Wamenlu: Ini yang Terjadi di Masyarakat Global

5 Okt 2024
Wamenlu: Ini yang Terjadi di Masyarakat Global
Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Nugraha Mansury pada peluncuran Sekretariat Bersama (Sekber) dan Aplikasi Pemantauan Implementasi Moderasi Beragama (API-MB) di Jakarta, Jumat malam (5/10/2024).

Jakarta (Balitbang Diklat)---Indonesia telah diakui dunia sebagai contoh bagaimana demokrasi, keberagaman, dan modernitas dapat hidup berdampingan serta saling mendukung. Hal ini didukung pula dengan rutinnya menyosialisasikan dan berbagi dengan masyarakat global tentang penerapan moderasi beragama di Indonesia.

 

Menurut Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Nugraha Mansury hal ini semakin relevan dengan berbagai tantangan global yang kita hadapi. “Saat ini kita menyaksikan fragmentasi masyarakat, bukan hanya terjadi antar-negara, tetapi juga di dalam satu negara,” ucapnya saat acara peluncuran Sekretariat Bersama (Sekber) dan Aplikasi Pemantauan Implementasi Moderasi Beragama (API-MB) di Jakarta, Jumat malam (5/10/2024).

 

Dikatakan Wamenlu, masalah global saat ini semakin kompleks, perbedaan-perbedaan semakin ditonjolkan, dan transformasi digital telah mengubah cara kita hidup, termasuk bagaimana kita mengonsumsi media. Kita juga melihat bahwa digitalisasi memperluas kebebasan berekspresi, tetapi di sisi lain, juga bisa menjadi tantangan.

 

Semakin banyak bergantung pada media sosial, sehingga informasi yang diperoleh juga dipengaruhi oleh cara kita mengakses media melalui transformasi digital. “Misalnya, AI mendorong informasi yang cenderung sesuai dengan preferensi kita, sehingga orang yang tidak memiliki pemahaman tentang moderasi beragama semakin lama hanya mengonsumsi konten yang tidak mendorong pemahaman tersebut. Ini merupakan tantangan besar,” imbuhnya.

 

Untuk menghadapi tantangan ini, ada beberapa hal yang perlu dilakukan. Pertama, kata Wamenlu dengan memperkuat pesan-pesan toleransi. Ia mengutip Bung Karno, "All great religions are one in the message of tolerance," Semua agama menyampaikan pesan toleransi.

 

“Ini bisa dilakukan melalui dialog lintas agama, yang terus disuarakan Indonesia dalam berbagai forum internasional. Saat ini, lebih dari 34 negara telah menjadi mitra Indonesia dalam dialog lintas agama,” ungkapnya.

 

Kedua, memperkuat solidaritas di tengah tantangan global dan ketimpangan sosial-ekonomi. Masyarakat yang tidak memiliki pemahaman moderasi beragama sering kali juga mengalami ketimpangan ekonomi, merasa tertinggal dari perkembangan ekonomi dan sosial. Oleh karena itu, solidaritas lintas agama menurut Wamenlu menjadi sangat penting.

 

“Ketiga, kita juga perlu menangani misinformasi, disinformasi, dan ujaran kebencian, yang semakin sering muncul di media sosial. Jika kita menemukan konten yang tidak sesuai atau menyebarkan kebencian, kita harus bertindak bijak dan tidak membiarkan orang menyebarkan misinformasi tentang agama,” tuturnya.

 

Terakhir, Wamenlu mendorong moderasi beragama diterapkan di berbagai tempat. Pemahaman agama diharapkan bisa menimbulkan sikap saling menghormati antar-agama. Moderasi beragama telah banyak diserukan oleh tokoh-tokoh nasional seperti Bung Hatta, Gus Dur, dan baru-baru ini Sri Paus Fransiskus yang berkunjung ke Indonesia, menekankan bahwa keragaman tidak boleh diwarnai dengan paksaan, dan penghargaan terhadap keyakinan masing-masing harus dijaga. (Barjah)

   

 

Penulis: Barjah
Sumber: Barjah
Editor: Abas dan Sri Hendriani
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI