Penerjemahan Al-Qur’an ke dalam Bahasa Betawi Memasuki Babak Baru

23 Nov 2024
Penerjemahan Al-Qur’an ke dalam Bahasa Betawi Memasuki Babak Baru
Kaban Suyitno pada acara Pembahasan Hasil Penerjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Betawi di Jakarta, Sabtu (23/11/2024).

Jakarta (Balitbang Diklat)---Penerjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Betawi memasuki babak baru, yaitu pembahasan hasil penerjemahan hingga Juz 30. Hingga saat ini, Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM) Kementerian Agama RI mencatat sudah menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam 28 bahasa daerah. 

 

Capaian ini akan terus bertambah seiring dengan komitmen BMBPSDM untuk terus menghadirkan literasi di bidang keagamaan yang bermanfaat bagi masyarakat. Pada  2024 ini, BMBPSDM juga tengah melakukan proses penerjemahan Al-Qur’an ke dalam empat bahasa daerah, yaitu bahasa Ternate, Betawi, Dayak Ngaju, dan Kupang. 

 

Menurut kepala BMBPSDM Suyitno, penerjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Betawi banyak dipengaruh bahasa Arab dan Cina dalam kosakata bahasa Betawi. Misalnya, ane dan ente (bahasa Arab), dan elu dan gua (bahasa Cina).

 

“Selain itu, bahasa gaul juga memengaruhi perubahan atau pergeseran kosakata sehari-hari,” ujar Suyitno pada acara Pembahasan Hasil Penerjemahan di Jakarta, Jum'at (22/11/2024).

 

Sementara itu, Kepala Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi (LKKMO) Moh. Isom mengungkapkan terdapat beberapa opsi kata yang menunjukkan arti sesuatu. “Di berbagai bahasa daerah, misalnya, kata ‘Tuhan’, harus dipilih kata yang paling tepat dan sesuai (diksi) ketika menerjemahkan dari bahasa Al-Qur’an ke dalam bahasa Betawi,” ungkapnya.

 

Senada dengan Isom, Ketua Pusat Studi Betawi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ahmad Yani menambahkan terdapat beberapa pilihan bahasa Betawi yang akan digunakan untuk penerjemahan, seperti Betawi pinggir dan Betawi tengah. Setelah melalui diskusi, dipilihlah bahasa Betawi tengah yang relatif dianggap lebih sopan.

 

“Salah satu pertimbangannya, bahasa Betawi pinggir banyak bercampur dengan bahasa daerah yang bersebelahan dengan wilayah Betawi,” tutur Yani.

 

Bahasa Betawi, lanjut Yani, memiliki dialek yang khas sebagaimana pada bahasa Jawa Ngapak. Siapa pun orang yang mendengar percakapan dalam bahasa Betawi, biasanya akan tersenyum atau tertawa, bahkan saat mendengarkan ceramah dari ulama Betawi. 

 

“Apalagi banyak kosakata Betawi yang diucapkan dalam cengkok khas orang Betawi akan menambah keseruan (betah) dalam mendengarkannya,” sambung Yani.

 

Acara pembahasan hasil penerjemahan yang diinisiasi Puslitbang LKKMO pada dari 22-24 November 2024 di Jakarta ini, dihadiri Wakil Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bidang Akademik Ahmad Tholabi dan Ketua Tim Penerjemahan Qur’an ke dalam bahasa daerah Nurrahmah. Penerjemahan ini juga merupakan hasil kerja sama BMBPSDM dengan Pusat Studi Betawi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Lembaga Kebudayaan Betawi, MUI Jakarta, dan Pemda DKI Jakarta. (Jerry Hendrajaya)

   

 

Penulis: Jerry Hendrajaya
Sumber: Puslitbang Lektur
Editor: Barjah dan Abas
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI