Dari Serambi Makkah, Jurnal Harmoni Tempa Diri Menuju Lompatan Besar Terindeks Scopus
Banda Aceh (Balitbang Diklat)---Tim pengelola Jurnal Harmoni Pusat Strategi Kebijkan Pembangunan Bidang Agama (sebelumnya Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan) melakukan benchmarking ke UIN Ar-Raniry, Aceh, Rabu (23/10/2024). Kegiatan ini bertujuan untuk mempelajari lebih lanjut proses pengajuan Jurnal Samarah dan Islam Futura terindeks di Scopus. Kegiatan benchmarking ini dilakukan sebagai bagian dari upaya pengembangan kualitas jurnal di Kementerian Agama, khususnya untuk meningkatkan peringkat Sinta serta terindeks Scopus, sehingga dapat bersaing di tingkat internasional.
Selama kunjungan, tim pengelola Jurnal Harmoni bertemu dengan Anton Widiyanto Editor in Chief Jurnal Islam Futura, yang menjelaskan berbagai tantangan dan strategi yang dihadapi dalam pengajuan jurnal ke Scopus. Anton mengungkapkan bahwa proses pengajuan Jurnal Samara dan Islam Futura ke Scopus memerlukan persiapan yang matang, termasuk penyesuaian focus and scope jurnal agar sesuai dengan standar internasional. “Kami bahkan harus merombak focus and scope jurnal untuk mencakup kajian khusus tentang Aceh dan Samudra Hindia,” ujar lulusan S3 Bidang Ilmu Hukum ini.
Anton juga membagikan pengalamannya mengenai penolakan yang dialami Jurnal Islam Futura sebelum akhirnya diterima oleh Scopus. Setelah melakukan perbaikan terkait sitasi dan diversitas reviewer serta editor, jurnal tersebut akhirnya diterima setelah setahun proses perbaikan. "Setiap jurnal memiliki kasus dan strategi berbeda, dan keberhasilan memerlukan kesabaran serta evaluasi berkelanjutan," imbuhnya.
Benchmarking ini juga membahas pola tahapan jurnal di UIN Ar-Raniry untuk bisa terindeks Scopus. Disimpulkan untuk terindeks Scopus tidak ada pola yang pasti, selain memastikan kualitas terbitan artikel terbaik dan keunikan jurnal. “Kami sendiri pun tidak tahu secara pasti apa yang menjadi ukuran keberhasilan jurnal untuk diterima di Scopus,” jelas Anton.
Selain membahas teknis pengajuan jurnal, tim pengelola Jurnal Harmoni juga berdiskusi mengenai strategi menjaga kualitas artikel yang diterbitkan. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah menjaga kestabilan kualitas artikel dan jumlah publikasi. Anton menyebutkan bahwa Jurnal Islam Futura awalnya hanya menerbitkan delapan artikel per edisi, namun seiring dengan peningkatan jumlah artikel, kini jurnal tersebut menerbitkan hingga 15 artikel dengan menjaga kualitas yang konsisten.
Kegiatan benchmarking ini juga menjadi kesempatan bagi tim pengelola Jurnal Harmoni untuk mempelajari model kerjasama antara jurnal UIN Ar-Raniry dengan jurnal internasional lainnya, termasuk dalam hal sharing artikel, reviewer, dan editor. Kolaborasi semacam ini dianggap penting untuk meningkatkan kualitas dan daya saing jurnal di kancah internasional.
Tim pengelola Jurnal Harmoni berharap dapat mengimplementasikan pembelajaran dari kegiatan benchmarking ini untuk mendukung proses reakreditasi Jurnal Harmoni agar naik peringkat menjadi lebih baik. Dengan pengalaman yang didapat dari Jurnal Samarah dan Islam Futura, tim pengelola Jurnal Harmoni optimis bisa mengikuti jejak kesuksesan kedua jurnal tersebut di masa depan.
Kegiatan benchmarking ini juga menandai komitmen Kementerian Agama dalam meningkatkan kualitas publikasi ilmiah, yang tidak hanya terbatas pada jurnal pendidikan, tetapi juga mencakup jurnal keagamaan dan sosial. (M.Noval)