Bedah Buku, Starting Point Penguatan Moderasi Beragama

8 Agt 2023
Bedah Buku, Starting Point Penguatan Moderasi Beragama
Kaban Suyitno pada kegiatan Bedah Buku Ormas Islam dan Gerakan Moderasi Beragama di Indonesia, yang diselenggarakan Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Balitbang Diklat, di Hotel Ashley, Tanah Abang Jakarta, Selasa (8/8/2023).

Jakarta (Balitbang Diklat)---Kepala Badan (Kaban) Litbang dan Diklat Kementerian Agama Prof. Suyitno mengatakan bedah buku, diseminasi atau sosialisasi buku peran ormas dalam Moderasi Beragama sangatlah penting. Kita ingin tahu, dalam perannya apakah ormas-ormas Islam juga responsif atau setidaknya memiliki peran yang masif dalam melakukan pengarusutamaan Moderasi Beragama.

Kaban mengatakan hal tersebut saat memberikan arahan pada kegiatan Bedah Buku Ormas Islam dan Gerakan Moderasi Beragama di Indonesia, yang diselenggarakan Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan (BALK) Badan Litbang dan Diklat (Balitbang Diklat), di Hotel Ashley, Tanah Abang Jakarta, Selasa (8/8/2023).

Menurut Kaban, buku yang ditulis Khaeron Sirin dan Hadrus Sholeh ini, merupakan serpihan-serpihan kecilnya yang belum menggambarkan secara utuh dan masih banyak sekali ormas-ormas lainnya yang semuanya belum ditulis.

“Ini sebagai sebuah starting point, tentu saja menjadi semacam penguat motivasi kita semua agar kemudian ke depannya bukan cuma ditulis tapi juga harus kita teliti secara serius,” ungkap Kaban di Jakarta, Selasa (8/8/2023).

Ormas, kata Kaban, berperan dalam penguatan Moderasi Beragama, bahkan di dalamnya harus menjadi program utamanya.

“Menurut catatan, saya kira dari sebuah negara yang jumlah ormasnya paling banyak sedunia itu Indonesia. Jadi, satu sisi positif karena memberikan kebebasan pada masyarakat sipil,” ungkap Kaban.

Pada kesempatan ini, Kaban mengisahkan tulisan Clifford Geertz tentang peran kiai Jawa. Menurutnya, peran kiai itu bisa berfungsi sebagai agen penyambung lidah.

“Begitu kencangnya pengaruh tokoh agama, dan betapa besarnya peran tokoh-tokoh itu apalagi posisinya menjadi bagian penting dalam sebuah ormas. Dia menjadi wakil komunitas ormas itu untuk menyuarakan komunitasnya,” sambung Kaban.

terakhir, ungkap Kaban, tokoh-tokoh yang menjadi representasi  ormas itu akan didengar oleh minimal komunitasnya. Karena itu, tokoh-tokoh tersebut harus menjadi penyejuk apalagi yang disebut dengan umat beragama, karena semua agama hakikatnya memiliki misi membangun perdamaian.

Kegiatan bedah buku ini dihadiri perwakilan Majelis Ulama Indonesia, Muhammadiyah, PBNU, perwakilan dari Bimas Islam, PKUB, dan peneliti BRIN. (Barjah/diad/bas)

Penulis: Barjah
Editor: Dewi Indah Ayu Diantiningrum dan Abas
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI