelajari model-model pembelajaran baru; 2. Kepala Sekolah hendaknya selalu memonitor, memantau, dan mengevaluasi secara berkala, dan mendiskusikan persoalan­-persoalan yang muncul dalam proses pembelajaran, mata pelajaran agama Islam. Hal ini sangat perIu di laksanakan agar pembelajaran mata pelajaran agama Islam tidak ketinggalan dengan mata pelajaran lain.***

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI