Wujudkan Pendidikan Inklusif dan Berkualitas, Puslitbang Penda Gandeng Peneliti BRIN
Jakarta (Balitbang Diklat)---Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI menggelar seminar bertema Evaluasi Layanan Pendidikan Inklusif di Madrasah pada Rabu (23/8/2023). Kegiatan ini digelar guna mendukung upaya peningkatan mutu pendidikan inklusif di lingkungan madrasah.
Seminar yang melibatkan para peneliti eks Puslitbang Penda yang kini hijrah di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ini merupakan upaya konkret Kemenag dalam mewujudkan pendidikan yang inklusif, merata, dan berkualitas untuk semua lapisan masyarakat.
Kepala Badan (Kaban) Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Prof Amien Suyitno, dalam kesempatan tersebut memberi masukan kepada para peneliti terkait hasil pengkajian terhadap 10 madrasah inklusif di Indonesia. Sebuah pengkajian mendalam telah dilakukan untuk menganalisis dampak dan tantangan dalam pelaksanaan program madrasah inklusif di sejumlah daerah.
Dalam pengkajian ini, dipaparkan bahwa dari populasi awal sebanyak 147 responden, jumlah yang mengisi kuesioner secara lengkap kemudian menyusut menjadi hanya 50 orang. Fenomena ini memunculkan pertanyaan tentang apa penyebab penurunan signifikan ini, yang tampaknya lebih kompleks daripada sekadar masalah teknis.
Pengkaji menyoroti pentingnya menjelaskan alasan di balik penurunan jumlah responden yang lengkap. Pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner juga dipertanyakan apakah memadai dan relevan dengan konteks madrasah inklusif yang sebenarnya.
“Analisis ini merupakan bagian dari upaya untuk memastikan bahwa data yang diperoleh dari kuesioner benar-benar mencerminkan realitas di lapangan,” kata Kaban Suyitno di hadapan para peneliti.
Guru Besar UIN Raden Fatah Palembang ini mengatakan, dalam metodologi pengkajian ditekankan bahwa aspek kuantitatif harus diarahkan pada pertimbangan yang lebih dalam daripada sekadar angka.
“Pengkaji seharusnya mendorong penggunaan kriteria dan indikator yang kuat untuk mendalami aspek-aspek tertentu dari madrasah inklusif. Salah satu indikator utama adalah kompetensi pendidik, di mana ditemukan bahwa pendidik di madrasah inklusif seringkali kurang mendapatkan pelatihan dan dukungan dalam pengembangan kompetensi mereka terkait pendidikan inklusif,” tuturnya.
Regulasi juga menjadi fokus analisis. Sebab, kendala regulatif tampaknya menghambat pengangkatan guru luar biasa di madrasah. Perbandingan dengan sekolah luar biasa dan regulasi yang belum sepenuhnya mendukung madrasah inklusif menjadi titik tekan dalam pengkajian ini.
“Dalam pengkajian ini, pentingnya keterlibatan orang tua dalam pendidikan inklusif juga diangkat. Partisipasi orang tua dalam komite sekolah diharapkan dapat menjadi faktor kunci dalam kesuksesan pendidikan inklusif. Meskipun ada kesulitan dalam penerapan inklusi di madrasah yang awalnya bukan spesialis inklusif, komitmen tetap diakui sebagai faktor penting,” paparnya.
Pengkajian juga dianjurkan untuk memperhatikan pendekatan komprehensif dalam merancang rekomendasi. Dengan melibatkan pusat layanan difabel di Yogyakarta dan menggunakan berbagai sumber keuangan yang tersedia, rekomendasi diharapkan lebih terukur dan operasional.
“Benchmarking dengan sekolah yang berproses menuju luar biasa juga diajukan sebagai pendekatan yang lebih realistis untuk meningkatkan mutu madrasah inklusif,” tandas mantan Direktur GTK Madrasah Ditjen Pendis ini.
Ia menegaskan betapa pentingnya memberikan solusi konkret dan terukur dalam rekomendasi menjadi perhatian utama pengkajian ini. Tujuannya adalah untuk mendorong penguatan kompetensi pendidik, perbaikan sarana dan prasarana, serta partisipasi aktif orang tua dalam mendukung pendidikan inklusif.
“Saya berharap rekomendasi ini akan memberikan panduan praktis bagi pengambil kebijakan dan para praktisi pendidikan di bidang madrasah inklusif,” pungkas Kaban.
Pembukaan fullday yang dimoderatori Kepala Puslitbang Penda Mohsen Alaydrus ini dihadiri para peneliti BRIN eks Puslitbang Penda, dan Kasubbag TU Irhason. Acara yang diikuti 50 undangan ini dihelat di Aloft Hotel Jakarta Jl KH Wahid Hasyim No 92, Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat. (Ova/bas/sri)