Desa Pabuaran: Contoh Nyata Kerukunan Beragama yang Menginspirasi Indonesia!

Bogor (BMBPSDM)---Kesadaran masyarakat Desa Pabuaran, Kecamatan Gunung Sindur, Bogor, untuk hidup rukun dalam kemajemukan mendapat apresiasi dari pemerintah. Melalui pendekatan budaya, warga desa menunjukkan bahwa kerukunan bisa tumbuh secara organik dalam masyarakat multikultural.
Upaya ini mendapat pengakuan dari Kementerian Agama RI melalui Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) saat menghadiri Festival Kerukunan yang digelar oleh Lembaga Kerukunan Umat Beragama (LKUB) di Desa Pabuaran Bogor.
"Apa yang dilakukan warga Pabuaran merupakan contoh konkret bagaimana kerukunan dapat dibangun dari bawah, dengan kearifan lokal yang inklusif dan menyatukan," ujar Kepala PKUB, Adib Abdushomad, di Bogor, Sabtu (12/7/2025).
Adib juga menyatakan bahwa harmoni yang dibangun masyarakat Pabuaran sejalan dengan arahan Menteri Agama Kabinet Merah Putih, Nasaruddin Umar, yang menekankan pentingnya menjadikan agama sebagai kekuatan yang berdampak pada kehidupan nyata.
"Agama tidak boleh berhenti pada doktrin. Ia harus hidup dalam perbuatan, dalam ruang publik, dalam sikap saling menghargai. Dan itu sudah dilakukan masyarakat Pabuaran," ungkapnya.
Selaras dengan ini, Ketua LKUB Desa Pabuaran, Abdul Azis, menyampaikan bahwa rekognisi pemerintah menjadi penyemangat baru bagi warga dalam menjaga kerukunan yang telah mereka bangun secara konsisten.
"Kami berterima kasih atas apresiasi ini. Di Pabuaran, perbedaan bukan ancaman, tapi sumber kekuatan. Festival ini adalah cerminan kebersamaan kami dalam bingkai multikultural," ungkapnya.
Solidaritas sosial terbentuk dari nilai dan praktik bersama. Masyarakat Pabuaran menunjukkan solidaritas organik, di mana keberagaman tidak menimbulkan sekat, tapi menjadi sumber integrasi sosial.
“Festival ini sekaligus menjadi contoh bagaimana masyarakat bisa menjadi pelopor kerukunan tanpa harus mengandalkan pendekatan formal atau struktural,” tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Panitia sekaligus Kepala Bidang Bina Lembaga Kerukunan Agama dan Lembaga Keagamaan PKUB, Hery Susanto mengatakan bahwa kegiatan ini tidak berdiri sendiri.
“Ini adalah piloting nasional, model awal yang akan kami replikasi di seluruh Desa Sadar Kerukunan binaan Kementerian Agama. Formatnya akan menyesuaikan dengan kearifan lokal masing-masing, tetapi prinsipnya sama. Masyarakat dilibatkan sebagai aktor utama kerukunan,” ujarnya.
Kehadiran budaya sebagai sarana komunikasi sosial menjadi kunci utama keberhasilan Pabuaran dalam membangun modal sosial. Jaringan kepercayaan dan hubungan sosial yang kuat dapat menjadi sumber daya bersama.
“Pemerintah berharap inisiatif ini dapat menjadi model nasional bahkan internasional dalam membangun kerukunan berbasis komunitas. Desa Pabuaran dianggap telah menghadirkan sorga sosial bagi seluruh warganya, menjadikan perbedaan sebagai kekuatan,” tegasnya.
Festival Kerukunan ini juga menunjukkan bahwa perjumpaan budaya bukan penghalang, melainkan jembatan. Simbol budaya seperti tradisi lokal bisa menjadi alat pertukaran makna sosial yang memperkuat identitas kolektif.
Dengan keterlibatan aktif warga, sinergi antara lembaga agama, dan dukungan pemerintah, Pabuaran menjadi contoh nyata bagaimana masyarakat desa bisa membangun peradaban damai dari bawah. Dari desa untuk Indonesia, bahkan untuk dunia.
Kegiatan tersebut dihadiri langsung oleh Kepala Biro Organisasi dan Tata Laksana Kementerian Agama, Sekretaris Direktorat Jenderal Bimas Kristen, Camat Gunung Sindur, Kepala Desa Pabuaran, serta sekitar 500 peserta yang terdiri dari berbagai unsur masyarakat, termasuk tokoh agama, warga, pemerintah daerah, dan pelajar.
Kegiatan ini juga menampilkan kolaborasi budaya lintas etnis dan agama, seperti Barongsay, Hadroh, dan atraksi buka palang pintu khas Betawi di tengah masyarakat Sunda. Simbol keterbukaan ini memperkaya semangat hidup berdampingan dan menghidupkan dialog antar identitas serta menjadi contoh nyata harmoni dalam keberagaman.
Sri Hendriani