Kemenag Mengajak Masyarakat Menjaga Nilai Moderasi Beragama Lewat Tradisi Budaya Lokal

20 Okt 2022
Kemenag Mengajak Masyarakat Menjaga Nilai Moderasi Beragama Lewat Tradisi Budaya Lokal

Madura (Balitbang Diklat)---Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan (BALK) Balitbang Diklat Kemenag RI bekerja sama dengan Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA) dan Dewan Kesenian Sumenep (DKS) menggelar Seminar Nasional dan Pentas Seni, Rabu (19/10/2022). Kegiatan bertajuk Translasi Budaya Nusantara untuk Aktivasi Toleransi dan Moderasi Beragama diselenggarakan secara daring dan luring. Untuk gelaran luring, acara berlangsung di Aula Asyyarqawi INSTIKA, Guluk-Guluk, Sumenep itu diikuti sekitar 350 peserta.

Kepala Subbag Tata Usaha Puslitbang BALK Rizky Riyadu mengatakan Kemenag memiliki kepentingan untuk berkontribusi dalam merawat budaya lokal. “Tradisi budaya lokasl merupakan salah satu nilai utama dari moderasi beragama, maka menjadi salah satu tanggung jawab kami untuk merawatnya,” ujar Rizky yang hadir secara online melalui zoom meeting.

Melalui kegiatan tersebut, lanjut Rizky, diharapkan masyarakat dan santri di Madura memiliki semangat yang sama dalam merawat tradisi luhur yang baik, yakni yang mengandung nilai-nilai moderat. “Hal ini mencerminkan bahwa masyarakat Madura dan kalangan santri sebagai bagian masyarakat yang menjunjung tinggi perbedaan, kebhinekaan, dan menghargai kebudayaan lokal,” katanya.

Senada dengan hal tersebut, Rektor Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) Guluk-Guluk, K.H Ah Syamli Muqsith menegaskan sikap toleransi sejak dulu telah dilakukannya. Misalnya, pada tahun 1980an, Annuqayah telah menerima perbedaan native speaker ke tengah-tengah pesantren.

“Mereka yang notabene non-muslim live in di Annuqayah dalam kurun waktu cukup lama untuk membersamai para santri belajar Bahasa Inggris,” ujarnya saat memberi sambutan di acara tersebut.

Rektor Ah Syamli mengapresiasi Dewan Kesenian Sumenep yang telah menjalin kerja sama dengan pihaknya. “Kebetulan fokus kegiatan ini adalah toleransi dan moderasi, hal ini juga telah menjadi kajian dan penerapan di kehidupan kampus dan pesantren,” ungkapnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua DKS Turmidi mengatakan toleransi dan moderasi hari ini patut digaungkan. DKS bersama Balitbang Diklat Kemenag dan kampus INSTIKA berupaya menyelaraskan antara seni, kultur, lokalitas, dan masyarakat santri yang notabene menjadi ciri khas masyarakat Madura.

Menurut Turmidi, alasan menggandeng kampus yang ada di pesantren, karena pihaknya meyakini jika pesantren dengan metode pembelajaran yang diterapkan juga mengusung nilai-nilai toleransi. Sehingga para alumninya tidak tidak terseret pada arus sektarianisme dan radikalisme.

“Di tengah-tengah ketegangan intoleransi dan ajaran yang memframing kekerasan, perlu pendekatan dan dialog. Nah, kegiatan ini adalah cara ucap dan sebentuk pendekatan untuk membangun dialog yang sehat dan sejuk melalui pendekatan akadamik, seni dan budaya, masyarakat santri sekaligus,” pungkasnya.

  Tidak Ada Alasan untuk Tidak Cinta Indonesia Kegiatan seminar dan pentas seni ini menghadirkan K.H. D Zawawi Imron. Ia merupakan budayawan nasional asli Sumenep dengan julukan Si Celurit Emas. K.H. Zawawi menggugah ratusan peserta yang hadir pada melalui petuah-petuah bijak disampaikan dengan halus dengan pantun bersajak.

“Kenapa kita harus cinta Indonesia?  Kita semua minum air Indonesia, dan itu menjadi darah kita. Kita makan beras dan buah Indonesia, dan itu menjadi daging kita. Kita sujud di bumi Indonesia, berarti Indonesia menjadi sajadah kita. Saat mati,  kita akan kembali dalam pelukan bumi Indonesia. Tidak ada alasan untuk tidak cinta Indonesia,” tuturnya saat menyampaikan orasi budaya.

Setelah orasi budaya, rangkaian kegiatan tersebut diisi dengan seminar nasional yang menghadirkan Kiai M Faizi (budayawan nasional dan tokoh agama), Kiai Abd. Wasid (Kasi PD. Pontren Kemenag Sumenep), Dr. Damanhuri (Wakil Rektor INSTIKA dan Direktur Madrasah Moderasi LPTNU Sumenep) dan moderator Dr. Tatik Hidayati (Dosen Pascasarjana INSTIKA).[]

Fatur/diad

 

 

 

 

Penulis: Faturrahman
Sumber: kontributor
Editor: Dewindah
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI