Puslitbang Penda Dorong Lahirnya Kader Ulama Peneliti dari Ma’had Aly
Bogor (31 Oktober 2018). Kepala Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Balitbang Diklat Kemenag, Prof Dr Amsal Bakhtiar, mendorong lahirnya kader ulama peneliti dari lingkungan Ma’had Aly. Upaya tersebut dilakukan melalui kegiatan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Mahasantri (PKTIM) Tahun 2018. Kelahiran para calon ulama besar harus kita dorong melalui kegiatan berbasis riset dan literasi.
Hal tersebut dikatakannya saat membuka resmi Seminar Hasil Penelitian PKTIM yang dihelat di Hotel Grand Savero Bogor, Rabu (31/10) malam. “Anda akan menjadi calon ulama besar harusnya jauh lebih produktif dari para ulama yang lama, jadul dan super jadul. Mengapa saya katakan demikian? Karena ulama yang jadul jangankan AC, listrik saja tidak ada,” ujar Amsal.
Di era milenial, lanjut dia, semua fasilitas ada. Betapa enaknya para santri sekarang. “Listrik ada, laptop dan komputer tersedia, internet di mana-mana. Cara menulis sekarang juga sangat simpel karena bahan dan data berlimpah,” jelas Amsal.
Pria asal Padang ini lalu bercerita betapa repotnya saat masih nyantri di pesantren dan di bangku kuliah. Pada saat menyusun risalah Bachelor of Arts, misalnya, ia masih menggunakan mesin ketik manual.
“Mesin tik itu tebalnya luar biasa. Beratnya kira-kira tujuh kilo. Itu saya bawa ke mana-mana. Kalau salah ketik saya kasih tip ex. Karena masih basah, kalau mau ngetik di tempat yang sama, harus ditiup-tiup dulu. Biar cepat kering,” kenangnya disambut tawa hadirin.
Mantan Direktur Diktis Ditjen Pendis Kemenag ini lalu mencontohkan para ulama jadul seperti Hadratusy Syekh Hasyim Asy’ari, memiliki banyak karya monumental. “Saat itu jangankan mesin ketik, listrik saja tidak ada. Tapi produktivitasnya tinggi. Ini yang perlu kita teladani,” tandasnya.
Para ulama Nusantara sebelumnya, lanjut Amsal, pun telah menorehkan tinta emas di ranah keilmuan yang diakui dunia luas melalui karya tulis mereka. Di antaranya Syekh Yasin Al-Fadani, Syekh Nuruddin Ar-Raniri, Syekh Nawawi Al-Bantani, Syekh Ahmad Khatib Al-Sambasi, Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, Syekh Abdus Shamad Al-Falimbani, kesemuanya berkarya melalui tulisan tangan.
“Beliau-beliau menulis di kertas-kertas biasa. Mereka berhasil meneguhkan performance pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan yang kredibel. Inilah tantangan kita bahwa mahasantri yang ditargetkan untuk menjadi ulama besar, menjadi orang hebat, harusnya jauh lebih produktif,” tegasnya lagi.
Dalam laporannya, Kabid Litbang Pendidikan Keagamaan Muhammad Murtadlo mengatakan, tahun ini peserta yang mendaftar ada 40 mahasantri. “Lalu pengirim naskahnya ada 32 orang. Kemudian, setelah disaring tinggal 15 santri dengan judul penelitian yang disetujui para dewan juri,” ujarnya.
Senada dengan Amsal Bakhtiar, Murtadlo berharap ke depan banyak mahasantri Ma’had Aly yang tertarik untuk mengirimkan karyanya di forum PKTIM. “Problemnya kemarin informasi ini tidak sampai ke mereka. Semoga ke depan lebih meriah,” kata Murtadlo.
Koodinator kegiatan Nunu Ahmad Annahidl mengatakan, seminar dijadwalkan tiga hari, Rabu-Jumat, 31 Oktober-2 November 2018. Tiga narasumber yakni Peneliti LIPI Ali Humaedi, Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Khoeron Sirin dan Hamami Zada dihadirkan dalam acara tersebut. Hadir juga sejumlah peneliti Puslitbang Penda dan para undangan dari kalangan akademisi dan aktivis organisasi seperti PMII, HMI, dan IPP. (Ova/bas/ar)