Puslitbang LKKMO Selenggarakan FGD Naskah Akademik Pendirian Pusat Kajian Manuskrip Keagamaan Nusantara di UIN Raden Fatah Palembang

6 Sep 2019
Puslitbang LKKMO Selenggarakan FGD Naskah Akademik Pendirian Pusat Kajian Manuskrip Keagamaan Nusantara di UIN Raden Fatah Palembang

Palembang (5 September 2019). Saat ini nilai-nilai Islam yang dipraktikkan di Nusantara menjadi model keberislaman dunia. Karenanya, kajian manuskrip Nusantara menjadi sangat penting, maka negara harus hadir dalam hal ini.

Pernyataan Menteri Agama Lukman Hakin Syaifuddin di atas menjadi dasar Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan dan Manajemen Organisasi (LKKMO) untuk menginisiasi pembentukan Pusat Kajian Manuskrip Keagamaan Nusantara (PKMKN).

Sebagai langkah awal, Puslitbang LKKMO mengagendakan kegiatan pembahasan naskah akademik pendirian Pusat Kajian Manuskrip Keagamaan Nusantara (PKMKN) melalui serangkaian FGD di berbagai wilayah. Salah satunya di Palembang, Sumatera Selatan.

Bekerja sama dengan MICI (Malay Islamic Civilizatian Insitute) serta Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah Palembang, kegiatan FGD berlangsung pada tanggal 5 September 2019.

Dalam sambutannya, Wakil Rektor I Ismail Sukardi menyatakan bahwa UIN Raden Fatah telah memiliki pusat Kajian Melayu yaitu MICI.

“MICI diproyeksikan akan menjadi seperti PPIM-nya UIN Syarif Hidayatullah. Menjadi lembaga yang prestise di bidangnya dengan memiliki kantor, program dan anggaran yang terencana dengan baik,” ujar Ismail didampingi Dekan Fak Adab Nur Huda di Aula Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah, Kamis (05/09).

Kerjasama ini membuat peluang integrasi antarkeilmuan terbuka lebar. “Untuk menangani manuskrip perlu interkoneksi antarfakultas sehingga tidak hanya tentang naskah keagamaan, tetapi bisa juga diintegrasikan dengan kajian terkait hukum, saintis, budaya, dan lainnya maka perlu dibentuk semacan lab terpadu,” lanjut Wadek Ismail.

“Kami memiliki peneliti dan staf yang kompeten dalam kajian Melayu.  Selain itu, kami juga terus berupaya meningkatkan output melalui publikasi hasil kajian baik melalui jurnal, buku, dan sosialisasi bentuk lainnya. Maka, bisa dikatakan 100% kami siap jika dibutuhkan MoU ataupun MoA untuk merealisasikan kerjasama tersebut,” papar Ismail.

Digambarkan pula bahwa distingsi kajian Melayu Islam semakin mengakar di UIN Raden Fatah, sehingga FGD ini bisa menjadi fondasi yang kuat untuk memposisikan kajian Islam Melayu, tak terkecuali dengan kekayaan manuskripnya.

“Harapan kami, semoga FGD ini menjadi momentum adanya kegiatan terkait manuskrip. Oleh karenanya, kerjasama Puslitbang LKKMO melalui PKMKN dan MICI UIN Raden Fatah ini perlu disambut dan ditidaklanjuti dengan baik sehingga dapat segera terealisasi,” ungkapnya.

Sementara itu, Retno Kartini sebagai perwakilan Kepala Puslitbang LKKMO menyatakan bahwa pendirian PKMKN perlu didukung oleh berbagai pihak, terutama dari para penggiat naskah di UIN Raden Fatah dan masyarakat.

“Selama ini banyak pihak yang berkecimpung dalam bidang pernaskahan, namun masih bekerja secara parsial dan belum terpadu. Oleh karena itu, Puslitbang LKKMO menginisiasi pendirian Pusat Kajian Manuskrip Keagamaan Nusantara (PKMKN) yang memberikan perhatian pada kajian manuskrip keberagamaan secara komprehensif, dikelola secara profesional, serta melakukan kajian terus menerus. Hasil akhir kajian ini dapat dijadikan sebagai rujukan para sarjana dalam mengkaji manuskrip moderasi agama,” ungkap Retno.

Selain itu, Retno mengungkapkan bahwa perlu kerja keras dan kerja lugas untuk mewujudkan PKMKN. Ia pun berharap agar para peserta memberikan masukan untuk penyempurnaan naskah akademik pembentukan PKMKN.

Acara diskusi menghadirkan dua orang narasumber, ketua MICI (Malay Islamic Civilizatian Insitute Endang Rochmiatun dan Aguk Irawan. Secara ringkas Aguk Irawan menyampaikan tentang pentingnya PKMKN dibentuk sebagai wujud kehadiran negara dalam ”mengurusi” manuskrip keagamaan yang tersebar di belahan Nusantara.

Secara khusus Aguk menginformasikan pada peserta GFD tentang pentingnya kajian manuskrip Nusantara. “Sejak abad ke-17 Nusantara sudah menjadi wilayah dengan mayoritas Muslim. Memasuki abad ke-18 menjadi negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Tradisi di Indonesia masih utuh, artinya memiliki karakter yang tidak larut dan hilang karena kemajuan zaman. Kekayaan intelektual yang terlihat pada manuskrip masih terjaga. Indonesia sungguh khas dan unik sebagai negara Muslim, hanya bisa ditandingi oleh Persia,” papar narasumber Aguk yang dikenal sebagai penulis, budayawan, dan penggiat naskah kuno.

Sayangnya status Indonesia sebagai negara besar dengan melimpahnya karya intelektual para pendahulu ini terlambat disadari. Padahal keberadaan manuskrip bisa menjadi pemersatu identitas bangsa yang mulai merapuh,” lanjut Aguk yang saat ini menetap di kota Bantul, Yogyakarta.

Aguk juga menyampaikan bahwa saat ini banyak naskah kuno tersimpan di ahli waris yang tidak mempunyai “respek” terhadap warisan intelektual ini. Untuk itu PKMKN akan menjadi pusat kajian bersifat nasional yang filialnya bahkan direncanakan akan tersebar pada 120 titik di Indonesia. Salah satunya ada di UIN Raden Fatah Pelembang. Keberadaan lembaga ini tentunya perlu didukung oleh semua pihak dengan segenap upaya dan tenaga.

Pada kesempatan yang sama, Ketua MICI Endang Rochmiatun mengungkapkan betapa pentingnya kajian tentang manuskrip keagamaan.

“Palembang sangat kaya dengan manuskrip Melayu. Kekayaan khazanah dan budaya keagamaan tergambar dalam manuskrip tulis tangan, utamanya yang berasal dari era kesultanan Palembang,” papar Endang Rochmiatun.

“Naskah Palembang mengandung beragam tema seperti astronomi, bahasa, sejarah, fikih, tasawuf, silsilah raja-raja, surat-surat sultan Palembang, naskah wayang Palembang, dan lainnya. Saat ini keberadaan manuskrip Palembang tarsebar di berbagai tempat seperti di Museum Negeri Palembang, Perpusnas, dan Universitas Leiden Belanda (65 naskah masa Sultan Badaruddin). Selain itu, ada juga di yang masih tersimpan di masyarakat,” ujar Doktor Sejarah lulusan UI tersebut.

Palembang bisa menjadi pusat skriptorium manuskrip dan menjadi pusat perkembangan Islam menggantikan Aceh yang mulai meredup.  Banyak dijumpai naskah dalam bentuk gelumpai yaitu bilah-bilah bambu seperti naskah Kaganga.

Dalam paparannya narasumber Endang Rochmiatun menyatakan perlu pendekatan interdisipliner dalam mengkaji manuskrip misalnya mengkaji kitab pengobatan, kitab mujarobat dan dikaitkan dengan saintis.

Mengakhiri paparannya, ia menyatakan bahwa kedepan perlu ditingkatkan sinergitas antara Puslitbang LKKMO melalui PKMKN dengan MICI UIN Radden Fatah. Caranya dengan membuka lebar akses  berbagai kajian terkait dengan manuskrip keagamaan di Palembang.

Diskusi seputar naskah akademik PKMKN berlangsung menarik. Banyak masukan dari peserta yang secara umum menyambut baik rencana pembentukan PKMKN ini. Secara bergantian para narasumber mengomentari berbagai tanggapan peserta. Acara diskusi dipandu oleh Irham Falahuddin dan Dolla Sobari.  “Kita tahu apresiasi masyarakat terhadap naskah kuno beragam. Naskah itu antara perlu, tidak perlu, tapi diperlukan,” ujar Irham Falahuddin.

Pokok-pokok pikiran yang berkembang dalam diskusi antara lain menyatakan bahwa perlu pengintegrasian dengan keilmuwan lainnya dalam mengkaji manuskrip. Misalnya diintegrasikan dalam konteks saintis. Dalam kerangka kerjanya, PKMKN perlu bekerja sama dengan lembaga lain baik terkait preservasi, konservasi, maupun digitalisaasi. Misalnya dengan Dreamsea, PLKKMO, Perpusnas, atau Arsipnas agar tidak terjadi pengulangan. Wilayah kajian manuskrip perlu diperluas tidak hanya manuskrip keagamaan.

“PKMKN perlu mengupayakan meningkatkan minat generasi muda terhadap manuskrip. Bagaimana menginformasikan kajian manuskrip yang kekinian, lebih millenial, dan asyik. Lebih cair bagi anak-anak muda,” ujar peserta dari Malaya, sebuah oerganiasasi penggiat kajian Melayu.

Diskusi diakhiri dengan kesepakatan bersama bahwa PKMKN perlu didukung oleh semua pihak agar menjadi lembaga resmi yang menaungi kajian manuskrip secara nasional. Lembaga-lembaga sejenis di daerah perlu lebih bersinergi agar manuskrip sebagai bentuk identitas bangsa ini mendapatkan tempat sebagaimana mestinya.

Acara yang dilaksanakan di aula ini dihadiri oleh 30 orang peserta yag sebagian besar merupakan penggiat naskah klasik anggota MICI, pers, dan juga pemerhati kajian sejarah dan budaya. Selain itu, hadir pula para akademisi dari UIN Raden Fatah. []

Ret-No/diad

 

 

 

 

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI