Excellent! Pelatihan Personalised Learning Widyaiswara Lahirkan 4 Action Plan
Badung (BMBPSDM)---Pelatihan Pengembangan Widyaiswara-Transcontinental Training: “Advancing Indonesia Education Through Australian Personalised Learning Practices” menghasilkan empat action plan. Rencana tindak lanjut tersebut terdiri dari buku yang berisi refleksi hasil pelatihan, riset yang sedang disiapkan untuk terbit di jurnal University of Canberra, website Personalised Learning Practices, dan proposal program kegiatan.
Kepala Pusbangkom SDM Kemenag Mastuki menegaskan bahwa rencana tindak lanjut tersebut bertujuan untuk menjadikan personalized learning sebagai kegiatan bersama. Empat action plan itu akan terus berprogres hingga bisa terwujud sesuai dengan tujuan mulia yang dibuat para widyaiswara.
“Program ini akan didiseminasikan ke Balai Diklat Keagamaan dan seluruh widyaiswara, bahkan direncanakan menjadi proyek percontohan (piloting) untuk pengembangan pembelajaran di madrasah, serta diperluas ke perguruan tinggi keagamaan,” ujar Kapus Mastuki di Jimbaran, Jumat (13/12/2024).
Empat Karya Terbaik
Director of Indonesia Partnership, Faculty of Education University of Canberra Dr. Sitti Maesuri Patahuddin mengatakan tim yang terlibat dalam pelatihan merupakan peneliti personalized learning yaitu Prof. Maya Gunawardena dan Dr. Emily Hills.
Menurut Sitti, pada minggu pertama, timnya bersama-sama memahami tantangan yang dialami oleh para widyaiswara, mengidentifikasi kekuatan mereka, dan membantu menetapkan goal setting terkait apa yang ingin dicapai. Kemudian, pada minggu kedua, para peserta menghasilkan karya yang eksplisit, yang diharapkan dapat menjadi tindak lanjut nyata.
“Terdapat empat hasil utama dari pelatihan singkat ini. Pertama, buku tentang personalized learning yang menjadi pionir di Indonesia,” ungkap Sitti.
“Buku ini adalah mimpi bersama dengan tujuan meningkatkan kualitas pendidikan, baik di madrasah maupun pendidikan umum. Buku ini juga akan menjadi alat komunikasi dengan mitra strategis Kementerian Agama,” imbuhnya.
Kedua, peserta menghasilkan website yang relevan untuk mendiseminasikan program-program ke seluruh Balai Diklat Keagamaan dan Widyaiswara di Indonesia. Ketiga, adalah penelitian yang dilengkapi dengan bukti (evidence) yang kuat.
“Kolaborasi kami bertujuan tidak hanya membangun keilmuan, tetapi juga menciptakan dampak terukur yang selaras dengan tujuan widyaiswara,” katanya.
Keempat, tim berhasil menyusun proposal strategis untuk memperkuat kapasitas widyaiswara di seluruh Indonesia. “Proposal disusun selama empat hari, mencakup identifikasi masalah lapangan, justifikasi ilmiah, hingga gambaran besar pelaksanaan program,” urainya.
Menurut Sitti, kolaborasi antara widyaiswara dengan University of Caberra tidak berhenti sampai di sana. Tetapi akan berkomitmen untuk terus bekerja sama dalam membangun community of practice.
“Kami percaya program ini akan menarik perhatian banyak pihak, termasuk Kementerian Agama dan pemangku kepentingan lainnya,” ucapnya.
Terakhir, atas nama tim University of Canberra, Sitti menyampaikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada para peserta dan pihak-pihak yang terlibat. “Dalam pengalaman kami selama lebih dari 30 tahun di bidang pendidikan, ini adalah salah satu kelompok terbaik yang pernah kami dampingi—bukan hanya karena kecerdasan, kerja keras, dan antusiasme, tetapi juga profesionalisme dan karakter mereka yang luar biasa,” pungkasnya.
(Dewi Indah Ayu D)