Mengurai Masalah Dunia Pendidikan di Madrasah, Ini Pesan Kaban!
Jakarta (Balitbang Diklat)---Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan bekerja sama dengan Yayasan Berkah Kalam Walisongo menggelar Focus Group Discussion (FGD) Pengukuran Index Resiliensi Kerja Guru Madrasah di Indonesia. Terdapat empat faktor yang dianalisis, yaitu geografis, demografis, psikografis, dan sosiologis.
Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan SDM Suyitno mengatakan terdapat masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan, yaitu guru, pola rekrutmen, dan pelatihan. Tiga poin ini yang harus menjadi bagian dari rekomendasi hasil riset.
Meski demikian, ada peta gambaran awal yang perlu dijabarkan. Pertama, masih adanya masa kekurangan guru. “Setiap ada pergantian pimpinan, isu tentang guru selalu ramai. Padahal masalah ini sangat complicated menyangkut politik, finansial, dan lainnya,” ujarnya saat memberikan arahan pada FGD di Jakarta, Selasa (19/11/2024).
“Oleh karena itu, mengurai masalah ini perlu pengamatan yang detail dan berimbang. Tidak hanya melalui kuantitatif, tapi harus ada in-depth interview terhadap berbagai pihak untuk menggali lebih dalam permasalahan yang sesungguhnya,” imbuhnya.
Kaban berharap dengan adanya mixed methods research, perspektif yang akan dihasilkan menjadi lebih luas. Melalui metode ini, profiling guru akan tergambar lebih jelas.
Kedua, penelitian perlu mendalami dan memetakan guru yang benar-benar memiliki passion dibandingkan guru yang bekerja dengan berbagai alasan. “Kita juga perlu mengetahui gambaran, guru yang mengajar dari hati dan guru yang asal mengajar,” katanya.
Lebih lanjut, Kaban mengatakan bahwa peran pemerintah yang terpenting adalah memberikan sertifikasi kepada guru dan dosen. Karena jika sudah tersertifikasi, tidak akan ada guru yang gajinya di bawah UMR.
Untuk mengikuti Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) perlu melalui beberapa tahapan, yaitu Uji Pengetahuan dan Uji Kinerja. Terkadang guru hanya lolos pada salah satu saja, sehingga tidak bisa mendapat sertifikasi.
“Kondisi tersebut sering menjadi problem karena dipolitisasi. Maka kita perlu melihat keseluruhan masalah dari hulu ke hilir,” ungkapnya.
Selanjutnya, Kaban membahas mengenai pemerataan guru secara geografis. Menurutnya, terdapat kelebihan kuota guru di wilayah tertentu, tetapi ada kekurangan guru di wilayah yang lain.
“Media sering meng-capture kekurangan guru, padahal kondisinya guru tersebut tidak mau ditempatkan di wilayah yang kurang itu. Hal ini yang menyebabkan tidak meratanya jumlah guru,” urainya.
Untuk mengatasi kondisi itu, Kaban mengatakan, pemerataan menjadi solusi yang harus tegas dilakukan pemerintah. Selain itu, faktor demografis dan psikologis juga perlu diperhatikan.
Terakhir, Kaban mengimbau agar hasil riset betul-betul memberikan gambaran yang mikro sekaligus makro mengenai kondisi dan tantangan yang dihadapi guru. “Kami berharap output riset bisa menjadi dasar kebijakan bagi berbagai pihak dari hulu ke hilir di dunia pendidikan,” pungkasnya.
Kegiatan dihadiri Plt. Kasubag Tata Usaha Puslitbang Penda Irhason, peneliti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Abdul Mujib, peneliti UIN Sunan Ampel Surabaya Prof.Nur Kholis, dan Imas Maesaroh, Ph.D.
(Dewi Indah Ayu D)