Perbedaan Suku Mendorong untuk Saling berinteraksi

13 Apr 2023
Perbedaan Suku Mendorong untuk Saling berinteraksi
Kapusdiklat Admnistrasi, Syafi’i, pada kegiatan Pelatihan Penggerak Penguatan Moderasi Beragama bagi Para Guru dan Pegawai di Kemenag Kudus yang diselenggarakan BDK Semarang, Kamis (13/4/2023).

Kudus (Balitbang Diklat)---Kepala Pusdiklat Tenaga Administrasi Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Syafi’i, mengatakan bangsa Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari suku yang berbeda-beda, tetapi perbedaan ini justru mendorong untuk saling berinteraksi dan saling mengenal.

Syafi’i mengatakan hal tersebut melalui zoom meeting saat memberikan materi pada Pelatihan Penggerak Penguatan Moderasi Beragama  bagi Para Guru dan Pegawai di Kementerian Agama (Kemenag) Kudus yang diselenggarakan Balai Diklat Keagamaan (BDK) Semarang, di Kudus, Kamis (13/4/2023).

Lebih lanjut, Syafi’i mengutip QS Al Hujarat ayat 13: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, yakni berasal dari keturunan yang sama yaitu Adam dan Hawa. Semua manusia sama saja derajat kemanusiaannya, tidak ada perbedaan antara satu-suku dengan suku lainnya. Kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal dan dengan demikian saling membantu satu sama lain, bukan saling mengolok-olok dan saling memusuhi antara satu kelompok dengan lainnya.”

Menurut Syafi’i, Allah menciptakan kita berbeda. Dengan perbedaan yang ada sebagai ujian kepada seluruh umat.  “Manusia adalah makhluk moral, karena manusia diberikan akal dan hati nurani sehingga bisa mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang etis dan yang tidak etis.” ujarnya.

“Walaupun kita diciptakan berbeda-beda tetapi kita harus mencari titik temu agar dapat bersatu. Maka, dalam beragama tidak boleh memaksakan karena beragama adalah keyakinan dan ketulusan sehingga bebas untuk menentukan apa yang akan dianut,” tambah Syafi’i.

Di akhir materi, Syafi’i  menegaskan “Jadilah ASN yang dapat menempatkan atau memosisikan diri sebagai umat yang moderat supaya kehidupan dapat terbangun dan menjadi pelopor penggerak dalam moderasi beragama,” pungkasnya. (Muklasin/sri)

Penulis: Muklasin
Editor: Sri Hendriani
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI