Jurnal Kemenag Terancam Dihapus? Kabag Umum dan Perpustakaan Ungkap Strategi Pertahankan Jurnal Lektur & Jurnal Heritage
Jakarta (BMBPSDM)---Kepala Bagian Umum dan Perpustakaan Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan SDM (BMBPSDM) Rizki Riyadu Taufik menyampaikan apresiasi kepada tim pengelola jurnal yang telah bekerja keras, khususnya Jurnal Lektur & Heritage yang telah mencapai peringkat Sinta 2.
“Proses melahirkan jurnal ini luar biasa. Setelah dilahirkan, sekarang ini menjadi tanggung jawab kita semua untuk terus menata dan mengembangkan hingga mencapai level terbaik,” ujarnya.
Hal tersebut dikemukakan Taufik saat memberikan sambutan dalam kegiatan Fullday Pengelolaan Jurnal Lektur & Heritage Tahun 2024 di Jakarta, Kamis (5/12/2024).
Taufik menyoroti pentingnya mempertahankan keberadaan jurnal di tengah tantangan kebijakan baru. Ia menyinggung arahan dari Bappenas yang sempat menyarankan penghapusan beberapa jurnal di bawah Badan Moderasi Beragama. Menurutnya, ini adalah tantangan yang harus dihadapi dengan membangun argumentasi yang kuat. “Kita harus memperjuangkan eksistensi jurnal sebagai bagian integral dari tugas penelitian yang dijalankan,” tegasnya.
Taufik mengingatkan bahwa kementerian lain, seperti Komisi Yudisial, Polri, dan Kemendagri, tetap bisa mempertahankan indeks penilaian mereka sendiri. Oleh karena itu, jurnal-jurnal di bawah Kementerian Agama juga harus dipertahankan. “Kalau jurnal kita dihapus begitu saja, perjuangan yang panjang akan sia-sia, apalagi dengan nomenklatur yang baru dimana Puslitbang LKKMO dijadikan sebagai Pusat Penilaian Buku Agama, Lektur, dan Literasi Keagamaan. Hal tersebut sudah sangat selaras dengan pengelolaan jurnal, bahwa jurnal- jurnal ini merupakan literasi keagamaan,” tambahnya.
Di sisi lain, Taufik menawarkan solusi untuk menyesuaikan anggaran pada 2025 nanti, seperti mengurangi pembayaran honor penulis tetapi tetap mempertahankan honor reviewer demi menjaga kualitas jurnal. “Mungkin pada 2025 nanti Jurnal Lektur & Jurnal Heritage bisa mulai berhenti untuk pengadaan honor penulis karena biasanya kalau sudah sinta 2 orang-orang pasti tertarik untuk menerbitkan jurnalnya di kita, apalagi kalau dibayar. Oleh karena itu, mungkin bisa dipertimbangkan lagi hal tersebut, tetapi kita tetap harus menghargai reviewer untuk menjalin relasi dan mempertahankan status Sinta kita,” jelasnya.
Terakhir, Taufik menegaskan perlunya sinergi antara pimpinan dan seluruh elemen yang terlibat. Ia mengajak semua pihak untuk memperkuat posisi jurnal sebagai bagian dari kajian strategis yang dilakukan badan baru. “Saya berharap sokongan dari Kapus agar kita bisa membangun argumentasi yang lebih kuat di Bappenas. Jika kita merapatkan barisan, Insya Allah jurnal ini tetap ada di kita,” katanya.
Taufik berharap jurnal-jurnal yang dikelola akan terus berkembang dan memberikan kontribusi nyata bagi kajian keagamaan dan keilmuan di Indonesia. “Mendirikan jurnal itu susah, mengembangkannya susah, mempertahankannya lebih susah lagi. Makanya kita harus terus berjuang bersama,” pungkasnya. (Rheka Humanis)