Inovasi Kemenag dalam Pelayanan Haji 2024 Meningkatkan Kepuasan Jemaah
Jakarta (Balitbang Diklat)---Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia Ibnu Hammad memberikan tanggapannya terkait hasil survei Indeks Kepuasan Jemaah Haji Indonesia (IKJHI) tahun 2024. Dalam dialog publik dan rilis survei yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) melalui sambungan zoom dari Malaysia, Ibnu Hammad menggarisbawahi pentingnya inovasi dan pelayanan yang dilakukan selama ibadah haji tahun ini.
Ibnu yang juga bertugas sebagai petugas haji pada tahun 2024, menyatakan bahwa dari lapangan, dirinya menyaksikan secara langsung bahwa pelayanan haji dilakukan selama 24 jam di semua titik penting ibadah haji. "Apa yang disampaikan Joko Parmiyanto dari BPS bahwa semua titik dilayani, itu benar adanya. Saya melihatnya langsung sebagai petugas yang berkeliling ke semua sektor," ujarnya dari Malaysia, Jumat (20/9/2024).
Lebih lanjut, Ibnu menekankan bahwa puncak pelayanan terjadi di Armuzna, daerah yang menjadi perhatian dalam survei BPS. Namun, ia memastikan bahwa sebelum dan sesudah puncak pelaksanaan ibadah di Armuzna, pelayanan tetap dilakukan dengan baik dan stabil. "Tidak ada titik yang tidak dilayani. Setiap permasalahan yang dialami jemaah selalu diketahui oleh petugas dan diberikan solusi dengan cepat," tambahnya.
Inovasi Kemenag di Balik Tingginya Kepuasan Jemaah
Ibnu juga mengungkapkan bahwa angka kepuasan sebesar 88,20 yang dicapai tahun ini tidak terlepas dari berbagai inovasi yang dilakukan Kemenag. Salah satu inovasi yang ia soroti adalah sistem layanan murur yang sangat membantu kelancaran ibadah haji, serta layanan badal haji dan prinsip tanazul yang turut meningkatkan kepuasan jemaah.
"Inovasi kebijakan ini sangat membantu, dan saya menyaksikan sendiri bagaimana koordinasi antara Kemenag dengan pemerintah Arab Saudi berjalan dengan baik. Di lapangan, pelayanan jemaah tidak hanya melibatkan petugas dari Indonesia, tetapi juga petugas Arab Saudi, seperti pelayan hotel," jelasnya.
Sebagai usulan untuk peningkatan layanan di masa depan, Ibnu menyarankan agar survei kepuasan juga melibatkan petugas di lapangan serta masyariq yang memantau langsung kegiatan ibadah haji. Selain itu, ia juga menekankan pentingnya pelatihan teknis (bimtek) bagi petugas dan jemaah haji agar lebih siap menghadapi realitas di lapangan yang mungkin berbeda dari harapan normatif.
"Penting untuk membekali petugas dan jemaah dengan pemahaman yang realistis tentang kondisi di Arab Saudi. Pelatihan ini harus lebih dekat dengan realitas di lapangan, sehingga saat turun di lapangan, baik petugas maupun jemaah sudah siap dengan segala tantangan yang mungkin dihadapi," imbuhnya.
Acara dialog publik dan rilis survei ini dihadiri berbagai elemen masyarakat, termasuk perwakilan dari Badan Pusat Statistik (BPS), Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), Sekjen Al-Irsyad, Ketua Alwasliyah, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Universitas Indonesia (UI), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Nahdlatul Ulama (PBNU), Muhammadiyah, serta organisasi kepemudaan dan mahasiswa seperti GP Ansor, IPNU, IPPNU, PMII, dan berbagai media nasional. (Barjah)