Karakteristik Islam

11 Apr 2023
Karakteristik Islam
Ustaz/Dai

Jakarta (Balitbang Diklat)---Allah hanya meridai Agama Islam karen itulah agama yang Allah berikan untuk semua manusia. Dan, itu pula agama semua Nabi dan Rasul.

 إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلۡإِسۡلَٰمُۗ وَمَا ٱخۡتَلَفَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ إِلَّا مِنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلۡعِلۡمُ بَغۡيَۢا بَيۡنَهُمۡۗ وَمَن يَكۡفُرۡ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ فَإِنَّ ٱللَّهَ سَرِيعُ ٱلۡحِسَابِ 

Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barang siapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya (QS. Ali Imran,  3: 19).

Bahkan Allah mengancam siapa pun yang mencari agama selain Islam.

وَمَن يَبۡتَغِ غَيۡرَ ٱلۡإِسۡلَٰمِ دِينٗا فَلَن يُقۡبَلَ مِنۡهُ وَهُوَ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ 

Dan barang siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi (QS. Ali Imran,  3: 85).

Sudahlah tidak diterima, rugi pula. Sia-sialah hidup orang yang mencari agama selain Islam.

Hal ini tentu memiliki konsekuensi logis yaitu Islam memiliki karakter yang mumayyizaat (kelebihan yang membuatnya menonjol) dibanding agama lain.

Pada hari ini kita akan bahas apa saja karakteristik yang menyebabkan Islam itu lebih unggul dan lebih baik dari agama lain.

(1) Rabbaniyah (orientasi ketuhanan)

Karakter pertama ajaran Islam adalah berorientasi ketuhanan. Karena Islam berasal dari Tuhan Semesta Alam, bukan agama buatan manusia. Ada 3 aspek dalam hal ini:

A. Robbaniyatul ghoyah (Tujuannya ketuhanan)

Islam menggariskan bahwa dalam melakukan amal apa pun harus dilandasi keikhlasan yaitu tujuannya hanya mencari rida Allah sebagai satu satunya Tuhan. Allah berfirman 

  وَمَآ اُمِرُوْا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ  

“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar)” (QS. Al bayyinah, 97: 5).

B. Robbaniyatul mashdar (Dasar hukum ketuhanan)

Dalam Islam, sumber hukum itu adalah wahyu bukan hawa nafsu manusia. Maka, yang jadi sumber hukum adalah firman Allah dan keteladanan dari Nabi yang dibimbing oleh wahyu. Allah berfirman 

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى  إِنْ هُوَ إِلا وَحْيٌ يُوحَى

“dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)” (QS. An Najm, 3 & 4).

C. Robbaniyyatul manhaj (Ajaran ketuhanan)

Syariah dibuat oleh Allah dengan petunjuk dan bimbingan langsung secara teknis oleh Rasulullah. Jadi syariah bukan akal-akalan manusia melainkan atas bimbingan wahyu. Allah berfirman 

يَٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا ٱلرَّسُولَ وَأُولِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

" Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (QS. An Nisa, 4: 59).

(2) Kamil (Sempurna) dan Mutakamil (Saling Menyempurnakan)

Islam itu sempurna dan ajarannya saling menyempurnakan. Allah berfirman

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا“… 

Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridai Islam sebagai agama bagimu …” [Al-Maa-idah/5: 3].

Dalam bidang apa pun, syariah Islam memiliki ajaran yang sangat sempurna tentangnya. Tidak ada yang dizalimi, semua sesuai dengan kondisi yang semestinya.

(3) Integal/menyeluruh (syumuliyyah)

Aspek kemenyeluruhan Al-Qur'an ini meliputi 3 aspek:

A. Syumuliyatul zaman (kesempurnaan waktu)

Risalah Islam berlaku untuk semua zaman dan generasi

وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِىٓ إِلَيْهِ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعْبُدُونِ

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku"” (QS. Al Anbiya, 25).

Semua Rasul di semua zaman mengajarkan Tauhid yang sama.

B. Syumuliyatul minhaj (kesempurnaan pedoman hidup)

Islam adalah risalah yang sempurna bagaikan sebuah bangunan yang kokoh.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ 

“Wahai orang yang beriman, masuklah kamu semua ke dalam Islam. Janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kalian” (Surat Al-Baqarah ayat 208).

Islam mengatur hidup manusia dari urusan yang paling kecil seperti cara buang air, sampai urusan mengatur negara.

C. Syumuliyatul makan (Kesempurnaan tempat/ruang)

Islam merupakan pedoman hidup yang tidak dibatasi oleh batas-batas geografis tertentu.

قُلْ يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ لآ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ يُحْيِ وَيُمِيتُ فَئَامِنُوا بِاللهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

Katakanlah: “Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan yang mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk [QS. Al-A’rof (7): 158].

(4) Lurus (qayyim)

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا“

Maka apakah mereka tidak menghayati (mendalami) Al-Qur’an? Kalau kiranya (Al-Qur’an) itu bukan dari sisi Allah, pastilah mereka menemukan pertentangan yang banyak di dalamnya” [An-Nisaa’/4: 82].

Allah menjaga Al-Qur'an dari penyimpangan dan pemalsuan. Di antara buktinya adalah tidak ada satu ayat pun yang secara hakikat bertentangan satu dengan yang lain. Hal yang berbeda kita temukan dalam Injil, Taurat, dll. Di dalamnya akan kita temukan banyak pertentangan karena kitabnya sudah dicampur dangan perkataan manusia.

(5) ‘alamiyah (agama untuk seluruh alam)

Allah berfirman 

وَمَا أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَٰلَمِينَ

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (QS. Al Anbiyah, 107).

Bukan untuk satu negara atau satu suku tertentu. Karena semua nabi memang untuk kaum tertentu pada masa tertentu tapi Nabi Muhammad diutus untuk semua manusia di semua zaman sampai hari kiamat. Itulah konsekuensi jadi nabi terakhir.

Allah juga berfirman

وَمَآ أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ كَآفَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ

Dan Kami tidak mengutusmu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya, sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui [QS. Saba’ (34): 28].

(6) Fitrah dan insaniyyah (manusiawi)

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ“

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. Ar-Ruum, 30: 30).

Hanya Islamlah satu satunya agama yang sesuai fitrah.

Apapun yang merusak kesucian fitrah maka dilarang dalam Islam.

Fitrahnya manusia adalah menikah, jika memilih untuk tidak menikah tanpa alasan syar’i  maka yang akan terjadi adalah pelanggaran syariah seperti zina, “culi”, dan, banyak dosa lain karena menentang fitrahnya sendiri.

Menikah pun harus beda jenis kelamin. Menikah sesama lelaki dan sesama perempuan adalah bentuk penyelewengan dari fitrah dan itu dilarang. Karena homo dan lesbi tidak akan bisa melahirkan sementara tujuan pernikahan di antaranya adalah memperbanyak keturunan. Termasuk di antara penyelewengan dari fitrah adalah tidak mau memiliki anak.

Dan banyak lagi penyelewengan fitrah yang dilarang oleh Islam demi menjaga harkat dan martabat manusia itu sendiri.

Ketika Allah memerintahkan puasa di siang hari yang mencegah kita dari makan dan berhubungan badan tapi Allah menghalalkannya di malam hari karena Islam mensyariahkan ibadah puasa untuk mendidik bukan untuk menyiksa. Allah berfirman: 

أُحِلَّ لَكُمۡ لَيۡلَةَ ٱلصِّيَامِ ٱلرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَآئِكُمۡۚ هُنَّ لِبَاسٞ لَّكُمۡ وَأَنتُمۡ لِبَاسٞ لَّهُنَّۗ عَلِمَ ٱللَّهُ أَنَّكُمۡ كُنتُمۡ تَخۡتَانُونَ أَنفُسَكُمۡ فَتَابَ عَلَيۡكُمۡ وَعَفَا عَنكُمۡۖ فَٱلۡـَٰٔنَ بَٰشِرُوهُنَّ وَٱبۡتَغُواْ مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَكُمۡۚ وَكُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ ٱلۡخَيۡطُ ٱلۡأَبۡيَضُ مِنَ ٱلۡخَيۡطِ ٱلۡأَسۡوَدِ مِنَ ٱلۡفَجۡرِۖ ثُمَّ أَتِمُّواْ ٱلصِّيَامَ إِلَى ٱلَّيۡلِۚ وَلَا تُبَٰشِرُوهُنَّ وَأَنتُمۡ عَٰكِفُونَ فِي ٱلۡمَسَٰجِدِۗ تِلۡكَ حُدُودُ ٱللَّهِ فَلَا تَقۡرَبُوهَاۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ ءَايَٰتِهِۦ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَتَّقُونَ 

Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan isterimu. Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima taubatmu dan memaafkan kamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Tetapi jangan kamu campuri mereka, ketika kamu beriktikaf dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, agar mereka bertakwa (QS. Al Baqarah,  2: 187).

Ketika Islam perintahkan kita puasa, Islam juga perintahkan kita berbuka saat waktunya.

Ketika Islam perintahkan kita salat di malam hari (qiyamullail), Islam juga perintahkan kita tidur di sebagian malam.

Begitulah seluruh ajaran Islam itu sangat manusiawi. Islam datang untuk mengatur agar hidup sesuai fitrah bukan untuk mempersulit apalagi menyiksa manusia.

(7) Wudhuh (Jelas) dan waqi’iyyah (ealistis)

Dalam hukum Islam (fikih),  sangat jelas diterangkan. Tidak ada yang samar-samar. Karena manusia tidak boleh beramal dalam keraguan.

فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ“

Jika di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu dia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain“ [al-Baqarah/2:184].

Islam juga agama yang realistis. Jika memungkinkan ibadahlah dengan aturan yang ideal, tapi jika tidak bisa karena sakit, dan lain-lain, maka silakan beribadah sesuai kemampuan. Allah berfirman:

يَٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ فَٱغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى ٱلْمَرَافِقِ وَٱمْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى ٱلْكَعْبَيْنِ ۚ وَإِن كُنتُمْ جُنُبًا فَٱطَّهَّرُوا ۚ وَإِن كُنتُم مَّرْضَىٰ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِّنكُم مِّنَ ٱلْغَائِطِ أَوْ لَٰمَسْتُمُ ٱلنِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَٱمْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُم مِّنْهُ ۚ مَا يُرِيدُ ٱللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَٰكِن يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُۥ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur (QS. Al Ma’idah, 5:6).

(8) Tawazun (Seimbang) dan wasathiyyah (pertengahan)

Allah berfirman terkait keseimbangan dunia dengan akhirat

وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ

“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan” (QS. Al-Qashash [28] ayat 77).

Islam bukan hanya mengurusi dunia dan melupakan akhirat. Bukan pula sebaliknya hanya mengurus akhirat lalu melupakan dunia.

Fokus hidup haruslah ke akhirat, tapi jangan sampai membuat kita melupakan dunia. Dunia hanya secukupnya sekadar jangan lupa karen dunia sementara.

Begitulah tawazun yang dikehendaki dalam Islam yaitu proporsional bukan 50%:50%.

Allah berfirman ketika menyifati umat Islam sebagai ummat wasatho

وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ عَلَيْهَآ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِۗ وَاِنْ كَانَتْ لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ ۗوَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُضِيْعَ اِيْمَانَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ

“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia” (QS. Al-Baqarah [2] ayat 143).

Islam adalah agama pertengahan antara ekstrim kiri dan kanan. Islam pertengahan antara Yahudi yang membenci Nabi Isa dan Kristen yang mempertuhankan Nabi Isa.

Dia adalah nabi yang harus dimuliakan tapi tak boleh dipertuhankan karena memang bukan Tuhan.

Dalam hal apa pun Islam selalu moderat di antara dua ekstrim.

Adapun tentang makna wasathiyah para ulama ahli tafsir menjelaskan lebih lanjut bahwa makna yang lebih spesifiknya adalah adil dan pilihan.Sebagaimana penjelasan Imam Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat [(QS. Al-Baqarah [2] ayat 143)] ini beliau berkata yang artinya

"Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:  "Sesungguhnya Kami palingkan kalian ke arah kiblat Ibrahim 'alaihissalam dan Kami pilihkan kiblat tersebut untuk kalian, hanya karena Kami akan menjadikan kalian sebagai umat yang terpilih, dan agar kalian kelak di hari kiamat menjadi saksi atas umat-umat lain, mengingat semua umat mengakui keutamaan kalian."

Al-wasat dalam ayat ini berarti pilihan dan yang terbaik, seperti dikatakan bahwa orang-orang Quraisy merupakan orang Arab yang paling baik keturunan dan kedudukannya. Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam seorang yang terbaik di kalangan kaumnya, yakni paling terhormat keturunannya. Termasuk ke dalam pengertian ini salatul wusta, salat yang paling utama, yaitu salat Asar, seperti yang telah disebutkan di dalam kitab-kitab sahih dan lain-lainnya. Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan umat ini (umat Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi Wasallam) merupakan umat yang terbaik; Allah Swt. telah mengkhususkannya dengan syariah-syariah yang paling sempurna dan tuntunan-tuntunan yang paling lurus serta jalan-jalan yang paling jelas.” Wallahu a'lam bisshowwab.

 

Penulis: Junaedi Putra
Editor: Sri Hendriani/Abas
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI