Australia Proaktif Melayani Program 5000 Doktor Kementerian Agama RI

27 Des 2018
Australia Proaktif Melayani Program 5000 Doktor Kementerian Agama RI

Sydney (5 Desember 2018). Hari ini 52 pelajar di Australia menerima beasiswa 5000 Doktor dari Kementerian Agama (Kemenag). Mereka tersebar di berbagai kota di Australia seperti Adelaide, Perth, dan Brisbane.

Jumlah itu sekaligus menunjukkan bahwa Australia menjadi negara luar yang terbanyak menerima peserta penerima beasiswa (awardee) dari program ini dibandingkan kampus-kampus lain di luar negeri. Fakta ini akan menjadi fenomena tersendiri dalam hubungan Indonesia-Australia dalam pengembangan PTKIN di Indonesia ke depan.

Beberapa kampus di Australia yang melakukan kerjasama dengan Kemenag dalam penyelenggaraan program 5000 Doktor adalah Universitas Tehnology Sydney (UTS), Western Sydney University (WSU), dan Universitas of Canberra (UC). Ketika ditinjau oleh tim evaluasi, penerima beasiswa sangat antusias dalam melayani kerjasama. Hal itu ditandai dengan dengan penyambutan hangat saat menerima kunjungan tersebut.

Sebagai bentuk dukungan kampus-kampus di Australia, selain layanan pendidikan secara reguler, mereka membuat program tertentu yang disediakan khusus untuk para peserta program 5000 Doktor dari Indonesia. Direktur Post Graduate Western Sydney University (WSU), James  Arvanitakis, menyatakan WSU akan menyelenggarakan bimbingan khusus penulisan (writing skills) bagi mahasiswa Indonesia penerima beasiswa.  Hal senada juga disampaikan oleh Prof. Kerry McCallum, wakil Direktur Post Graduate Universitas of Canberra (UC), bahwa mereka menyediakan kelas khusus bagi para penerima beasiswa ini untuk peningkatan bahasa dan academic writing mereka. Layanan kelas ini menyesuaikan dengan tingkat kemampuan bahasa yang dimiliki para peserta. 

Untuk melakukan evaluasi program lima ribu doktor di Australia ini, Kementerian Agama mulai tanggal 3-9 Desember telah mengirim tim evaluasi mendatangi kampus pelaksana program lima ribu doktor dan para penerima beasiswa di negara tersebut. Mereka mendatangi kampus-kampus dan bertemu dengan para penerima abeasiswa di tiga kota yaitu Sydney, Canberra dan Melbourne. Tim  terdiri dari dua belas orang yang berasal dari tiga unit, yaitu 3 orang dari Project Management Unit (PMU) sebagai pelaksana program yang dipimpin oleh Dr. Nur Salamah, 7 orang dari Irjen yang dipimpin langsung oleh Inspektur Investigasi, Dr. Rojikin, dan 2 orang dari Badan Litbang yaitu Dr. Murtadlo dan Dr. Hayadin.

Beberapa catatan ditemukan oleh tim terkait dengan penyelenggaraan program lima ribu doktor yang disampaikan oleh para penerima beasiswa seperti selisih kurs antara dana yang diberikan dengan kewajiban mereka membayar tuition fee di kampus. Hal tersebut mengakibatkan peserta harus nombok untuk menutupi selisih kurs mata uang yang terjadi. Disamping itu pengiriman dana yang dilakukan di bulan-bulan setelah pertengahan tahun menyebabkan para peserta harus modal sendiri terlebih dahulu atau bekerja sambilan untuk menutupi kebutuhan hidup selama mereka belajar di Australia. Harapan mereka kalau bisa diusahakan agar dana beasiswa bisa diberikan secara berkala, tidak sekaligus dan diberikan mulai awal tahun.

Dari evaluasinya, Dr. Rojikin dari Itjen menyatakan secara umum penyelenggaraan program lima ribu doktor sudah berjalan baik, hanya perlu beberapa pembenahan. Apa yang dikeluhkan para penerima beasiswa hendaknya segera diperbaiki. Dia menambahkan bahwa program ini perlu terus dilaksanakan dan semakin disempurnakan. Apalagi para penerima beasiswa menganggap bahwa program ini lebih fleksibel dibandingkan program beasiswa lain yang sama-sama dari Indonesia. Program ini juga perlu membuat perencanaan yang berkelanjutan terkait desain penguatan institusi-institusi PTKIN di tanah air agar supaya program ini dampaknya tidak cenderung personal penerima beasiswa, namun mempunyai dampak masif terhadap institusi.

Dalam penjelasannya, Inspektur Investigasi Itjen Kementerian Agama menyatakan panitia penyelenggara program perlu membuat desain besar terkait kampus mana saja yang akan dikuatkan melalui program lima ribu doktor ini. Beberapa kampus PTKIN tertentu perlu mempunyai program-program khusus yang berbeda satu dengan lainnya dan  akan dikuatkan melalui program lima ribu doktor ini. Program ini jangan berjalan seperti biasa, tanpa mempuat prioritas-prioritas tertentu. “Ke depan, dia berharap beberapa PTKIN di Indonesia akan mempunyai prodi unggulan yang memenuhi standar  internasional dan bersaing secara internasional,” tambahnya.

Sementara itu Dr. Hayadin, peneliti dari Badan Litbang Kementerian Agama menambahkan bahwa untuk perbaikan program ini Kementerian Agama perlu melakukan pemetaan khusus kebutuhan SDM kampus berdasarkan wilayah atau disiplin ilmu. Hal ini perlu dilakukan agar supaya terjadi pada penguatan pada program studi unggulan untuk masing-masing PTKI di Indonesia. Karena itu perlu kebijakan khusus (afirmative action) menghadapi keterbatasan SDM dosen yang mampu melewati prasyarat yang telah ada, yaitu peringkat 500 Toefl.  Pembinaan bahasa asing tidak hanya diberikan oleh Kementerian Agama bagi mereka yang telah lulus, namun juga ada program peningkatan bahasa sebelum para dosen mendaftarkan diri dalam program lima ribu doktor.

Harapan yang tinggi terhadap masa depan program ini juga datang dari Muhamad Murtadlo, Kepala Bidang Litbang Pendidikan Keagamaan, yang juga bagian dari tim. Menurutnya, program lima ribu doktor ini adalah program yang luar biasa. Ini hampir sama dengan gerakan restorasi Meiji yang dilakukan negara Jepang, di mana negara itu mengirim para mahasiswa belajar di negara-negara Barat. Banyaknya jumlah penerima beasiswa lima ribu doktor di Australia, cepat atau lambat akan membawa gelombang perubahan besar suatu saat ini bagi perkembangan pendidikan tinggi di tanah air dan akan meningkatkan hubungan Indonesia-Australia dalam hubungan budaya kedua negara. Salah satu yang diharapkan adalah akan meningkatnya publikasi internasional yang akan lahir dari PTKIN di Indonesia, tambah Murtadlo.

Mewakili para penerima beasiswa, Novel, dosen UIN Padang yang sedang menempuh S3 di Deaken University menyatakan bahwa Kementerian Agama harus terus menyelenggaraan program lima ribu doktor ini. Menurutnya, sekalipun jumlah nominal setiap bulannya yang diterima dari program lima ribu doktor ini lebih sedikit dibandingkan dari  beasiswa lain, namun program kementerian Agama ini lebih nyaman dirasakan oleh para penerima beasiswa. Sesama mahasiswa Indonesia penerima beasiswa, mereka biasa berbagi cerita suka dukanya studi di Australia. “Para penerima beasiswa lima ribu doktor beranggapan apa yang telah diberikan Kementerian Agama lebih baik dari apa yang diberikan oleh beasiswa lain,” tambah Novel. []

Murtadlo

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI