Jakarta di Mata Suyitno, Taman Etnisitas yang Menginspirasi

15 Mei 2024
Jakarta di Mata Suyitno, Taman Etnisitas yang Menginspirasi
Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Suyitno saat memberikan arahan pada Dialog Interaktif Aliran Kepercayaan Tahun Anggaran 2024 di Jakarta, Rabu (15/5/2024).

Jakarta (Balitbang Diklat)---Kepala Badan (Kaban) Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI Suyitno mengatakan DKI Jakarta sebagai taman etnisitas, agama, dan budaya. Secara kewilayahannya, DKI Jakarta menjadi destinasi masyarakat.

 

Menurut Suyitno, hal tersebut karena di dalamnya terdiri dari berbagai kelompok masyarakat. “Termasuk semua agama dan aliran kepercayaan,” ujar Suyitno saat menjadi pembicara pada Dialog Interaktif Aliran Kepercayaan Tahun Anggaran 2024, yang diselenggarakan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, Pemprov DKI Jakarta, Rabu (15/5/2024).

 

Suyitno dengan lugas mengungkap peran penghayat kepercayaan terhadap meningkatnya indeks kerukunan umat beragama di DKI Jakarta. Menurutnya, substansinya menyamakan persepsi dalam konteks membangun kerukunan, khususnya di DKI Jakarta.

 

Indonesia, kata Suyitno, dilihat dari pemetaannya, memiliki 17.000 pulau, lebih dari 1.300 suku, dan 2.500 bahasa daerah, serta enam agama dan di antaranya aliran kepercayaan. Indonesia juga menjadi rumah bagi enam agama dan aliran kepercayaan.

 

“Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Kependudukan, diperkuat lagi oleh Peraturan Mendagri dan Permendikbud Nomor 27 Tahun 2016, keberadaan aliran kepercayaan di Indonesia sangat sah diakui oleh berbagai peraturan,” ungkapnya.

 

Dengan lahirnya Perpres Nomor 58 Tahun 2023, posisi Perpres dalam konteks mengakomodasi penghayat kepercayaan, di antara sekian agama yang ada di Indonesia, penghayat kepercayaan juga memiliki mandat untuk melakukan hal yang sama sebagaimana agama-agama yang ada.

 

“Kita sama-sama memfungsikan diri untuk melakukan langkah-langkah akselerasi penyelarasan relasi agama dan budaya, memiliki cara pandang dan bersikap praktik beragama yang moderat,” ucapnya.

 

Yang tidak kalah pentingnya, menurut Suyitno, adalah penguatan harmoni kerukunan umat beragama, dan ini juga berlaku untuk penghayat kepercayaan, “Ragamnya banyak, termasuk dalam konteks ekonomi, sumber daya keagamaan, dan kualitas kehidupan keagamaan,” pungkasnya.

 

(Barjah/diad/Sr)

Penulis: Barjah
Sumber: Nova
Editor: Dewi Indah Ayu/Sri Hendriani
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI