Evaluasi terhadap Filantropi Keagamaan Itu Penting

14 Agt 2024
Evaluasi terhadap Filantropi Keagamaan Itu Penting
Kaban Suyitno dalam kegiatan FGD Pembekalan Pengumpulan Data Evaluasi Pengelolaan Filantropi Keagamaan dan Evaluasi Implementasi Moderasi Beragama di Pondok Pesantren di Balai Diklat Keagamaan Surabaya, Rabu (14/8/2024).

Surabaya (Balitbang Diklat)---Kepala Badan (Kaban) Litbang dan Diklat Kementerian Agama Suyitno mengatakan selama ini diklat berfokus pada kebutuhan pribadi. Namun, ke depannya akan beralih menjadi berbasis corporate university yang berorientasi pada kebutuhan institusi. Oleh karena itu, survei terkait moderasi beragama di pesantren dan filantropi Keagamaan menjadi penting.

 

“Filantropi keagamaan tidak terbatas pada filantropi Islam saja, sehingga diperlukan keterlibatan perhimpunan filantropi Indonesia untuk memastikan berbagai istilah filantropi keagamaan yang muncul menjadi relevan. Dengan demikian, potensi filantropi dari semua agama dapat terlihat. Jika hanya berfokus pada filantropi Islam, hal tersebut telah dijawab oleh BAZNAS,” ujarnya.

 

Hal tersebut disampaikan Kaban dalam kegiatan FGD Pembekalan Pengumpulan Data Evaluasi Pengelolaan Filantropi Keagamaan dan Evaluasi Implementasi Moderasi Beragama di Pondok Pesantren di Balai Diklat Keagamaan Surabaya, Rabu (14/8/2024).

 

"Evaluasi terhadap filantropi keagamaan penting untuk mengetahui apa yang dibutuhkan oleh pengelola, sehingga kita bisa merumuskan kebutuhan diklat dari segi materi (kurikulum-silabus)," ungkap Kaban.

 

Kaban juga menjelaskan alasan mengapa dirinya dan Sekretaris harus terlibat langsung dalam kegiatan evaluasi, yakni untuk memastikan bahwa instrumen yang digunakan telah mapan, sehingga hasilnya dapat dijadikan acuan.

 

"Selama ini, penelitian kita belum dijadikan acuan karena belum dapat menjawab kebutuhan yang ada. Keterbatasan anggaran bukanlah halangan, melainkan peluang untuk menjalin kerja sama dengan LSM dan kampus agar kinerja lebih optimal," imbuhnya.

 

Lebih lanjut, Kaban Suyitno menekankan bahwa filantropi tidak hanya terkait dengan agama, tetapi juga bisnis. Contohnya adalah Bill Gates yang berkontribusi dalam filantropi bukan karena alasan keimanan.

 

"Tidak semua orang yang beriman melakukan filantropi, bahkan terkadang semakin religius seseorang, semakin pelit dia," tambah Suyitno.

 

Terkait evaluasi moderasi beragama, Kaban menekankan adanya jaringan tersembunyi yang mungkin tidak terlihat di permukaan, dan jika terjadi metamorfosis, berarti ada sebab akibat.

 

"Ada permasalahan yang tidak muncul di permukaan. Jangan hanya menyebar kuesioner, tetapi juga harus mampu menangkap data yang kaya," ujar Kaban Suyitno.

 

Pada kesempatan ini, Kepala Balai Litbang Agama Semarang (BLAS) Moch. Muhaemin juga menyampaikan bahwa Jurnal Analisa sedang dalam tahap akhir penilaian untuk terindeks di Scopus. Ia berharap agar jurnal tersebut bisa berhasil masuk ke dalam indeks Scopus.

 

"Kami memohon doa dari Kaban agar proses penilaian Jurnal Analisa di Scopus berjalan lancar," ungkap Muhaemin. 

 

Mengenai penguatan instrumen seperti yang disarankan, Muhaemin menjelaskan bahwa instrumen tersebut telah direvisi. Instrumen ini telah dibuat per-agama dan divalidasi oleh para ahli dari masing-masing agama, sehingga telah sesuai dengan konsep dan istilah masing-masing agama.

 

"Mohon instrumen yang telah direvisi ini mendapat persetujuan untuk dapat digunakan di lapangan sesuai dengan arahan Kaban," harap Muhaemin. (Priyono dan Fathurozi/sri)

   

 

Penulis: Priyono dan Fathurozi
Sumber: Priyono dan Fathurozi
Editor: Sri Hendriani
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI