723 Buku Keagamaan Siap Dinilai Tahun Ini

9 Mei 2023
723 Buku Keagamaan Siap Dinilai Tahun Ini
Kapus LKKMO Arskal Salim pada kegiatan Bimbingan Teknis Calon Penilai dan Calon Supervisor Penilaian Buku Pendidikan Agama dan Keagamaan, di Jakarta, Senin (8/5/2023).

Jakarta (Balitbang Diklat)---Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi (LKKMO) Badan Litbang dan Diklat (Balitbang Diklat) Kementerian Agama menyelenggarakan kegiatan Bimbingan Teknis Calon Penilai dan Calon Supervisor Penilaian Buku Pendidikan Agama dan Keagamaan.

Dalam sambutannya, Kapuslitbang LKKMO Prof. Arskal Salim, mengatakan bahwa penilaian buku ini merupakan tahun kelima sejak tahun 2019, dan sejak tahun 2021 sudah yang ketiga kalinya dilaksanakan melalui aplikasi online.

Pada tahun ini jumlah buku yang masuk sebanyak 865 buku. Setelah diverifikasi secara administrasi dan cek similarity melalui aplikasi turnitin yang diterima sebanyak 723 buku.

Arskal menekankan pentingnya penilaian buku ini. Menurutnya, ini adalah bukti Balitbang Diklat juga turut serta menyukseskan program prioritas Menag yaitu transformasi digital. “Kami menyadari belum semua madrasah menggunakan buku-buku pendidikan agama yang dinilai oleh Kemenag, tetapi ini menjadi tantangan kita untuk terus bisa menyosialisasikannya,” kata Arskal di Jakarta, Senin (8/5/2023) .

Kegiatan ini, kata Arskal, bertujuan untuk memberi pembekalan bagi calon penilai dan calon supervisor tentang substansi, maupun juga instrumen, dan SOP yang kami upgrade setiap tahunnya.

“Bimtek ini juga bermaksud untuk memberikan simulasi dan cara yang cermat serta cepat dalam proses penilaian, dan verifikasi agar tidak terjadi kesalahan dalam penilaian secara online,” ucapnya.

Arskal melaporkan, kegiatan yang dilaksanakan secara hybrid ini, diikuti oleh verifikator yang hadir secar langsung 28 orang, penilai 12 orang, supervisor 25 orang, dan penilai yang hadir secara luring 127 orang.

“Latar belakang calon penilai dan supervisor ini, penilai beragama Islam 108 orang, Kristen 18 orang, Katholik 12 orang, dan Hindu 2 orang. Sementara dari Buddha dan Khonghucu tidak ada  karena belum ada penerbit yang memasukkan buku pendidikan agama untuk dinilai,” tuturnya.

 “Ini untuk menjaga kualitas, kami pertahankan jangan sampai ada buku pendidikan agama yang sifatnya daur ulang atau copy paste maka kami lakukan similarity,” imbuh Arskal.

Dari tahun ke tahun,  lanjut Arskal, buku untuk dinilai jumlahnya menurun, karena tidak banyak yang bisa menyediakan buku-buku yang berkualitas. Paling banyak tahun 2021 berjumlah 2000 lebih buku yang masuk.  (Barjah/bas/sri)

 

 

Penulis: Barjah
Editor: Abas/Sri Hendriani
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI