Tim Rumah Publikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Membedah Jurnal Heritage dan Lektur

15 Agt 2024
Tim Rumah Publikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Membedah Jurnal Heritage dan Lektur
Tim Rumah Publikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel sekaligus sebagai pengelola Journal of Indonesian Islam (JIIS) membedah Jurnal Heritage dan Lektur di Surabaya, Rabu (14/8/2024)

Surabaya (Balitbang Diklat)---Tiga perwakilan Rumah Publikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel sekaligus sebagai pengelola Journal of Indonesian Islam (JIIS) membedah Jurnal Heritage dan Lektur pada kegiatan yang diselenggarakan Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi (LKKMO) Balitbang Diklat Kementerian Agama RI di Surabaya, Rabu (14/8/2024). 

 

Ila selaku Ketua Rumah Publikasi menyoroti beberapa tantangan yang dihadapi Heritage of Nusantara. Meski jurnal ini memiliki potensi besar untuk menjadi referensi utama dalam kajian Nusantara, namun hingga saat ini jurnal tersebut masih menghadapi kendala dalam hal visibilitas dan fokus kajian. Ia mencatat bahwa di Indonesia jurnal yang secara khusus menyoroti warisan budaya Nusantara masih terbatas, dan ini seharusnya menjadi peluang besar bagi Heritage of Nusantara untuk mengisi kekosongan tersebut.

 

Namun demikian, Ila juga menekankan bahwa meskipun ada potensi, jurnal ini perlu memperkuat fokus kajiannya agar lebih spesifik dan mendalam. Menurutnya, terlalu luasnya spektrum kajian yang diangkat Heritage of Nusantara dapat mengurangi kedalaman analisis dan kekhasan jurnal tersebut. “Jurnal ini harus lebih tegas dalam memilih topik kajian yang benar-benar mencerminkan keunikan dan keunggulan warisan budaya Nusantara, bukan sekadar menjadi wadah umum bagi berbagai penelitian yang kurang terfokus,” ungkapnya.

 

Selanjutnya, Sulanam selaku Executive Editor JIIS, mengkritik Jurnal Heritage dan Lektur terkait segmentasi strategisnya yang terlalu sempit. Menurutnya, fokus Heritage yang terlalu terpusat pada isu-isu Islam dan Indonesia membuatnya sulit untuk menarik penulis dan kontributor dari luar negeri. "Jurnal ini, meskipun memiliki kualitas yang baik, masih terkendala dalam hal internasionalisasi karena cakupan topiknya yang sangat spesifik pada Indonesia dan Islam," ujarnya.

 

Lebih lanjut, Sulanam menilai bahwa Jurnal Heritage dan Lektur harus lebih adaptif dalam membuka ruang untuk artikel-artikel yang memiliki relevansi global, bukan hanya terbatas pada konteks lokal atau regional. Ia menekankan bahwa jurnal dengan segmentasi yang terlalu sempit akan sulit bersaing di kancah internasional. "Heritage dan Lektur ini memiliki potensi besar, tetapi perlu memperluas cakupan agar bisa lebih kompetitif di tingkat global," tambahnya.

 

Poin terakhir disampaikan Hanif selaku Sekertaris Rumah Publikasi dan juga pengelola JIIS. Hanif menyatakan bahwa perlunya proses evaluasi terhadap jurnal Heritage dan Lektur dengan memperhatikan catatan dari Content Selection and Advisory Board (CSAB) serta memperhatikan langkah-langkah strategis yang perlu diambil, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, untuk mencapai standar internasional.

 

“Untuk mencapai target menjadi jurnal bereputasi internasional perlu dilakukan berbagai upaya. Fokus utama untuk mencapai jurnal terindeks Scopus adalah memperbaiki kelemahan-kelemahan yang telah diidentifikasi, seperti peningkatan kualitas artikel serta memperkuat tata kelola jurnal yang lebih baik,” pungkas Hanif.

 

Dengan adanya inisiatif ini, diharapkan Puslitbang LKKMO dapat segera memiliki jurnal bereputasi internasional, yang tidak hanya berkontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan tetapi juga meningkatkan reputasi di kancah global. Hal ini tidak hanya akan membawa manfaat bagi Puslitbang LKKMO dan para peneliti di Indonesia, tetapi juga akan berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan global, khususnya dalam bidang kajian keagamaan dan budaya Nusantara. (Rheka Humanis/bas/sri)

 

Penulis: Rheka. H
Sumber: Puslitbang Lektur
Editor: Abas dan Sri Hendriani
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI