BLA Jakarta Selenggarakan Bedah Buku Pesantren Pluralis
Jakarta (6 April 2018). Balai Penelitian dan Pengembangan Agama (BLA) Jakarta menyelenggarakan beda buku “Pesantren Pluralis Peran Pesantren Ngalah dalam Mengembangkan Nilai-Nilai Pluralisme di Tengah Masyarakat yang Multikultural” karya Dr. M. Muntahibun Nafis, M.Ag., bertempat di Hotel Sofyan Betawi, Jakarta, Jumat (6/4).
Kegiatan ini dihadiri Kepala BLA Jakarta Muhammad Adlin Sila, Ph.D., penulis, perwakilan ormas keagamaan, penggiat pendidikan, dosen, aktivis LSM, dan sejumlah peneliti di lingkungan BLA Jakarta.
Dalam sambutannya, Adlin Sila mengatakan bedah buku ini tetap penting di era serba elektronik dewasa ini. “Kita banyak dapat e-book lewat smartphone. Tapi,kurang asyik. Lebih asyik baca bukunya, apalagi ada penulisnya langsung,” ujarnya.
Selanjutnya, Adlin Sila mengutarakan buku ini spesial karena bukan hanya lahir dari disertasi tapi juga lahir dari program kerjasama Direktorat Pendis dengan Partnership in Islamic Education Scholarship (PIES) dari Australian National University, Canberra. “Mudah-mudahan kehadira buku ini dan penulisnya memberikan inspirasi,” ungkapnya.
Tampil sebagai pembahas Yanwar Pribadi (dosen UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten) dan Ahmad Baso (Pengurus PB NU).
Yanwar Pribadi mengapresiasi buku ini. Namun, katanya masih terasa disertasi. Selain itu, juga argumen-argumen dalam buku ini masih belum dikatakan secara jelas. Demikian juga metode dan pertanyaan penelitian tidak disebutkan. Ia menyarankan buku ini diperbaiki agar pembaca menangkap secara jelas isi buku ini.
Sedangkan Ahmad Baso mengusulkan pluralisme Pesantren Ngalah harus diuji diktum-diktumnya, simbol-simbolnya, dan apa yang dilakukan di pesantren tersebut. Ini, menurut Baso, tidak terurai dalam buku tersebut. Dan, yang lebih penting “Jangan dicocok-cocokkan dengan konsep pluralisme Barat,” ujarnya.
Dalam sesi diskusi, seluruh peserta menyambut baik kehadiran buku ini. Sebuah buku yang memotret Pesantren Ngalah dalam mengembangkan nilai-nilai pluralisme di tengah masyarakat yang multikultural. Meskipun ada kritik di sana-sini, termasuk dari pembahas, penulis buku, Dr. M. Muntahibun Nafis, M.Ag., menerima dengan lapang dada untuk perbaikan selanjutnya. (bas)