Jurnal Lektur Keagamaan dan Heritage of Nusantara: Pilar Literasi dan Warisan Budaya Keagamaan

Jakarta (BMBPSDM)—Inspektur Wilayah IV Inspektorat Jendral Kementerian Agama Moh. Isom mengatakan bahwa kegiatan ini menjadi momen reflektif untuk menengok kembali sejarah lahirnya jurnal-jurnal ilmiah unggulan di lingkungan Pusat Penilaian Buku Agama, Lektur, dan Literasi Keagamaan (PBAL2K) Kementerian Agama RI.
“Dua jurnal utama, Jurnal Lektur Keagamaan dan Heritage of Nusantara: International Journal of Religious Literature and Heritage, bukan hanya menjadi wajah akademik PBAL2K, tetapi juga simbol dari ketekunan dan komitmen panjang para pengelola jurnal sebagai para pejuang militan literasi keagamaan,” ujarnya pada Pengelolaan Tata Kelola Jurnal Ilmiah Pasca Indeksasi Scopus di Jakarta, Kamis (3/7/2025).
Lebih lanjut, Isom menyampaikan bahwa Jurnal Lektur Keagamaan lahir pada 2003, berangkat dari kebutuhan mendokumentasikan dan menyebarluaskan hasil kajian literasi keagamaan yang selama ini kurang mendapat ruang publikasi yang memadai. Sementara itu, Heritage of Nusantara menyusul pada 2012 sebagai wadah publikasi ilmiah untuk memperluas pemahaman pembaca terhadap isu-isu keindonesiaan dan internasional yang berkaitan dengan literatur keagamaan dan warisan budaya keagamaan, serta perkembangan mutakhirnya.
“Lahirnya jurnal-jurnal ini bukanlah proses instan. Dibangun dari semangat keilmuan dan kebutuhan untuk menjaga warisan intelektual keagamaan kita,” ungkapnya.
Kepala Puslitbang Lektur periode 2023-2024 ini menegaskan bahwa lahir dan bertahannya jurnal-jurnal ini tidak lepas dari tangan dingin dan dedikasi luar biasa tim pengelola jurnal di PBAL2K yang bekerja jauh melampaui tugas administratif. Menurutnya, para pengelola jurnal adalah sosok-sosok militan yang bekerja dalam senyap namun berdampak besar terhadap ekosistem akademik keagamaan di Indonesia.
“Keberhasilan Jurnal Lektur meraih indeksasi Scopus bukanlah titik akhir, melainkan langkah awal menuju jalan panjang yang lebih menantang dan penuh tanggung jawab akademik. Indeksasi itu bukan akhir. Justru inilah awal perjuangan kita. Kita harus semakin kuat menjaga komitmen, melestarikan jurnal, dan terus meningkatkan kualitasnya,” imbuhnya.
Pada kesempatan ini, Isom juga menyoroti pentingnya menjaga konsistensi penerbitan sesuai dengan kaidah akademik nasional dan internasional. Aspek seperti mutu naskah, integritas editorial, dan ketepatan waktu harus tetap menjadi prioritas utama.
“Kegiatan ini tidak hanya menjadi ruang strategi dan refleksi pasca-indeksasi, tetapi juga menjadi bentuk apresiasi terhadap seluruh pihak yang telah mendedikasikan tenaga dan waktu dalam menjaga keberlangsungan jurnal ilmiah di PBAL2K. Ini bukan sekadar jurnal. Ini adalah warisan keilmuan kita. Maka, menjaga dan mengembangkannya adalah bentuk tanggung jawab kita pada bangsa dan peradaban,” tegasnya. (Azalya Rahmatika)