Urgensi Petunjuk Keselamatan dalam Konflik Sosial Keagamaan

26 Jul 2024
Urgensi Petunjuk Keselamatan dalam Konflik Sosial Keagamaan
Focus Group Discussion (FGD) "Urgensi Safety Instruction (Petunjuk Keselamatan) dalam Konflik Sosial Keagamaan" yang diselenggarakan Puslitbang BALK Balitbang Diklat Kementerian Agama di Jakarta, Rabu (24/7/2024).

Jakarta (Balitbang Diklat)---Puslitbang Bimbingan Masyarakat Agama dan Layanan Keagamaan (BALK) Balitbang Diklat Kementerian Agama mengadakan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema "Urgensi Safety Instruction (Petunjuk Keselamatan) dalam Konflik Sosial Keagamaan." 

 

Acara ini dihadiri berbagai narasumber dan peserta dari berbagai kementerian serta lembaga terkait seperti Kemenko PMK, Kemenkumham, Kemenhan, Kementerian PPPA, Kemendagri, Kemenkes, Kemensos, PKUB, dan lain-lain.

 

Dalam diskusinya, Abdul Jamil dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyampaikan beberapa poin penting terkait regulasi dan implementasi penanganan konflik sosial keagamaan. 

 

Menurutnya, regulasi yang ada saat ini sudah cukup baik, namun implementasinya seringkali terlambat. Ia menekankan pentingnya panduan-panduan praktis yang belum terbentuk atau digarap secara serius.

 

"Pendekatan tidak hanya dari pemerintah, masyarakat juga harus terlibat aktif. Regulasi harus berparadigma mulai dari pencegahan, penghentian, hingga rehabilitasi," ujar Abdul Jamil di Jakarta, Rabu (24/7/2024).

 

Lebih lanjut, Abdul Jamil menyatakan bahwa konflik yang melibatkan agama seringkali hanya bersifat komplementer dan tidak menjadi faktor utama. Paradigma keterlibatan masyarakat harus komprehensif dan tidak boleh mengabaikan faktor agama dalam penyelesaian konflik.

 

Asisten Deputi Moderasi Beragama Kemenko PMK Thomas Ardian Siregar juga turut memberikan pandangannya. Ia menyoroti adanya peraturan presiden yang menginstruksikan semua Kementerian dan Lembaga (K/L) untuk melakukan penguatan moderasi beragama. Menurutnya, yang lebih utama adalah bagaimana upaya memitigasi konflik secara efektif.

 

“Pentingnya pendidikan toleransi, dengan menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, seharusnya semakin baik pula tingkat toleransinya,” ucapnya.

 

Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya pesan-pesan melalui media sosial. "Pesan-pesan melalui media sosial sangat penting dan berpengaruh. Narasi-narasi yang menyejukkan dan memberi pesan damai perlu didorong," pungkasnya. (Barjah/bas/sri)

   

 

Penulis: Barjah
Sumber: Barjah
Editor: Abas dan Sri Hendriani
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI