AICIS 2019: Ajang Sharing and Knowledge Management

4 Okt 2019
AICIS 2019:  Ajang Sharing and Knowledge Management

Jakarta (4 Oktober 2019). Perhelatan besar bagi para akademisi, khususnya mengenai kajian sosial keagamaan yang diadakan Kementerian Agama adalah Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) yang ke-19. AICIS tahun ini diselenggarakan di Hotel Mercure Batavia Jakarta pada tanggal 1-4 Oktober 2019.

Konferensi dihadiri pakar dari dalam maupun luar negeri. Selain itu, hadir pula pemakalah dari berbagai perguruan tinggi keagamaan di Indonesia sehingga menjadi ajang pertukaran wawasan, ide, dan wacana yang cukup penting.

“Sharing dan Knowledge Management dibangun dalam budaya dan bingkai literasi keagamaan. Beragam tema keagamaan dan sosial humaniora diangkat dalam diskusi-diskusi menarik. Terlebih lagi di era milenial dan disrupsi ini tentu dibutuhkan keterampilan dan pemahaman lebih dalam mencerna lautan informasi yang berkembang,” ujar Hariyah pustakawan Balitbang Diklat yang hadir sebagai peserta AICIS.

Melalui tema Digital Islam, Education, and Youth: Changing landscape of Indonesian Islam, diharapkan diskusi berkembang menjadi sebuah solusi dan praktik baik bagi masyarakat. 

Dibalik serunya acara ini, ada sudut kecil yang cukup menarik. Terdapat beberapa stand yang mengitari area auditorium acara. Stand ini diisi oleh berbagai jurnal ilmiah, penerbitan ilmiah, dan tentunya produk kelitbangan dari Kementerian Agama.

Nah, disinilah uniknya. Salah satu pemandu pameran kedapatan sedang berdiskusi dengan pengunjung. Usut punya usut pengunjung ini adalah peneliti/researcher (political) dari kedutaan Jepang. Beliau sangat berminat dengan kajian kelitbangan yang dipamerkan pada acara AICIS.

“Saya sedang mencari kajian-kajian politik, tetapi buku-buku ini juga bagus. Bagaimana saya bisa mendapatkan buku ini?”, begitu pertanyaannya. Pertanyaan sang peneliti dijawab dengan senyuman oleh pemandu sambil menjelaskan secara singkat tentang buku-buku yang dipamerkan sekaligus menghadiahi beberapa buku kepadanya.

Hal menarik lainnya adalah seorang peserta AICIS yang mendapatkan jurnal lawas dari stand Balitbangdiklat. Salah satu penulis di jurnal tersebut ialah sahabatnya yang sedang menyiapkan naskah orasi ilmiah untuk profesor riset.

Jurnal inilah yang kemudian menjadi bahan dan tambahan referensi untuk penulisan naskah orasinya. “Alhamdulillah nemu lagi satu tulisan lawas saya yang terbit dalam Bahasa Inggris di Jurnal Dialog. Ada tambahan referensi lagi untuk  naskah orasi. Semoga jurnal Dialog bisa jadi jurnal internasional terindeks Scopus karena dari segi umur, jurnal ini termasuk yang tertua di lingkungan Kementerian Agama,” begitu komentarnya.

Terakhir, tak kalah menariknya adalah diskusi dari salah seorang dosen dan warek IAIN Palu dengan pemandu pameran. Ujung-ujungnya diskusi diakhiri dengan pertanyaan: “Ibu, apakah Balitbangdiklat bisa membantu kami khususnya jika ada buku-buku yang bisa disumbangkan untuk perpustakaan kami. Sejak diterjang tsunami beberapa waktu lalu, perpustakaan kami ludes tak bersisa,” ujarnya.

Begitulah kisah-kisah unik dalam ajang AICIS kali ini. Setidaknya ini menjadi catatan penting dan berharga bahwa Balitbangdiklat dinanti dan diharapkan kiprah dan kehadirannya bagi masyarakat akademik secara luas. Bahkan harapannya Balitbangdiklat lebih maju dengan hasil-hasil kajian juga jurnal ilmiahnya yang go international.[]

Har/diad

Foto: Har

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI