Indeks Literasi Al-Qur’an Siswa SMA
Jakarta (7 November 2017). Hasil penelitian Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama tentang Indeks Literasi Al-Qur’an Siswa Sekolah Menengah Atas [SMA] (2016) menemukan indeks literasi Al-Qur’an siswa SMA di tingkat nasional berada dalam kategori sedang (2,44).
Dilihat dari aspek membaca, berada dalam kategori sedang (2.59). Ini mengindikasikan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa SMA baru sampai tahap pengenalan huruf Al-Qur’an beserta beberapa prinsip tajwid dasar.
Dilihat dari aspek menulis, juga berada dalam kategori sedang (2.2). Ini berarti kemampuan menulis huruf Arab dan ayat Al-Qur’an baru sampai tahap mampu merangkai beberapa huruf Arab ke dalam satu kata sederhana secara terpisah-terpisah, bukan dalam satu rangkaian kalimat.
Dilihat dari aspek mengartikan bacaan Al-Qur’an, berada dalam kategori rendah (1.87). Ini mengindikasikan belum mampu mengartikan ayat dalam beberapa surah pendek Al-Qur’an secara acak yang lazim dibacakan dalam salat lima waktu.
Namun, dilihat dari aspek menghafal, berada dalam kategori tinggi (3.03). Ini ditunjukkan dengan kemampuan menghafal beberapa surah pendek dalam juz ke-30 Al-Qur’an atau lazim dikenal dengan Juz ‘Amma, atau menghafal ayat populer seperti ayat kursi.
Adapun indeks literasi Al-Qur’an siswa SMA di tingkat provinsi juga menunjukkan pola yang tidak jauh berbeda dengan indeks literasi Al-Qur’an secara nasional. Indeks hafalan lebih tinggi dari ketiga indeks aspek lainnya.
Selanjutnya, hasil penelitian menunjukkan latar belakang pendidikan keagamaan sebelum memasuki jenjang pendidikan SMA, tradisi membaca Al-Qur’an di keluarga dan masyarakat berkontribusi terhadap capaian indeks literasi Al-Qur’an siswa yang lebih tinggi dibanding siswa yang tidak berlatar pendidikan pesantren.
Namun demikian, metode mengaji Al-Qur’an di pesantren yang lebih mengedepankan aspek kemampuan mengulang kembali apa yang diajarkan, telah melahirkan kemampuan aspek membaca dan menghafal lebih tinggi, dibanding dengan kemampuan aspek menulis dan memahami arti/terjemahan Al-Qur’an.
Selain pesantren, siswa SMA yang pernah mendapatkan pendidikan diniyah atau Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ)/Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKQ), pada saat usia dini atau pada usia tingkat sekolah dasar melalui Madrasah Diniyah Awaliyah (DTA), menggapai indeks literasi Al-Qur’an lebih tinggi dibanding siswa SMA yang tidak pernah mendapat pendidikan tersebut.
Walhasil, capaian indeks literasi Al-Qur’an siswa SMA berdasarkan tradisi membaca Al-Qur’an di keluarga memperlihatkan nilai indeks literasi Al-Qur’annya lebih tinggi dibanding siswa SMA berlatar keluarga yang tidak memiliki tradisi membaca Al-Qur’an dalam kehidupan sehari hari di rumah.
Demikian juga dengan siswa yang berada dalam lingkungan masyarakat yang memiliki tradisi membaca Al-Qur’an, memiliki indeks literasi Al-Qur’an lebih tinggi (2.49) dibanding siswa SMA yang berada di lingkungan masyarakat yang tidak memiliki tradisi membaca Al-Qur’an (2.22). (bas/wan)
Sumber foto: https://www.google.co.id