Tutup Orientasi bagi PPPK, Kaban Berpesan Agar Peserta Tingkatkan Literasi Digital

19 Nov 2022
Tutup Orientasi bagi PPPK, Kaban Berpesan Agar Peserta Tingkatkan Literasi Digital

Surabaya (Balitang Diklat)---Saat ini eranya sangat berbeda dengan era 60- an di mana saat itu guru mengajar pakai black board, asbak, dan kapur tulis.  Namun, sekarang semuanya serba digital. Main sentuh (touchscreen) without white board, apalagi blackboard. Maka guru yang ilmunya sudah melangit harus mengikuti perkembangan teknologi dengan meningkatkan literasi digital.

Hal ini dikatakan Kepala Badan (Kaban) Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Prof. Suyitno, saat menutup kegiatan Orientasi bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kediri, Sabtu (19/11/2022).

Lebih lanjut, Guru Besar Universitas Islam Negeri Raden Patah, Palembang ini, menyampaikan bahwa  saat ini adalah era generasi Z yang lahir sekitar  1997-an ke atas.

“Generasi Z responnya cepat, mudah melakukan perubahan dan bisa mengerjakan tiga pekerjaan sekaligus dalam satu waktu, generasi yang multi talent, dan  banyak kompetensi. Anak-anak jaman sekarang tidak mau menerima pengajaran yang out of date,” ujarnya.

Menurut Kaban, jika dikelompokkan, maka generasi dibagi menjadi  empat, yaitu generasi baby boomers yang lahir sekitar 1946 s.d. 1964. Generasi X  yang lahir sekitar 1965 s.d. 1980, generasi Y (milenial) yang lahir 1981 s.d. 1996, dan generasi Z yang lahir 1997 s.d. sekarang.

Saat ini, lanjut Kaban, para siswa adalah tergolong mereka yang masuk dalam generasi Z, maka dalam pembelajaran di kelas, guru harus terus belajar, terutama kemampuan teknologi informasi. Di depan kelas guru harus kelihatan lebih pintar dibanding siswanya dan menguasai informasi terkini terkait dengan mata pelajaran dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Today is today, it is very late. Today  is tomorrow. Al an huwa al ghodan. Yang kita kerjakan hari ini adalah untuk kepentingan besok. Jadi, kita tak mungkin lagi menyampaikan hal yang sudah kadaluwarsa, kata Kaban.

Kaban menjelaskan  bahwa seorang guru fikih, misalnya, juga perlu meningkatkan literasi digital. Saat ini sudah marak pemakaian uang digital seperti bitcoin, sehingga transaksi tidak harus memakai uang kertas, karena yang dikatakan uang yang terpenting adalah nilai intrinsiknya. Maka, menurut Kaban, pengajaran fikih untuk siswa perlu membahas tentang virtual money, sehingga tidak ketinggalan dalam merespon era digital.

Pada saat yang sama, Kepala Balai Diklat Keagamaan (BDK) Surabaya Surabaya, H. Japar, menyampaikan bahwa peserta yang mengikuti orientasi tersebut berjumlah 80 orang dengan berprofesi sebagai guru. Selama pelatihan, peserta mengikuti proses pembelajaran dengan tertib dan terlibat aktif mengikuti materi yang disampaikan widyaiswara.

Kegiatan penutupan yang dihadiri pejabat Kemenag Kabupatena  Kediri, panitia penyelenggara, dan widyaiswara ini berlangsung semarak, karena diakhiri dengan pelantunan lagu oleh Kepala Badan Litbang dan Diklat. (AF/sri/bas).

 

 

Penulis: AF
Sumber: BDK Surabaya
Editor: Sri Hendriani dan Abas
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI