Kaban Suyitno: Penyuluh Ibarat Pisau Bermata Dua

3 Mar 2023
Kaban Suyitno: Penyuluh Ibarat Pisau Bermata Dua
Kaban Suyitno saat memberikan arahan kepada peserta Pelatihan Penyuluh Informasi Publik (PIP), di Asrama Haji Bandar Lampung, Lampung, Jumat (03/03/2023).

Bandar Lampung (Balitbang Diklat)---Sebagai garda terdepan pemberi informasi, Penyuluh Informasi Publik (PIP) dihadapi dua pilihan. Ibarat dua sisi mata pisau, PIP bisa menjadi motivator atau provokator.

Hal tersebut disampaikan Kepala Badan (Kaban) Litbang dan Diklat Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI), Prof. Suyitno, kepada peserta Pelatihan PIP yang digelar Loka Diklat Keagamaan Bandar Lampung, di Asrama Haji Bandar Lampung, Lampung, Jumat (03/03/2023).

Kaban menyampaikan, peran PIP sebagai garda terdepan pemberi informasi program dan kebijakan pemerintah kepada masyarakat tidak bisa terelakkan. Salah satunya program penguatan moderasi beragama di masyarakat.

"Penyuluh itu, sebagai garda terdepan harus menyampaikan informasi terkait bagaimana penguatan moderasi beragama di masyakat," kata Kaban Suyitno.

Pria asal Tulungagung, Jawa Timur, itu menambahkan, penyuluh juga dapat menjadi corong bagi masyarakat. Ibarat pisau bermata dua, penyuluh bisa memberikan informasi yang baik dan buruk.

"Corong itu berarti Andalah yang akan menghitam-putihkan masyarakat. Saya ibaratkan kayak dua mata pisau, bisa menjadi provokator, bisa juga menjadi motivator, atau bisa menjadi kompor, bisa juga menjadi pendingin," katanya.

Penggerak Moderasi Beragama, Akrab dengan Dunia Maya

Menurut Kaban, penyuluh juga harus bisa menjadi penggerak moderasi beragama. Hal ini penting untuk mengatasi intoleransi di masyarakat. Terlebih dewasa ini gejala tersebut tampak dengan maraknya penyebaran pesan intoleran atau ujaran kebencian di medsos. "Begitu kencang karena hampir semua menjadi sasaran,” ujarnya.

Karena itu, ia mengingatkan pentingnya PIP memiliki literasi medsos dan harus akrab dengan dunia maya. Melalui medsos, PIP dapat menangkal kabar hoaks dan menyesatkan sehingga menjadi juru penerang bagi masyarakat.

"Dunia maya tidak bisa dihindari harus kita masuki tapi kita harus bijak menggunakannya. Kita harus punya literasi tentang dunia medsos sebagai bagian edukasi bukan sebagai bagian dari provokasi," tandas Guru Besar UIN Raden Fatah Palembang itu.

Ia pun memberikan motivasi kepada para PIP yang menjadi peserta kegiatan tersebut, agar menjalankan tugas dan fungsi (tusi) dengan sebaik-baiknya. "Kita mengawal tusi kita sebagai orang yang terdepan memberikan penyuluhan bagi masyarakat," imbuhnya.

"Insya Allah kalau ditanya Tuhan pada suatu ketika, amalan apa yang paling Anda banggakan, Anda akan menjawab sebagai penyuluh. Penyuluh yang walaupun honornya tidak terlalu gede tapi membanggakan karena bisa menerangi masyarakat," pungkas eks Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Kemenag RI. (julian/sri/bas)

   

 

Penulis: Julian
Editor: Sri Hendriani/Abas
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI