Soal BRIN, Kapus M Zain: Peneliti Harus Siap Hadapi Kenyataan
Cibubur (23 Agustus 2019). Sebagai Ketua Panitia Temu Peneliti Kemenag 2019, Kepala Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajeman Organisasi (LKKMO) Muhammad Zain mengatakan, peneliti harus siap menghadapi kenyataan dan segala kemungkinan termasuk rencana pemerintah mendirikan lembaga untuk seluruh peneliti bernama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
“Soal BRIN, yang penting kita siap saja tidak perlu reaktif tetapi harus produktif dan berpikir konstruktif. Saya jadi teringat sebuah filosofi, bahwa orang Padang itu banyak dan panjang akalnya. Kalau kapalnya mau karam, pasti dia bisa meloncat ke kapal musuh. Di situ cerdasnya orang Padang dalam bernegosiasi. Ada ilmu loncatnya itu. Kalau salah loncat, bisa kecebur kita,” ujar Zain berseloroh saat menutup Temu Peneliti, Jumat (23/08).
Pria asal Mandar, Sulawesi Barat, itu menambahkan bahwa para peneliti harus terus memproduksi gagasan. “Sebab, dengan ide dan gagasan itu dapat mendatangkan uang. Uang kita akan lari jika kita tak punya gagasan. PR kita ini masih banyak,” kata Zain.
Menurut dia, ada fenomena menguatnya radikalisme dan terorisme yang harus dikaji dengan multi disipliner. Perspektif geopolitik harus terlibat di sini. Bahwa radikalisme itu juga berkait-kelindan dengan geopolitik dunia global. Perang saudara di Sudan, Darfur itu terkait ‘sengketa lahan’ dan migas.
“Barangkali hal yang sama juga terjadi pada perang Sunni-Syi'ah di Yaman. Jadi masalahnya kompleks dan tidak sederhana. Oleh karena itu, saya minta para peneliti terutama profesor riset untuk terus memproduksi ilmu pengetahuan dan mengawal keberlangsungan peneliti Litbang,” tandas doktor jebolan UIN Yogyakarta ini.
Mantan Kasubdit Ketenagaan pada Ditjen Pendis Kemenag ini berharap para peneliti tetap semangat dan optimis dalam menghadapi kenyataan apapun. “Saya berpesan kepada hadirin sekalian, jika akhirnya pada 2020 lahir BRIN lalu kita berpisah kantor, saya hanya titip pesan satu hal. Jadilah kita sebagai pemecah ombak, bukan jadi batu sandungan di rumah baru,” pesan Zain.
Di tempat yang sama, Sekjen Asosiasi Peneliti Agama Indonesia (APAI) M Adlin Sila yang baru saja dikukuhkan sebagai Ketua APAI yang baru mengatakan, eksistensi APAI tetap dilanjutkan meski BRIN nanti akan terbentuk.
“Fungsinya untuk memperjuangkan kepentingan para peneliti di lingkungan Kementerian Agama baik di Litbang maupun di IAIN/UIN seluruh Indonesia,” ujar pria asal Makassar ini.
Dalam kesempatan tersebut, Adlin Sila menyampaikan terima kasih atas kepada para peneliti yang secara aklamasi memilihnya sebagai Ketua APAI. “Saya bukan siapa-siapa tanpa peneliti sekalian. Mari kita terus berjuang,” ujarnya mantap.
Saat ditanya apa yang akan dilakukan pascapengukuhannya sebagai Ketua APAI, ia menegaskan akan melakukan repositioning peran dan tugas peneliti agama di Kementerian jika nantinya BRIN terbentuk. “Termasuk memperjuangkan anggaran penelitian bidang agama di BRIN,” tandas Adlin.
Sebelumnya, mantan Kepala Balai Litbang Agama Jakarta dan mantan Kepala Bidang Litbang Kerukunan pada Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan ini menjabat sebagai Sekjen. Sementara ketuanya adalah Prof. Imam Tolkhah.[]
Musthofa Asrori/diad