TOLERANSI DALAM PANDANGAN MUSLIM MAYORITAS DI PANDEGLANG
TOLERANSI DALAM PANDANGAN MUSLIM MAYORITAS DI PANDEGLANG
Oleh: Tim Peneliti
Tim Puslitbang Kehidupan Beragama
2006
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang toleransi dalam pandangan masyarakat Muslim mayoritas di Pandeglang. Tujuan penelitian ini adalah : 1) Mengetahui nilai-nilai (values) yang dianut bersama masyarakat Muslim mayoritas di Pandeglang, 2) Pengetahuan masyarakat Pandeglang tentang toleransi (untuk melihat bagaimana penafsiran pemimpin dan masyarakat Pandeglang tentang hidup berdampingan dengan kelompok yang berbeda agama), 3) Penilaian masyarakat terhadap peran yang harus dilakukan berkaitan dengan masalah toleransi (untuk melihat partisipasi masyarakat menghadapi persoalan-persoalan antar umat beragama), 4) Tipe interaksi mayoritas-minoritas (untuk melihat hubungan formal/informal Muslim dengan non-Muslim dalam kehidupan sehari-hari), dan 5) Mengetahui peran pemimpin dalam mensosialisasikan konsep toleransi : Pola sosialisasi pemimpin tentang konsep toleransi (untuk melihat apakah pola sosialisasinya bersifat repressif ataukah partisipatoris).
Berdasarkan data yang ada penelitian ini menarik kesimpulan Temuan Penelitian
· Pengetahuan masyarakat Muslim Pandeglang tentang toleransi banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianut bersama, terutama yang berasal dari agama. Nilai-nilai tersebut sudah mentradisi dan diyakini secara turun temurun. Kelompok sosial yang paling berperan memelihara nilai-nilai itu adalah ulama, baik para kyai maupun jawara yang menjadi ustadz.
· Term toleransi masih menjadi istilah sensitif. Meski antara warga Muslim yang mayoritas dan warga non-Muslim yang minoritas sudah berbaur, namun bila membicarakan masalah toleransi mereka sangat berhati-hati. Warga Muslim lebih nyaman menggunakan istilah toleransi kewargaan daripada toleransi agama.
Penelitian ini merekomendasikan perlunya segera dilakukan dialog antar kelompok Muslim dan non-Muslim berkaitan dengan konsep toleransi dengan pemerintah sebagai fasilitatornya. Upaya ini dilakukan untuk menjembatani ketegangan wacana antar mereka yang pada pergaulan sehari-hari telah mampu berbaur dan berinteraksi secara baik.
Pemimpin agama, baik kyai maupun jawara yang ustadz, berperan penting dalam mensosialisasikan konsep toleransi karena itu perlu dilakukan pelatihan atau workshop untuk mereka mengenai konsep toleransi. Perlu melibatkan perguruan tinggi setempat dalam proses sosialisasi mengenai konsep toleransi yang sudah dirumuskan melalui workshop tersebut.***