Pendampingan Setelah Pelatihan, Upaya Menghadirkan Lebih Banyak Pertanyaan Berkarakteristik HOTS

22 Feb 2023
Pendampingan Setelah Pelatihan, Upaya Menghadirkan Lebih Banyak Pertanyaan Berkarakteristik HOTS
Dr. Achmad Zanuar Anshori, S.Pd., M.Ed. dalam Orasi Ilmiah Widyaiswara Ahli Utama yang diselenggarakan di Lembaga Administrasi Negara (LAN), Rabu (22/2/2023).

Jakarta (Balitbangdiklat)---Dimensi proses kognitif mengingat dan memahami mendominasi butir soal penilaian harian, persentase pertanyaan HOTS sangat rendah dan faktor internal guru menjadi penghambat kehadiran pertanyaan HOTS dalam penilaian harian. Hasil penelitian tersebut disampaikan Dr. Achmad Zanuar Anshori, S.Pd., M.Ed. dalam Orasi Ilmiah Widyaiswara Ahli Utama yang diselenggarakan di Lembaga Administrasi Negara (LAN).

Widyaiswara BDK Surabaya tersebut memaparkan karya tulis ilmiah berjudul Analisis Soal Biologi Berdasar Dimensi Proses Kognitif dan Karakteristik Higher Order Thinking Skills (Kesesuaian dengan Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran).

Subjek penelitian survei yakni guru biologi di MAN 1 dan MAN 2 Lamongan, Jawa Timur. Data diperoleh dalam bentuk dokumentasi dan kuesioner. “Data tersebut diolah melalui proses mengumpulkan, mengkategorikan, dan menarik kesimpulan,” ujar Achmad Zanuar di LAN, Rabu (22/2/2023).

Pada kesempatan itu, Kepala Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Mastuki mengajukan pertanyaan kepada orator. Ia menanyakan soal kebaruan dari survei tersebut dibandingkan dengan penelitian-penelitian terdahulu.

Achmad mengatakan bahwa penelitiannya lebih komprehensif dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. “Penelitian ini mencakup proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Sedangkan penelitian-penelitian terdahulu biasanya hanya menggarap salah satu proses saja, tidak secara keseluruhan,” jawabnya.

Menurut Achmad, keputusannya untuk meneliti seluruh proses karena saat sidang tertutup atau biasa disebut ujian tertutup (utup), para penguji memberikan masukan terhadap KTInya.  “Setelah utup, saya kembali terjun ke lapangan untuk melakukan penelitian ulang sehingga menghasilkan penelitian yang komprehensif,” ungkapnya.

Selain itu, terdapat pula pertanyaan dari anggota majelis orasi asal Kemenpan RB yang menanyakan pengembangan selanjutnya dari penelitian tersebut.

Achmad menjawab bahwa yang paling penting adalah pendampingan setelah lulus dari pelatihan sehingga akan banyak dihasilkan pertanyaan berkarakteristik HOTS (high order thinking skills) dan bukan LOTS (low order thinking skills).

“HOTS menyangkut kemampuan analisis agar siswa terbiasa berpikir kritis sedangkan dimensi proses kognitif adalah kemampuan berpikir untuk menyelesaikan soal (mengingat dan memahami),” ujarnya.

Sebagai informasi, orasi ilmiah widyaiswara utama adalah pidato dan pengukuhan bagi widyaiswara ahli utama sebagai wujud akuntabilitas akademis atas jabatan yang dipangkunya.

Sebelum sampai pada tahap orasi ini, calon widyaiswara ahli utama harus lulus pada sidang tertutup atau biasa disebut ujian tertutup. Karya tulis ilmiah widyaiswara tersebut diuji untuk memperoleh rekomendasi publikasi karya tulis ilmiah ke dalam jurnal sebagai syarat pengajuan pengangkatan dalam jabatan fungsional widyaiswara ahli utama.

Hadir pada orasi tersebut, sebagai anggota majelis yaitu Dr. H. Mastuki, M.Ag., (Kepala Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan), Dr. Ir. Sri Rejeki Nawangsasih, M.Si. (Kementerian PAN RB), Dr. Boediarsa Teguh Widodo, M.E. (Asosiasi Profesi Widyaiswara Indonesia) dan sebagai Ketua Majelis yaitu Erfi Muthmainah, S.S., M.A. (Kapusbin JF Bangkom ASN LAN). (RPS/diad)

Penulis: Rini Purwanti
Editor: Dewi Indah Ayu
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI