MENGEMBANGKAN LABORATORIUM DAKWAH BAGI MAHASISWA

21 Jan 2016
MENGEMBANGKAN LABORATORIUM DAKWAH BAGI MAHASISWA

Oleh: H. M. Hamdar Arraiyyah

(Peneliti Utama/Kepala Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan)

  

         Idealnya, setiap alumni Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) memberi kontribusi yang optimal terhadap kegiatan dakwah. Harapan itu ditujukan kepada alumni semua program studi, terutama jurusan keagamaan. Harapan yang lebih besar lagi ditujukan kepada alumni program studi di Fakultas Dakwah, seperti Komunikasi dan Penyiaran Islam. 

Harapan itu, setidaknya, didasarkan pada beberapa alasan. Pertama, para alumni memiliki kompetensi dasar di bidang keagamaan, meskipun terdapat perbedaan muatan keagamaan dan konsentrasi antara satu program studi dengan lainnya. Kompetensi dasar yang dimaksud diperoleh melalui mata kuliah seperti Pengantar Ilmu Tafsir, Pengantar Ilmu Hadis, Fikih, dan Ilmu Kalam. Bahasa Arab pada hakikatnya juga masuk dalam kategori kompetensi dasar dalam studi Islam. Kedua, seiring dengan perkembangan zaman, tantangan kebutuhan masyarakat terhadap dakwah sangat besar, kompleks dan dinamis. Ketiga, harapan masyarakat perlu direspons secara terus menerus dengan intensitas dan kualitas dakwah yang lebih tinggi, terencana dan terorganisasi.

         Walaupun peran alumni PTKI dalam bidang dakwah sudah dirasakan manfaatnya untuk waktu yang lama, namun peran tersebut agaknya masih terbatas. Peran alumni secara perorangan masih memperlihatkan kesenjangan antara satu dengan yang lain. Peran melalui wadah organisasi juga masih kurang. Dengan demikian, upaya pemerataan peran itu perlu diagendakan.

         Salah satu langkah strategis dan efektif untuk memperkuat semangat dakwah di kalangan alumni PTKI dilakukan melalui pengembangan laboratorium (lab) dakwah. Laboratorium (Inggris: laboratory) mengandung arti a room or building used for scientific research, experiments, testing, etc. (sebuah ruang atau gedung yang dipergunakan untuk keperluan riset ilmiah, percobaan, pengujian, dsb.) (Turnbull, 2010). Makna kata laboratorium menjadi lebih spesifik ketika dirangkaikan dengan bidang atau objek studi tertentu. Istilah language laboratory menunjuk kepada a room in school or college that contains spcial equipment to help students learn foreign languages by listening to tapes, or CDs, watching videos or DVDs, recording themselves, etc. (sebuah ruang di sekolah atau perguruan tinggi yang memiliki perlengkapan khusus untuk membantu mahasiswa mempelajari bahasa asing dengan cara mendengarkan pita rekaman, atau CD, atau menonton video atau DVD, merekam diri mereka, dsb.) (Turnbull, ed., 2010). Mengacu pada pengertian tersebut, maka pengembangan lab dakwah di PTKI dapat mengikuti konsep yang disebut terakhir. Peralatan dan aktivitas mahasiswa pada sebuah lab dakwah sudah memenuhi standar minimal bila hal-hal yang disebutkan itu bisa dimiliki dan dikembangkan. Peralatan dan aktivitas tersebut membuat pendengaran mahasiswa lebih peka, penglihatan lebih cermat, analisis lebih tajam, keterampilan lebih teruji, respons lebih tepat guna, dan produktivitas lebih tinggi terkait dengan dakwah.

Data Kegamaan

         Pengembangan lab dalam rangka menunjang penyelenggaraan pendidikan agama Islam sudah dilakukan Kementerian Agama beberapa tahun terakhir.  Keputusan Menteri Agama RI Nomor 211 Tahun 2011 berisi Pedoman Pengembangan Standar Nasional Pendidikan Agama Islam. Bab VIII membahas standar sarana prasarana PAI (Pendidikan Agama Islam), termasuk lab. Hal-hal yang diatur mencakup fungsi, ketentuan mengenai fisik, dan pemanfaatan lab PAI. Intinya adalah penyediaan ruang dan perlengkapan untuk mendukung kegiatan pembelajaran PAI di sekolah untuk mencapai hasil terbaik sesuai tujuan yang ditetapkan.

         Lab diperlukan untuk membangkitkan semangat dakwah bagi mahasiswa. Semangat itu dapat dipacu dengan memberikan gambaran tentang kondisi umat Islam dan aktivitas dakwah di berbagai negera dan wilayah. Mahasiswa perlu diberi data, informasi, dan analisis tentang kondisi umat di berbagai tempat, tantangan yang mereka hadapi, aktivitas yang dilakukan dan respons yang diperlukan. Dewasa ini, data dan informasi tentang kondisi muslim di berbagai negera dapat dengan mudah diperoleh melalui media on line. Jumlah dan persentase muslim di banyak negara menunjukkan peningkatan. Akan tetapi, keadaan sebaliknya terjadi pada satu dua negara. Data dan informasi serupa di wilayah yang lebih sempit, negara bagian atau provinsi, perlu disajikan melalui audio visual aids kemudian didiskusikan oleh mahasiswa di bawah arahan dosen.

         Sebagai misal, kaum muslimin di Ethiopia selama ini dikenal sebagai kelompok minoritas. Meskipun demikian, data umat Islam di negeri ini yang diperoleh melalui media on line menunjukkan perkembangan. Pada sebuah sumber on linedisebutkan bahwa jumlah mereka sebanyak 21% pada tahun 2005. Jumlah tersebut berubah menjadi 33,9% pada tahun 2007. Sebuah sumber mengklaim bahwa jumlah mereka di atas 50% tahun 2012. Walaupun jumlah mereka sekitar 33,9%, mereka disebut sebagai minoritas sebab kategorisasi pemeluk agama lainnya menggunakan patokan yang sering berubah. Sumber informasi on line meperlihatkan dalam bentuk video partisipasi umat Islam di Adis Ababa, ibukota Ethiopia, sangat besar. Hal yang sama diperlihatkan di negara lain seperti Moscow, Rusia. Pada tahun 2015 ini diberitakan bahwa jamaah salat Id di ibukota Rusia itu pada satu lokasi salat mencapai ratusan ribu orang. Adapun negara yang presentase umat Islamnya disebut menurun, yaitu Filipina dan Myanmar. Penurunan jumlah umat Islam di negara ini antara lain karena situasi politik di dalam negeri yang dialami atau pernah dialami.   

         Data pemeluk agama Islam di beberapa daerah di Indonesia yang dikeluarkan oleh BPS (Badan Pusat Statistik) menunjukkan peningkatan yang sangat tajam, namun ada juga yang mengalami penurunan. Secara umum, gejala ke arah peningkatan sangat jelas. Sebagai contoh, pada tahun 1971 dan 2010 persentase umat Islam meningkat di beberapa daerah seperti: Sumatera Utara (60,3 - 66,07%), Sulawesi Tengah (72,4 - 77,77%), Bali (5,1% - 13,37%), Kalimantan Barat (42,7 - 59,26%), Kalimantan Tengah (54 - 74,63%) Nusa Tenggara Timur (8,4 - 9,06%), Jawa Tengah (96,4 - 96,75%). Peningkatan tajam persentase umat Islam terjadi pada beberapa provinsi yang sudah dimekarkan, yaitu Papua, Maluku, dan Sulawesi Utara. Sementara itu, persentase pemeluk agama Islam yang mengalami penurunan, dari yang tertinggi, yaitu di Sulawesi Tenggara (98.07 - 95,32%), Sumatera Barat (98,7 - 97,44%), Jawa Barat (97,8 - 97.08%), Banten setelah dimekarkan dari Jawa Barat (tahun 2010: 94,57%), Jawa Timur (96,9% - 96,36%). Melihat data dan tren yang ditunjukkan, maka angka penuruan persentase umat Islam secara nasional dalam rentang waktu empat puluh tahun terakhir (87,5 - 87,21%)  perlu dikaji lebih dalam. Kajian itu bisa diarahkan pada wilayah yang lebih sempit, seperti tingkat kabupaten, kecamatan, dan desa. Ini bisa diolah oleh dosen dan mahasiswa di lab.       

Aktivitas Penyiaran Agama

         Semangat dakwah di kalangan mahasiswa dapat pula dipacu dengan memperlihatkan rekaman aktivitas penyiaran agama di berbagai negara dan daerah. Berbagai saluran tv yang menyiarkan aktivitas dakwah dan keagamaan dapat ditonton langsung secara bersama untuk kemudian didiskusikan. Aktivitas ceramah, tanya jawab, dan tayangan kasus keagamaan perlu dicermati oleh mahasiswa. Dialog terbuka dari ahli agama yang berbeda dan dilakukan secara terbuka di beberapa negara sebagai suatu tren baru penyiaran agama perlu dicermati dan disikapi dengan bijak. Tujuan tayangan itu semua agar mahasiswa dapat mendalami materi dan metode penyampaiannya untuk dijadikan sebagai sumber inspirasi sehingga belajar lebih tekun dan memainkan peran sebagai dai di kemudian hari.

         Aktivitas dakwah di beberapa televisi nasional di Indonesia berlangsung semarak, namun perlu diteliti dan dibahas agar hasilnya lebih efektif. Jika ada narasumber yang diminati oleh kelompok masyarakat tertentu, maka respons dalam bentuk kelompok pemirsa siaran televisi dapat dipertimbangkan untuk digalakkan. Bentuknya semacam revitalisasi kelompen capir (kelompok pendengar, pembaca dan pemirsa) yang pernah dikembangkan pada komunitas petani pada masa lalu. Lebih dari itu, beberapa tahun terakhir sejumlah stasiun televisi nasional dan lokal mempunyai misi utama di bidang dakwah, namun kurang diakses oleh umat. Ini membutuhkan dukungan umat.

         Rekaman yang tidak kalah pentingnya untuk dibuat dan dibahas di lab adalah simulasi khutbah, ceramah dan diskusi keagamaan yang dilakukan oleh mahasiswa. Melalui diskusi, mahasiswa dapat mengetahui kelebihan dan kekuarangannya dalam menjalankan peran tersebut. Lab dalam hal ini berfungsi memacu keberanian dan meningkatkan ketrampilan mahasiswa untuk menyampaikan ceramah di depan umum. Fungsi ini penting sebab tidak sedikit alumni yang tidak bersedia tampil sebagai penceramah, termasuk sebagian pegawai negeri yang diangkat sebagai penyuluh agama Islam.

         Salah satu hal yang juga diharapkan dari lab dakwah adalah pembuatan konsep dan pengembangan gagasan terkait dengan dakwah. Gagasan itu dapat dikembangkan dari Al-Qur’an, Hadis, dan buku-buku keagamaan. Gagasan itu dapat pula dikembangkan dari  pengalaman sendiri dan pengamatan terhadap kegiatan penyiaran agama di masyarakat. Kegiatan penyiaran agama secara door to door, face to face, melalui madia sosial, penyelenggaraan pendidikan di sekolah, layanan kesehatan, pengembangan dunia usaha, jasa keuangan, dan peredaran media massa perlu dicermati. Mahasiswa perlu dilatih untuk membuat peta dakwah, perencanaan kegiatan dan penyiapan materi dakwah secara tertulis. Termasuk dalam peta itu adalah potensi dakwah dan simbol Islam lokal.

_______

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI