Jadikan ASN Sebagai Panggilan Jiwa, Bekerja Untuk Ibadah
Palembang (Balitbang Diklat)--- Jika menjadi ASN adalah panggilan jiwa, maka harus sadar bahwa ada konsekuensi yang akan diterima. Sebab hisaban yang memberatkan saat di akhirat adalah tanggung jawab sebagai ASN.
“Kita harus menjadikan kinerja ASN menjadi bagian dari ibadah. Bukan soal regulasi atau budaya kerja, tetapi lebih dari itu sebagai konteks ibadah,” ujar Kepala Badan Litbang dan Diklat Prof. Suyitno di Palembang, Jumat (13/10/2023).
Kaban Suyitno menyampaikan hal tersebut saat memberikan materi bertema ‘Pembangunan Bidang Agama’. Paparan disampaikan kepada peserta Orientasi PPPK Kemenag se-Provinsi Sumatra Selatan di BDK Palembang.
Menurut Kaban, jika sudah menjadikan kinerja ASN sebagai ibadah, maka harus do the best. Harus bekerja dengan kinerja terbaik yang bisa dipersembahkan kepada Tuhan sebagai pusatnya pengabdian manusia.
“Kalau sudah selevel itu, maka disebut sebagai panggilan jiwa. Jika sampai pada tingkatan ini, niat bekerja bukan lagi karena keterpaksaan atau faktor lingkungan,” ungkap Guru Besar UIN Raden Fatah Palembang ini.
Jika ada standar kerja minimal, maka tetap kerja yang maksimal tanpa tergantung lingkungan. “Karena pada akhirnya kita akan mempertanggungjawabkan amalan masing-masing secara individu,” tuturnya.
Lebih lanjut, Kaban juga mengatakan bahwa panggilan jiwa menggambarkan hakikat setiap profesi. “The soul of ASN is more important than the ASN. Jiwa kita sebagai ASN lebih penting dari fisiknya karena jiwa tidak pernah mati,” katanya.
“Jika sudah menjadi panggilan jiwa, maka kita akan menikmati apa pun, kapan pun, dan di mana pun ditugaskan,” imbuhnya.
Terakhir, Kaban mengajak untuk bekerja profesional dengan penuh panggilan jiwa. “Jadikan ASN sebagai pilihan hidup yang bisa dibanggakan di hadapan Allah Swt,” tandasnya.
Hadir pada kesemapatan tersebut, Kepala Kanwil Kemenag Sumatra Selatan Syafitri Irwan, Kepala BDK Palembang Saefudin, dan Kasubag Tata Usaha BDK Palembang Mukmin.
Diad/Sr/Bas