Sekjen: Perbedaan dan Keberagaman Adalah Kekayaan
Ciputat (Balitbang Diklat)---Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Muhammad Ali Ramdhani mengatakan Indonesia adalah mozaik khatulistiwa. Kenapa disebut mozaik khatulistiwa? Karena memang mozaik tempelan dari beragam suku, agama dan kepercayaan dan lain sebagainya. Jadi, keberagaman itu adalah kekayaan.
“Sebab bagaimana mungkin masakan itu enak kalau tidak banyak rasa, bagaimana mungkin lukisan itu indah kalau hanya dibangun dengan satu warna, lukisan itu indah dengan banyak warna, catatannya sepanjang komposisinya proporsional,” ujar Sekjen saat membuka Training of Trainers (ToT) Penguatan Moderasi Beragama bagi Aparatur Negara Lintas Kementerian/Lembaga di Pusdiklat Tenaga Administrasi, Ciputat, Selasa (6/7/2024).
Menurut Sekjen, moderasi beragama bukan moderasi agama, sebab agama itu hadir sudah moderat.
Lebih lanjut, Sekjen mengatakan bahwa ada pembangunan rumah ibadah bikin kisruh luar biasa, baik intra maupun antar umat beragama. Padahal kita tahu yang namanya rumah ibadah adalah tempat menyemai kasih sayang menebar kebaikan. “Tapi ada rumah untuk menyebar kebaikan diprotes ada sesuatu hal yang salah di diri kita,” terang Sekjen.
Sekjen menjelaskan bahwa moderasi beragama bukan sebagai pendangkalan agama justru moderasi beragama itu adalah pemahaman dan penghayatan agama secara mendalam. Di komunitas muslim disebutlah Islam wasathiyah, di Kristen dan Katolik disebutlah golden mean begitu juga dengan Hindu dan Buddha.
“Jangan pula setelah kita mengikuti pelatihan moderasi beragama jadi permisif serba membolehkan, artinya jika tidak salat tidak apa-apa, tidak puasa tidak apa-apa,” ungkapnya.
Sekjen menyebutkan empat hal yang menjadi butir-butir atau pilar-pilar moderasi beragama. Pertama, toleransi. Toleransi itu adalah sikap menerima perbedaan.
“Toleransi itu adalah menurunkan sedikit egoisme, kita menurunkan sedikit pemahaman kita untuk memahami orang lain,” ucapnya.
Kedua, komitmen kebangsaan. Bahwa perbedaan apa pun, semuanya mozaik indah di zamrud katulistiwa, tidak boleh jadi pertentangan.
Selanjutnya, anti kekerasan dan terakhir penghormatan terhadap tradisi. “Semua budaya yang ada harus dihormati,” tandasnya.
Kepala Pusdiklat Tenaga Administrasi Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Syafi’i melaporkan TOT Penguatan Moderasi Beragama bagi Aparatur Negara Lintas Kementerian/Lembaga yang baru pertama kali diselenggarakan Pusdiklat Tenaga Administrasi dilaksanakan dari 5-11 Agustus 2024 di Kampus Pusdiklat Tenaga Administrasi.
Peserta berjumlah 30 orang terdiri dari BPSDM Kementerian Dalam Negeri, Polri, Kementerian Agama, PPSDM BNN, Pusdiklat Bela Negara Kemhan, PPSDM Kemenaker, BSDK Mahkamah Agung, BPSDM Kemendes PDTT, BPPK Kemenkeu, BKKBN, TNI AD Disbintalad, BPSDM Provinsi DKI Jakarta, Badan Diklat Kejaksaan RI, Bakesbangpol Prov. Jabar dan Kemendikbudristek.
Hadir juga pada kesempatan ini Ketua Timker Penyelenggaraan Pelatihan Moderasi Beragama Djubaidah dan fasilitator pokja moderasi beragama.(RS/sri)