Menag Mengajak Peserta Simposium Nasional untuk Meningkatkan Kesalehan Sosial
Bandung (22 Oktober 2018). Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menjadi keynote speech pada Simposium Nasional Pimpinan Lembaga Pendidikan Keagamaan di Bandung, Senin (22/10). Kegiatan bertema Memperkuat Lembaga Pendidikan Keagamaan Menuju Indonesia Emas 2045.
Pada kesempatan tersebut, Menag mengatakan bahwa paradigma atau cara pandang sebagian orang terhadap agama lebih menekankan pada ritualistik peribadatan semata dan kurang memberikan penekanan pada esensi agama itu sendiri.
“Sebagian memahami agama untuk kebutuhan personal, yang penting saya beribadah, kewajiban saya kepada Tuhan saya sudah terpenuhi. Tapi bukankah semua agama hadir di muka bumi agar kita mampu memberikan yang terbaik kepada sesama kita,” ujar Menag.
Selanjutnya Menag mengatakan bahwa kualitas beragama kita bukan kesalehan personal tapi kesalehan sosial. “Agama itu hakekatnya adalah kemanusiaan. Kita senang mewacanakan diskursus tentang human right, tetapi alangkah baiknya jika kita bisa meningkatkan human dignity,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Menag berpesan agar senantiasa mengedepankan paradigma bahwa pada hakekatnya semua agama mengajarkan hal yang sama agar manusia menjaga harkat dan martabatnya. Agama yang menyejahterakan kehidupan bersama, bukan agama yang dipersepsi hanya untuk individu saja, bukan pula untuk sekelompok orang saja.
Menurut Menag, agama tidak terputus hanya untuk kebutuhan personal saja, karena setiap agama mengajarkan memberikan rahmat bagi seluruh alam semesta. Artinya, tidak ada agama yang hanya mementingkan diri sendiri saja.
Pada akhir sesi, Menag juga berpesan kepada seluruh peserta Simposium Nasional agar lebih mengedepankan penafsiran yang positif saat mengajarkan agama pada anak-anak. Sehingga generasi penerus Indonesia memiliki pemahaman yang positif guna menaikkan marwah manusia, yaitu harkat derajat manusia.[]
Diad/diad