REBORN #7 Bahas Peran Kasih Sayang dalam Pembentukan Karakter Siswa

Ciputat (BMBPSDM)---Pusat Pengembangan Kompetensi (Pusbangkom) Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Keagamaan Kementerian Agama kembali menggelar Refleksi, Edukasi, dan Berbagi Obrolan Inspiratif (REBORN) Edisi Ke-7 dengan tajuk “The Loving Educator: Membentuk Karakter Siswa dengan Pendekatan Cinta dan Kasih Sayang.” Kegiatan ini menghadirkan tiga narasumber, yaitu widyaiswara Pusbangkom SDM Pendidikan Keagamaan Nuraini, Dadang Baehaki, dan Neneg LM.
Dalam diskusi, Nuraini menjelaskan bahwa pendekatan cinta dalam pendidikan bukan berarti memanjakan siswa, tetapi menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan penuh empati.
“Pendekatan cinta dalam pendidikan adalah suatu pendekatan yang menempatkan cinta, kasih sayang, empati, dan perhatian sebagai dasar utama dalam proses pembelajaran,” ungkap Nuraini di Ciputat, Rabu (16/4/2025).
Pembelajaran yang berlandaskan cinta, kata Nuraini, akan membantu siswa tumbuh secara utuh, baik secara akademik, sosial, emosional, maupun spiritual. “Ketika siswa merasa dihargai dan didengarkan, mereka akan lebih termotivasi untuk berkembang,” tambahnya.
Sementara itu, Dadang Baehaki menyoroti pentingnya kepekaan guru dalam menghadapi keragaman kemampuan siswa. Ia membagikan pengalamannya saat membimbing siswa dengan ritme belajar yang berbeda.
“Ketika saya mengajar, saya sadar bahwa setiap siswa punya kecepatan berbeda. Ada yang masih di latihan 4, ada yang sudah sampai latihan 12. Tapi perhatian dan kasih sayang harus tetap hadir untuk semuanya,” ujar Dadang.
Dadang menegaskan bahwa pelayanan yang adil dan penuh kasih dari seorang guru akan menjadi teladan yang berharga dalam pembentukan karakter siswa.
Kurikulum Berbasis Cinta
Dalam kesempatan yang sama, Neneng LM mengangkat pentingnya implementasi kurikulum berbasis cinta. Ia menyebutkan bahwa pendekatan ini sejalan dengan nilai-nilai moderasi beragama yang digaungkan Kementerian Agama.
“Indah sekali bila seorang guru mampu menginspirasi lewat kurikulum berbasis cinta dan menghadirkan lingkungan yang penuh kasih. Anak-anak datang ke sekolah dengan wajah ceria, dan guru pun hadir dengan hati yang lapang,” pungkas Neneng.
Dipandu Yudo Al-Hinani Usman, acara ini menjadi wadah refleksi bagi para pendidik untuk menciptakan pendidikan yang lebih inklusif, bermakna, dan berorientasi pada pembentukan karakter siswa secara holistik.
Halimah Dwi Putri