Kontra Narasi Ekstrimisme di Media Online Dinilai Efektif
Jakarta (Kemenag) --- Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang Diklat Kementerian Agama menggelar riset tentang kualitas media online dalam melakukan kontra narasi ekstrimisme. Ketua Pelaksana Riset Abdul Jamil mengatakan penelitian yang dilakukan berangkat dari pertanyaan, sejauhmana efektifitas peran sejumlah media online sebagai penyeimbang media-media online yang cenderung ekstrim.
Sehubungan itu, kata Jamil, riset mencoba mengukur skor Variable Analisis Kontra Narasi Ekstrimisme di Media Online. Penelitian ini mengkaji 46 media online, dengan empat dimensi penilaian, yaitu koherensi struktural, koherensi material, koherensi karakterologis, dan kesejajaran naratif. Hasilnya menunjukkan bahwa rerata skor total Variable Analisis Kontra Narasi Ekstrimisme di Media Online berada pada angka 81,81.
“Skor ini menjelaskan bahwa media-media yang dikaji masuk kategori sangat baik sebagai media yang mengusung kontra narasi ektrimisme,” jelas Abdul Jamil dalam seminar hasil penelitian tentang Respon Tokoh Agama atas Konten Kontra Narasi Ekstrimisme di Media Online yang berlangsung di Jakarta, Kamis (25/11/2021).
Penelitian ini melibatkan 63 Responden yang tersebar di enam provinsi, dengan metode kualitatif. Data diperoleh dengan melakukan wawancara, dan kajian pustaka atau dokumen. Wawancara dimaksudkan untuk memperoleh informasi atau data secara lisan maupun tertulis. Wawancara dilakukan dengan para tokoh dan pimpinan ormas kegamaan, tokoh masyarakat dan pemuda, serta masyarakat yang pernah mengakses media online. Wawancara dilakukan terhadap minimal 4 (informan) orang yang memiliki pemahaman terkait objek penelitian dan memiliki kriteria ahli agama, memiliki konsen ke konten media online; dan memiliki kemampuan membaca konten keagamaan pada platform digital.
Dalam melakukan wawancara, peneliti dibekali dengan form instrumen. Setelah mendapatkan data, selanjutnya dilakukan pengolahan data menggunakan dua model pendekatan, dengan MDAP (Manual Data Analysis Procedure) dan ANP (Analysis Network Process).
“Hasilnya, sebanyak 30 responden (55,56%) memiliki skor penilaian variabel Standar Narasi pada Media Online yang berada pada kategori ‘Sangat Baik’. Sebanyak 26 responden (42,86%) memiliki skor penilaian variabel Kontra Narasi pada Media Online yang berada pada kategori ‘Baik’,” jelas Jamil.
“Hanya 1 responden (1,59%) yang memiliki skor penilaian variabel Kontra Narasi pada Media Online yang berada pada kategori ‘Sedang’. Dan tidak ada satu pun responden yang memiliki kategori penilaian ‘Buruk’ dan ‘Sangat Buruk’,” lanjutnya.
Penelitian ini dilakukan di beberapa kota yang ada di Jawa dan Sumatera, dengan asumsi, masyarakat di kota-kota tersebut, banyak yang mengakses media online. Adapun kota-kota tersebut adalah: Serang, Tangerang, Tangerang Selatan, Bandung, Bogor, Cirebon, Semarang, Solo, Jogjakarta. Surabaya, Malang, Medan, Palembang, Padang, dan Lampung.
Abdul Jamil menambahkan, ada tiga cara menyikapi media online ekstrim, yaitu: melakukan pemblokiran, penguatan literasi media, dan kontra narasi ekstrimisme. Menurut Doktor lulusan Institut PTIQ Jakarta ini, langkah pemblokiran media online ekstrim tidak sepenuhnya efektif. Sebab, kalau hari ini ditutup, maka bisa jadi akan segera muncul kembali media lainnya.
Sementara itu, pendekatan literasi media membutuhkan upaya Panjang. Sebab tidak mudah mengedukasi masyarakat. “Harapan terakhir ada pada penguatan media yang mengembangkan kontra narasi ekstrimisme,” tandasnya.
Edijun/humas/diad