Mengungkap Temuan Baru: Publikasi Naskah-Naskah Kuno Berkualitas

1 Nov 2018
Mengungkap Temuan Baru: Publikasi Naskah-Naskah Kuno Berkualitas

Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi (LKKMO) melaksanakan Rapat Dalam Kantor (RDK) dengan agenda pembahasan publikasi naskah kuno berbasis kebermanfaatan kepada masyarakat, Rabu (31/10).

Naskah kuno yang menjadi target publikasi ditentukan berdasarkan kriteria-kriteria yang disepakati tim rapat. Kriteria tersebut antara lain: 1) naskah koleksi Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi; 2) menunjukkan lokalitas; 3) isinya yang aktual dan menjawab kebutuhan umat; 4) unik dari sisi tampilan fisiknya yang meliputi iluminasi dan ilustrasi yang menarik serta tulisan yang rapi dan jelas serta mudah untuk dibaca. Kriteria lain yang terpenting ialah harus ada aspek kebermanfaatan bagi umat, dalam arti naskah yang dipublish masih dan senantiasa digunakan untuk kebutuhan umat di negeri tercinta ini.

Dalam rapat ini, Kapuslitbang LKKMO, Muhammad Zain memberi arahan bahwa penerbitan naskah klasik harus mempertimbangkan aspek invention, mengungkap temuan-temuan baru dari naskah dimaksud. “Naskah Raja Ali Haji tentang Pohon Perhimpunan Peri Perjalanan tahun 1896 yang memuat perkembangan Islam di Natuna dan Pulau Tujuh, menjadi contoh naskah yang mengungkap temuan-temuan baru yang perlu diketahui generasi sekarang”, ungkap Kapuslitbang.

Selain itu, terdapat pula naskah bencana alam, seperti naskah gempa mengungkap banyak hal tentang penanganan bencana alam secara tepat. Naskah ini pun belum banyak diketahui masyarakat Indonesia.

Naskah hari kiamat adalah contoh naskah lain yang mengungkap dan menjelaskan bagaimana kehidupan pada hari akhir setelah dunia ini tiada. Pengetahuan yang melampui pikiran manusia dan mengingatkan manusia untuk tetap berada di jalan yang benar menjadi penting diangkat untuk diketahui oleh khalayak.

Muhammad Zain pun menegaskan bahwa dalam menyeleksi naskah untuk diterbitkan perlu memerhatikan aspek kebermanfaatannya dalam jangka waktu yang panjang, bahkan bila perlu kebermanfaatannya berlaku untuk seumur hidup. Sebut saja misalnya, naskah tentang perjalanan haji yang dapat digunakan sepanjang masa, karena selama umat Islam masih ada di dunia ini, maka selama itu pula haji akan terus dilaksanakan. Konsekuensinya, isi naskah akan tetap terus dibaca umat.

Contoh naskah lain yang perlu dipertimbangkan untuk terbit dan disebarluaskan adalah naskah I Lagaligo dari Sulawesi. Naskah ini terdiri dari beberapa jilid. Isinya mengandung kearifan lokal yang sarat dengan budaya lokal Bugis. Pertemuan Islam dengan nilai-nilai budaya lokal mencuat pengungkapannya dalam naskah ini. Hal ini dapat menjadi pembahasan ilmuwan dan peneliti serta sejarawan secara terus menerus. 

Naskah lain yang cukup penting untuk diterbitkan dan disebarluaskan kepada masyarakat adalah naskah Suryo Mentaram yang disimpan di Keraton Yogyakarta. Naskah ini mengandung nasehat para raja kepada rakyatnya. Pemikiran dan petuah para raja ini menjadi panutan masyarakat setempat pada masanya. Karena itu, petuah-petuah ini dapat menjadi contoh teladan dan bandingan ilmu untuk generasi dewasa ini.

Zain menambahkan pula bahwa naskah beserta mushaf Alquran ini tersimpan di perpustakaan Keraton Jogjakarta, tidak berhasil dicuri Rafles untuk dibawa ke negerinya.

Akhirnya Kapuslitbang berpesan bahwa ketika nashkah kuno tersubut dicetak ulang, maka tampilan yang menarik dan eye catching harus menjadi perhatian utama. Semua cetakan harus dibuat dengan menggunakan kertas lux dengan warna terang dan jelas. Dengan demikian, para pembaca diharapkan dapat terpancing rasa ingin tahunya untuk membuka dan melihat secara lebih detail tentang naskah yag ada di hadapannya. Dengan penerbitan naskah klasik ini diharapkan dapat menyumbang salah satu temuan baru kepada para pembaca.[]

FI/DIAD/BAS/AR

 

 

Sumber foto: https://www.google.com

 

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI