Guru Terpapar Intoleransi, Ini Kata Kaban

22 Des 2022
Guru Terpapar Intoleransi, Ini Kata Kaban
Kaban Prof. Suyitno memberikan arahan pada Seminar Pendidikan Moderasi Beragama Bagi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan di Semarang, Kamis (22/12/2022).

Semarang (Balitbang Diklat)--- Riset menunjukkan terdapat sejumlah guru yang terpapar paham intoleransi. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan sehingga perlu langkah-langkah proaktif dan produktif untuk counter intoleransi ini.

Kepala Badan Litbang dan Diklat (Kaban) Prof. Suyitno menyampaikan hal tersebut saat memberikan arahan pada Seminar Pendidikan Moderasi Beragama Bagi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan di Semarang. Kegiatan digelar Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan.

“Saat ini paham intoleransi mulai disebarkan melalui internet. Sementara guru-guru yang mengajarkan moderasi beragama masih menggunakan pendekatan konvensional,” ujar Kaban Suyitno di Semarang, Kamis (22/12/2022).

Dalam konteks pendidikan posisi guru sangat penting. Namun peran guru sekarang sudah mengalami pergeseran sejalan dengan kemajuan teknologi.

“Ketika transfer knowledge tidak sepenuhnya bersumber kepada guru, bukan berarti tugas guru selesai. Guru harus mampu menyikapi dengan baik,” katanya.

Oleh karena itu, Kaban mengimbau agar secara intens guru melakukan counter narasi melalui media sosial untuk membudayakan nilai-nilai moderasi beragama. “Tugas para guru dan tenaga kependidikan sedini mungkin mendeteksi tumbuhnya intoleransi di kalangan peserta didik,” ujarnya.

Menurut Kaban, guru tidak boleh melakukan pembiaran terhadap peserta didik yang terpapar intoleransi. “Untuk itu, Kementerian Agama melakukan berbagai langkah antisipatif untuk menghambat perkembangan paham intoleransi di lembaga pendidikan,” ungkap pria kelahiran Tulungagung ini.

“Saat ini telah berkembang berbagai sumber belajar, salah satunya melalui internet. Bagi generasi saat ini belajar melalui internet dianggap jauh lebih manusiawi dan dapat dilakukan kapan saja,” tutur Guru Besar UIN Raden Fatah Palembang ini.

Pembelajaran harus mampu melakukan insersi nilai-nilai moderasi beragama ke dalam setiap mata pelajaran. Jangan salahkah kondisi dan mentalitas yang berbeda dari generasi saat ini karena tantangan yang dihadapi juga berbeda.

“Sudah saatnya dunia pendidikan memaksimalkan media sosial sebagai salah satu corong untuk mempromosikan moderasi beragama di kalangan peserta didik. Gunakan bahasa yang elegan dan mudah dicerna,” tandasnya.

Kegiatan dihadiri Kepala Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Mohsen, Kepala Balai Litbang Agama Semarang Ansori, dan Kepala Balai Diklat Keagamaan Semarang M. Toha. Peserta terdiri dari guru di wilayah Jawa Tengah.[]

Diad/Sri Hendriani

 

Penulis: Dewindah
Sumber: Rangga
Editor: Sri Hendrian
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI