Perkuat Pengaruh Indonesia, Balitbang Diklat Gelar Konferensi Moderasi Beragama Asia-Afrika
Jakarta (Balitbang Diklat)---Mohamad Syafi' Alielha atau dikenal dengan Savic Ali berbicara tentang ide Konferensi Moderasi Beragama Asia-Afrika berawal dari mengingat konferensi Islam Asia-Afrika yang mungkin nyaris tidak dikenal oleh generasi sekarang, bahkan Konferensi Asia-Afrika di ruang publik ataupun di media hampir tidak pernah terdengar.
“Kita hidup di dunia yang dipenuhi sentimen kebencian berbasis identitas, ras dan suku. Konferensi Moderasi Beragama Asia-Afrika merupakan langkah penting yang bisa diwujudkan oleh Kemenag,” ungkap Savic Ali saat memberikan penguatan pada Rapat Koordinasi Moderasi Beragama Asia-Afrika di Jakarta, Senin (17/4/2023).
Karena, kata Savic Ali, kalau ini digulirkan mungkin akan muncul inisiatif-inisiatif lain yang tujuannya sama bisa memperkuat pengaruh Indonesia dan bisa mengajak negara-negara lain untuk merefleksikan tentang dunia dan moderasi beragama karena memang agama hari ini di berbagai tempat seolah-olah bagian dari masalah bukan menjadi bagian solusi.
“Konferensi Islam Asia-Afrika ini sangat relevan dan layak untuk kita peringati, gagasan-gagasannya layak untuk kita tengok kembali. Kita sebagai negara muslim terbesar mempunyai mimpi bahwa kita bisa memberi pengaruh pada dunia muslim,” katanya.
Indonesia, lanjut Savic Ali, bisa menjadi role model yang cukup ideal untuk membangun sebuah tatanan sosial politik masyarakat mayoritas muslim, hidup berdampingan dengan baik dengan saudara-saudara yang nonmuslim.
“Saya merasakan bahwa imam-imam dan tokoh-tokoh muslim di Eropa, respect dengan Indonesia karena kalau di Indonesia itu setiap Jumat masjid penuh, di mana-mana suasana keislamannya itu lebih terasa,” ungkapnya.
Dikatakan Savic Ali, relevansi untuk bisa konsolidasi Asia-Afrika, lebih luasnya lagi moderasi beragama Asia-Afrika sesuai dengan program Kemenag. Ini relevansinya lebih luas lagi di tengah konflik yang berbasis identitas dan sebagian berbasis agama.
“Kalau ini bisa jalan tentu akan sangat bagus sehingga kita bisa menghidupkan spirit dan menggali sejarah peristiwa monumental yang pernah terjadi. Ini adalah pintu masuk untuk mengukuhkan kembali kepemimpinan Indonesia, yang notabenenya negara mayoritas muslim terbesar di dunia yang sekarang banyak sekali tercerai-berai dipengaruhi oleh sentimen berbasis agama,” tandasnya. (Barjah/sri/bas)