Imbong Hasbullah: Penerjemahan Al-Qur’an Ke Bahasa Betawi Harus Jaga Keagungan dan Sastra Tinggi
Jakarta (Balitbang Diklat)--- Sekretaris Umum Lembaga Kebudayaan Betawi Imbong Hasbullah mengatakan dalam penerjemahan Al-Qur’an ke bahasa Betawi penting dilakukan Focus Group Discussion (FGD) sebagai proses evaluasi dan validasi pemilihan bahasa Betawi yang sesuai.
“Dalam proses penerjemahan kan tim penerjemah itu berasal dari berbagai belahan Jakarta, nah itu berdampak pada pemilihan bahasa Betawinya dan kebanyakan menggunakan bahasa sehari-hari,” ujarnya pada Rapat Koordinasi Penerjemahan Al-Qur’an Terjemah Bahasa Betawi di Jakarta, Jumat (16/8/2024).
Menurut Imbong, bahasa Betawi memang pada dasarnya lebih lekat dengan bahasa yang digunakan untuk keseharian. “Bahasa Betawi itu memang sangat melekat sebagai bahasa yang digunakan sehari-hari. Oleh karena itu, seringnya tim penerjemah menggunakan kata-kata yang biasa digunakan dalam komunikasi sehari-hari,” jelasnya.
Meskipun bahasa Betawi sangat lekat dengan penggunaan dalam komunikasi sehari-hari, Imbong tetap menekankan agar tetap harus mempertahankan keagungan Al-Qur’an dengan tidak mengganti kata-kata penting.
“Jadi walau bahasa Betawi lekat dengan penggunaan dalam komunikasi sehari-hari, tetap harus mempertahankan keagungan Al-Qur’an dengan tidak mengganti kata-kata penting seperti "Maha" menjadi "Gede Banget" kan itu kurang pas,” tegasnya.
Imbong juga menggarisbawahi bahwa penerjemahan ini harus menggunakan bahasa yang bersastra tinggi untuk menjaga esensi Al-Qur’an yang memiliki nilai sastra yang sangat tinggi.
“Al-Qur’an itu kan Kitab Suci, bukan seperti buku biasa atau novel dan lainnya. Oleh karena itu, penggunaan bahasa yang bersastra tinggi perlu diterapkan tuntuk menjaga esensi kesucian Al-Qur’an,” pungkasnya. (Rheka Humanis)