Praktik Baik Moderasi Beragama di Desa Rama Agung Bengkulu Utara
Surabaya (Balitbang Diklat)---Berbicara mengenai Desa Rama Agung tidak bisa dipisahkan dengan Bali. Sejarah mencatat penduduk desa ini bermula dari transmigrasi penduduk Bali akibat meletusnya Gunung Agung di tahun 1963. Seiring berjalannya waktu, berdatangan masyarakat dari berbagai agama, etnis, suku, dan budaya. Penduduk Desa Rama Agung saat ini terdiri dari lima agama dan semua agama sudah memiliki rumah ibadah di dalam desa.
“Selain tempat ibadah, kami juga memiliki lokasi pemakaman yang tempatnya satu wilayah tapi dibatasi hanya dengan pagar. Sehingga kami punya semboyan, ‘ketika hidup kami rukun, maka ketika meninggal pun kami ditempatkan berdekatan’, sehingga tidak pernah ada protes”, ujar Putu Suriade, Kepala Desa Rama Agung Bengkulu.
Moderasi beragama yang diterapkan di Desa Rama Agung Bengkulu dinobatkan juara 1 dalam ajang Lomba Inovasi Moderasi Beragama kategori Desa atau Kampung Moderasi yang diselenggarakan Balai Litbang Agama Semarang tahun 2023. Sebagai juara 1, berkesempatan memaparkan inovasi Moderasi Beragama (MB) dalam diskusi Publik dan Ekspos Inovasi Moderasi Beragama dengan tema “Membangun Harmoni Melalui Kampung Moderasi dan Rumah Ibadah Moderasi, bertempat di Universitas Airlangga, Surabaya, Senin (23/10/2023)
Lebih lanjut, Suriade mengatakan Desa Rama Agung sering mengadakan festival kebudayaan yang melibatkan semua agama. Misalnya, Festival Ogoh-Ogoh untuk menyambut Hari Raya Nyepi, Festival Karnaval Kebudayaan dan Kerukunan, Pentas Seni dan Budaya yang diikuti dan dihadiri oleh masyarakat dari semua agama.
Inovasi lainnya dari Desa Rama Agung yaitu dibentuknya keamanan adat (baca: Pecalang) yang awalnya hanya diperuntukkan menjaga kegiatan umat Hindu kemudian dikembangkan untuk menjaga keamanan ibadah atau kegiatan agama selain Hindu.
Nilai yang terus dijunjung oleh penduduk Desa Rama Agung untuk merawat kerukunan dan memperkuat moderasi beragama di lingkungannya adalah “saling menghormati, selalu menghargai, saling mengunjungi, dan silaturahmi”.
Moderasi beragama yang diusung Desa Rama Agung telah menghidupkan potensi-potensi wisata religi. Beberapa destinasi wisata religi tersebut antara lain pemakaman bersama kerukunan umat beragama, Tugu Kerukunan Umat Beragama, Lembah Talang Baginda, dan Rumah Ibadah Panca Bhineka.
“Kami hidup damai, rukun dalam satu kegiatan apa pun selalu bersama-sama. Ini akan kita jaga selamanya dan kami akan mengajak kepada semua orang untuk hidup berdampingan karena perbedaan itu indah,” pungkas Suriade dalam paparannya. (Fathurrozi/bas/sri)