Bukan Sekadar Tempat Barang Antik, Bayt Al-Qur’an dan Istiqlal Siap Jadi Pusat Edukasi Budaya

23 Nov 2024
Bukan Sekadar Tempat Barang Antik, Bayt Al-Qur’an dan Istiqlal Siap Jadi Pusat Edukasi Budaya
Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan SDM (BMBPSDM) Suyitno saat memberikan arahan pada Bimbingan Teknis Bersertifikat Tenaga Teknis Museum Bidang Konservator (Peningkatan Kompetensi Pamong Budaya) di Jakarta, Jumat (22/11/2024).

Jakarta (BMBPSDM) --- Kementerian Agama melalui Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) saat ini memiliki museum yaitu Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal. Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan SDM (BMBPSDM) Suyitno menegaskan pentingnya revitalisasi museum sebagai upaya melestarikan warisan budaya sekaligus menarik minat publik.

 

“Karena sekarang kita membahas terkait bimtek pamong budaya yang kali ini berkaitan dengan museum yang kita miliki, saya ingin mengingatkan bahwa museum itu harus menjadi pusat informasi dan edukasi menarik, bukan hanya sekadar tempat menyimpan barang antik,” ungkap Suyitno dalam kegiatan Bimbingan Teknis Bersertifikat Tenaga Teknis Museum Bidang Konservator (Peningkatan Kompetensi Pamong Budaya) di Jakarta, Jumat (22/11/2024).

 

Mengacu pada teori Prof. Koentjaraningrat, Suyitno menjelaskan pentingnya konservasi tujuh aspek budaya, termasuk bahasa dan kesenian. Ia menyoroti peran penting Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal sebagai cerminan budaya Indonesia yang kaya, dari seni hingga sistem religi.

 

“Museum-museum ini adalah identitas kita, koleksi di dalamnya tak ternilai harganya dan perlu dijaga,” ujarnya.

 

Namun, tambah Suyitno, sangat disayangkan jika ada pandangan masyarakat yang menganggap museum sebagai tempat yang ‘tidak kekinian’, sehingga dukungan untuk keberlanjutan museum pun minim.

 

Untuk itu, Suyitno menyarankan pembaruan dan revitalisasi museum, termasuk transformasi digital. “Museum harus bisa menampilkan masa lalu yang orisinal, terawat, dan tetap relevan dengan kondisi sekarang. Selain itu, transformasi digital menjadi penting agar museum tidak terkesan usang dan lebih menarik bagi generasi muda,” tuturnya.

 

Terakhir, Suyitno berharap Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal dapat menjadi lebih dari sekadar tempat penyimpanan benda antik. “Museum harus hidup, menjadi penghubung antara masa lalu dan masa depan. Dengan upaya ini, museum bisa kita banggakan sebagai warisan bagi generasi mendatang,” pungkasnya.

 

Pada kesempatan yang sama, Kepala LPMQ Abdul Aziz Sidqi juga melaporkan pentingnya program sertifikasi konservator untuk meningkatkan kompetensi pamong budaya. “Kami punya ribuan koleksi, dari manuskrip Al-Qur'an kuno hingga koleksi digital. Konservasi adalah kunci untuk menjaga koleksi ini tetap awet,” ucapnya.

 

“Dengan peningkatan kualitas SDM dan pembaruan yang menyeluruh, Museum Istiqlal dan Bayt Al-Qur'an diharapkan dapat mencapai akreditasi A dan menjadi pusat edukasi serta kebanggaan budaya Indonesia,” papar Aziz.

 

(Zakiatu Husnil Fuada)

Penulis: Zakiatu Husnil Fuada Harahap
Sumber: Sekretariat Badan
Editor: Dewi Indah Ayu/Sri Hendriani
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI