OKB Hari Kedua: Asta Protas dan Mental Health dalam Berpuasa

Jakarta (Pusbangkom MKMB)--- Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM) Kementerian Agama Muhammad Ali Ramdhani mengingatkan bahwa salah satu tugas BMBPSDM adalah menciptakan kerukunan dengan memberikan aksentuasi pada cinta dan kemanusiaan yang terdapat dalam Asta Protas (Delapan Program Prioritas 2025-2029) “Kemenag Berdampak.”
Pernyataan tersebut disampaikan Kaban Dhani saat memberikan arahan pada Orientasi Kebijakan Baru (OKB) Tahun 2025 yang digelar Pusat Pengembangan Kompetensi Manajemen, Kepemimpinan dan Moderasi Beragama (Pusbangkom MKMB). Kegiatan yang mengusung tema “Orientasi Kebijakan Baru dan Menata Mental Health: "Work Life Balance” tersebut diikuti oleh seluruh pegawai Pusbangkom MKMB.
Menurut Kaban, salah satu model yang perlu dikembangkan untuk menciptakan kerukunan ada dalam sebuah diksi yang disebut dengan keadilan. “Keadilan ini hanya bisa dilakukan dengan perangkat-perangkatnya, seperti sikap Tawasuth, Tasamuh, Tawazun dan I’tidal,” ujar Kaban Dhani di Gedung Bayt Al-Qur’an LPMQ–TMII Jakarta, Selasa (18/3/2025).
Lebih lanjut, ia menjelaskan mengenai Penguatan Ekoteologi. Program tersebut bertujuan untuk memperkuat pemahaman dan kesadaran keagamaan tentang pentingnya merawat lingkungan melalui pendidikan agama dan lembaga keagamaan, dengan contoh seperti penanaman pohon dan penerapan green building.
“Pelayanan ekoteologi adalah menjadi domain kita bersama. Menjadi tugas Kemenag untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran keagamaan dalam pelestarian lingkungan. Misalnya, ada konsep khalifah dalam Islam, Tri Hita Karana dalam Hindu, atau Laudato Si’ dalam Katolik,” papar Kaban.
Selanjutnya Kaban menjelaskan mengenai Layanan Keagamaan Berdampak. Artinya, ruang-ruang keagamaan harus menjadi pencerah bagi seluruh komunitas dan ekosistem, seperti zakat memberikan bermanfaat pada orang lain dsb.
“Kata kuncinya arah dan orientasi kita pada tiga hal; yaitu masyarakat yang cerdas, rukun dan maslahat. Dan wasilahnya dilakukan dengan mewujudkan Pendidikan unggul, ramah dan terintegrasi,” paparnya.
Maksudnya, lanjut Kaban, kita menginginkan pendidikan yang mampu menjawab isu-isu pendidikan, terdiri dari empat hal yakni aksesibilitas, ekonomi, geografis dan disability.
Kaban juga sempat menyinggung mengenai Pemberdayaan Pesantren, Pemberdayaan Ekonomi Umat, Sukses Haji dan Digitalisasi Tata Kelola. Artinya segala sesuatunya harus memberikan dampak.
Pada kesempatan yang sama, Sekretaris BMBPSDM Kementerian Agama Ahmad Zainul Hamdi menyampaikan bahwa puasa adalah tuntutan Allah pada saat kita mengatakan bahwa kita ini umat yang beragama.
“Puasa itu adalah perintah. Hampir di semua agama ada kewajiban untuk berpuasa,” ujarnya.
Menurut Sesban puasa adalah ibadah yang paling aneh karena tidak ada wujud ibadahnya tetapi dapat mengajarkan mental health, utamanya amanah dan disiplin.
“Puasa untuk Allah dan Dia yang akan memberikan balasan, memberikan pahala serta menghapus dosa yang telah lalu bagi mereka yang berpuasa dengan iman,” pungkasnya.
Kegiatan pada hari kedua diisi dengan Social Cultural Observation (Mengenal Kitab Suci Al-Qur'an dan Museum Istiqlal) dan Social Cultural Observation (Sinematik Mengenal Hujan dan Hari Akhir). Hadir juga pada kesempatan ini Kepala Pubangkom MKMB Syafi’i, Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an (LPMQ) Abdul Aziz Sidqi, Kabag TU Pusbangkom MKMB Nilam Nur Azizah.
(Rahmi Siregar)