Stafsus Menag: Deteksi Dini Penting dalam Mitigasi Potensi Konflik Sosial

13 Mar 2023
Stafsus Menag: Deteksi Dini Penting dalam Mitigasi Potensi Konflik Sosial
Pelatihan Deteksi Dini Konflik Sosial Keagamaan, Kampus Pusdiklat, Ciputat, Senin (13/03/2023).

Ciputat (Balitbang Diklat)---Staf Khusus Menteri Agama Bidang Media dan Komunikasi Publik Wibowo Prasetyo mengapresiasi pelatihan Deteksi Dini Konflik Sosial Keagamaan dan Kebangsaan yang diadakan Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Kementerian Agama.

Wibowo menilai pelatihan ini sangat relevan dalam menyongsong dinamika tahun politik di Indonesia. Menurutnya, isu keagamaan di tahun politik sering diaduk dan dijadikan peluru sehingga memicu potensi konflik sosial.

“Pelatihan Deteksi Dini ini menjadi hal penting sebagai mitigasi timbulnya konflik di masa depan, bagaimana mendeteksi potensi konflik sedini mungkin. Seperti mampu mendeteksi dan melawan hoaks atau berita palsu yang mudah bertebaran,” ujar Wibowo saat memberikan arahan secara daring dari Madinah, Senin (13/03/2023).

Wibowo Prasetyo berada di Kota Nabi karena sedang mendampingi Menag Yaqut Cholil Qoumas meninjau persiapan layanan untuk jemaah haji Indonesia. 

Staf Khusus Menteri Agama Bidang Media dan Komunikasi Publik ini mengidentifikasi dua ancaman di Indonesia, yaitu: potensi resesi ekonomi dan polarisasi masyarakat. Kementerian Agama memiliki peran penting dan menjadi leading sector dalam mendeteksi dini konflik yang bisa mengarah pada polarisasi.

“Kita semua akan menjadi agen penghalang konflik sosial. Rawannya penggunaan politik identitas di tahun 2023 nyata sekali, Kementerian Agama menjadi garda terdepan. Tantangan di masa depan sedang menunggu, di mana politik identitas dapat digunakan sebagai alat politik sebagaimana pemilu pada tahun sebelumnya. Inilah tugas dan tantangan bagi kita," pesannya.

"Saya harap peserta Diklat ini mendapatkan pengetahuan untuk mampu meredam konflik dengan memberikan literasi pemahaman yang tepat dan tegas kepada masyarakat. Semoga yang dipelajari di pelatihan ini dapat diimplementasikan di tengah masyarakat. Kita harus dapat kolaboratif, praktis, dan sigap di lapangan," sambungnya.

"Peserta harus dapat memberikan kontra narasi ketika ada berita-berita yang dapat membenturkan kerukunan berbangsa  dan beragama Indonesia," tutupnya. (Kusuma/sri)

 

Penulis: Kusuma
Editor: Sri Hendriani
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI