Alat Belajar Berbantuan dalam Pengajaran Bahasa Inggris
Agus Mukhtar Rosyidi*
Abstraksi
Turner dan Taylor dalam bukunya menyatakan bahwa paradigma mengajar bahasa saat ini didukung oleh teknologi baru. Menurut mereka, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan kontribusi terhadap kemajuan pembelajaran dan pengajaran bahasa. Guru bahasa tidak hanya mengandalkan buku teks, tetapi juga memanfaatkan komputer dan internet dengan fasilitas yang ada untuk tujuan kegiatan belajar dan mengajar di kelas. Hal ini mungkin disebabkan oleh fakta bahwa Internet, misalnya, menawarkan berbagai bahan otentik dan menarik yang dapat memfasilitasi kegiatan belajar yang berpusat pada siswa. Namun demikian, bentuk bantuan belajar bahasa berbasis komputer ini belum sepenuhnya dimanfaat kan untuk mengajar Bahasa Inggris di kelas - kelas Indonesia. Ada beberapa hambatan untuk mengimplementasikannya di Indonesia sebagaimana kemungkinan dampak negatif yang khawatir didapat siswa ketika memanfaatkannya. Tulisan ini akan membahas apa yang mungkin ditawarkan oleh Komputer sebagai alat bantu untuk kegiatan belajar dan mengajar bahasa, dan mengetahui keuntungan dan kerugian dari menggunakannya. Selanjutnya, tulisan ini juga akan melihat hambatan pelaksanaannya di kelas Indonesia, dan beberapa saran yang diusulkan agar pendekatan ini dapat diterapkan di Indonesia.
Key words:
Komputer, Alat belajar berbantuan, Pembelajaran (Bahasa Inggris)
A. Pendahuluan
Peningkatan jumlah perangkat keras komputer yang dimiliki baik oleh lembaga pendidikan maupun oleh pendidik itu sendiri meningkatkan kebutuhan akan tersedianya program pengajaran berbantuan computer. Oleh sebab itu, guru diharapkan dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar yang mudah digunakan baik sebagai bahan belajar mandiri maupun sebagai bahan pengayaan; seperti halnya CD pembelajaran atau website yang menyediakan program interaktif. Banyak pengajaran berbantuan komputer yang mampu memberikan kontribusi dalam kegiatan pembelajaran dan dapat meningkatkan antusias dan motivasi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar.
Pengajaran berbantuan adalah suatu sistem pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan peralatan komputer. Bentuk bantuan pengajaran ini merupakan pengembangan teknologi informasi multimedia berupa kombinasi teks, suara, animasi, atau video yang disampaikan dengan komputer. Pada pengajaran berbantuan komputer, maka aktivitas pemberian materi menarik minat siswa untuk mengikuti pelajaran. Termasuk pemberian tes, dan pemberian umpan balik semuanya dilakukan melalui komputer (Turner & Taylor, 2000).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang luar biasa telah mendukung kemajuan dalam segala bidang. Proses belajar dan mengajar bahasapun merasakan pengaruhnya. Para guru tidak hanya bersandar pada buku teks sebagai bahan ajar, tetapi juga dapat memanfaatkan komputer dan Internet dengan fasilitas dan perangkat lunaknya untuk tujuan aktivitas belajar dan mengajar di kelas.
Pada bagian lain Turner dan Taylor (2000) menjelaskan bahwa paradigma pengajaran bahasa sekarang ini mendukung pemanfaatan teknologi yang baru tersebut. Internet, sebagai contoh, menawarkan suatu cakupan yang sangat luas dari bahan - bahan asli (generic) dapat menjadi daya tarik, dan dapat memudahkan aktivitas yang berpusat pada siswa. Meskipun demikian, pemanfaatan komputer dengan bahan-bahan asli (generic) sebagai alat bantu belajar belum dimaksimalkan, bahkan belum digunakan sama sekali di sebagian sekolah, untuk mengajar Bahasa Inggris.
B. Pembahasan
1. Pengertian Pengajaran Berbantuan
Pengajaran berbantuan memiliki dua kategori besar: tradisional dan generic. Sumber pengajaran berbantuan yang bersifat tradisional muncul dari desain instruksional berbasis pelatihan komputer di luar pengajaran bahasa. Untuk menjalankan program ini, kita membu-tuhkan seperangkat komputer dengan CD-ROM dan speaker untuk perangkat lunak program audionya. Program ini merupakan kerangka yang disediakan oleh program pelatihan Kom-puter Literacy AMES Victoria Centre (Corbel, 1998, dikutip dalam Turner & Taylor, 2000), Program ini menawarkan perangkat lunak yang dapat dibagi menjadi tiga kategori. Kategori pertama adalah perangkat lunak untuk pendekatan instruksional, di mana komputer mene-tapkan untuk mengajarkan sesuatu. Dalam pengertian ini, belajar bahasa dilihat tidak hanya sebagai akumulatif, membangun dari yang terkecil sampai segmen yang lebih besar tetapi juga sebagai kumpulan sistem formal, tata bahasa, kosa kata, dan pengucapan yang dapat ditangani secara terpisah (Corbel, 1999). Pendekatan ini mengandalkan kesabaran dan konsistensi komputer. Pengembangan bahasa dilakukan melalui pengulangan, aktivitas dan penjelasan. Dengan kehadiran multimedia yang menyediakan ruang penyimpanan yang jauh lebih besar pada CD-ROM, peserta didik dapat menikmati program yang memiliki tanggap-an dan interaksi yang lebih canggih dalam paket program seperti Click into English dan Planet English (Turner & Taylor, 2000). Kategori lainnya adalah perangkat lunak untuk pendekatan eksplorasi. Ini menempatkan kontrol yang lebih besar di tangan pelajar. Dalam pengertian ini, bahasa dilihat sebagai jalinan sistem yang kompleks. Pembelajaran bahasa dianggap sebagai eksplorasi atau penemuan belajar melalui pembentukan dan pengujian hipotesis. Menggunakan hypertext, pendekatan ini memanfaatkan kapasitas untuk menyim-pan dan menyembunyikan data sampai diperlukan. Kategori ketiga adalah perangkat lunak untuk manipulasi teks. Ini terdiri dari unsur - unsur pendekatan eksplorasi dan kategori lain yang lebih luas. Pendekatan ini melihat bahasa sebagai seperangkat sistem yang terintegrasi sementara komputer sebagai alat. Corbel (1999) mengatakan bahwa belajar di bawah pende-katan ini didasarkan pada akuisisi melalui bermain dan praktek daripada instruksi melalui drill dan praktek. Dalam hal ini motivasi siswa memainkan peranan penting bagi keberhasil -an pelajar. Hal ini telah sangat populer di program TESOL melalui program-program seperti Storyboard Wida, Carmen Sandiego Word Detective, Wiggleworks dan Magic Crossword (Turner & Taylor, 2000).
Kategori kedua adalah sumber yang generic. Yaitu bergeser dari penggunaan program yang dirancang untuk pengajaran bahasa menjadi pemanfaatan setiap komunikasi komputer yang dimediasi untuk tujuan pengajaran bahasa. Turner & Taylor (2000) membagi kategori ini menjadi penggunaan sumber perangkat komputer generik (generic computer tools) dan mereka yang menggunakan teknologi komputer generik (generic computer technology). Untuk menggunakan perangkat komputer generik, kita perlu seperangkat komputer dengan CD - ROM untuk referensi ensiklopedia. Penggunaan perangkat komputer generik meliputi pengolah kata, database, dan informasi referensi. Pengolah kata biasanya tersedia dalam perangkat lunak aplikasi seperti WordStar, Microsoft Word dan Word Perfect. Semuanya dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan siswa terutama dalam menulis. Selain itu, perangkat ini melatih siswa untuk memiliki keterampilan komputer standar yang diperlu kan untuk kehidupan kerja dengan menggunakan database sederhana. Menggunakan bahan referensi seperti ensiklopedia pada CD-ROM, peserta didik juga dapat memiliki kemampuan pencarian perpustakaan, yang diperlukan untuk studi mereka.
Penggunaan teknologi komputer generik difasilitasi dengan ketersediaan internet. Untuk menjalankan teknologi ini, kita memerlukan setidaknya satu set komputer dengan modem, yang dihubungkan ke saluran telepon, atau tersedianya hotspot (wi fi) dan speaker untuk perangkat lunak audio. Bahasa Inggris sebagai Kegiatan Bahasa Asing (EFL), Internet mena warkan minimal tiga layanan dasar, yaitu: E-mail dan mailing list, newsgroup, dan World Wide Web (Carrier, 1997). Belajar Bahasa Inggris melalui Internet memiliki banyak keun- tungan bagi siswa. Selain itu pelajaran yang memanfaatkan mediasi komputer sangat me-motivasi siswa, Internet juga memungkinkan siswa untuk meneliti dan mencari bahan-bahan otentik dan mengembangkan keterampilan membaca, mendengar, menulis serta memperka- ya kosa kata mereka (Carrier, 1997).
2. Keuntungan dan penghalang penerapan
Meskipun pengajaran berbantuan komputer memberikan banyak keuntungan yang men-janjikan untuk peserta didik dan guru, tetapi juga memiliki kelemahan atau hambatan. Salah satu hambatannya adalah kurangnya peralatan yang tersedia di sekolah - sekolah (Carrier, 1997). Kedua, pengajaran berbantuan komputer yang bersifat tradisional dan sumber asli memerlukan sejumlah set komputer, dan sekolah di Indonesia ternyata masih ada yang belum memilikinya. Untuk kelas Indonesia, itu berarti bahwa setiap sekolah harus menyedia kan 44-50 komputer set untuk sekitar 44 - 50 siswa di setiap kelas atau setidaknya 20-25 set komputer jika satu set komputer dirancang untuk dua siswa. Bahkan Internet membutuhkan modem untuk dihubungkan dengan saluran telepon, yang berarti bahwa sekolah harus meng- habiskan lebih banyak uang pada tagihan telepon bulanan. Penghalang lain adalah kenyataan bahwa masih banyak guru yang memiliki sikap pesimis terhadap teknologi komputer.
Mereka merasa bahwa terlalu banyak materi yang harus dikuasai siswa dan mungkin belum memiliki banyak pengetahuan tentang teknologi komputer (Carrier, 1997).
Penggunaan teknologi komputer generik merupakan bagian dari hidup di lingkungan hypermedia (Corbel, 1999). Sekolah dan tempat kerja di banyak negara menggunakan teknologi ini untuk kepentingan mereka. Kegiatan berbasis internet memang memotivasi dan menjanjikan, tetapi mereka memiliki beberapa kelemahan juga (Turner & Taylor, 2000). Selain biaya yang mahal, bahkan jika itu tersediapun masih dibatasi oleh akses. Akses online bisa sangat lambat, dan lembaga pendidikan mungkin tidak memiliki cukup uang untuk me- rancang penggunaan internet paling efektif. Kerugian lain adalah bahwa pembelajaran ber-bantuan komputer berbasis internet dapat menjadi begitu terobsesi dengan kekayaan sumber informasi yang mereka berikan sehingga sering dapat mengaburkan faktor kedangkalan ba- hasa yang digunakan siswa, dan rancangan kegiatan pedagogis pasif (Carrier, 1997). Selain itu, peserta didik bisa terlalu asyik dengan pencarian mereka, mereka perlu arah yang jelas, misalnya, virtual yang mengarahkan mereka ke situs web tertentu. Hal lain yang guru harus akui adalah bahwa Internet juga mengandung unsur seksualitas dan bahan yang berhubung -an dengan orang dewasa, dimana siswa harus menghindarinya (Carrier, 1997).
3. Penerapan Pengajaran Berbantuan Komputer di Indonesia
Bagaimana bisa pengajaran berbantuan komputer ini dimanfaatkan untuk kegiatan bela-jar dan mengajar Bahasa Inggris di Indonesia? Setidaknya ada tiga penggunaan dasar internet yang dapat dimanfaatkan di kelas Indonesia, yaitu: E-mail dan mailing list, news-group, dan World Wide Web (Carrier, 1997). Penggunaan Internet untuk pengajaran bahasa di sekolah-sekolah Indonesia, meskipun masih terdengar realistis untuk saat ini karena dana yang terbatas baik dari pemerintah dan lembaga pendidikan itu sendiri, mungkin dapat direalisasikan dalam waktu dekat. Hal ini mendesak diharapkan karena penggunaan internet dalam pembelajaran bahasa akan membawa banyak manfaat. Ini akan, misalnya, me-ningkatkan minat belajar siswa, sebagai kesempatan untuk mengoperasikan teknologi baru adalah hal intrinsik yang menarik untuk remaja. Hal ini penting sebagaimana Gardner dan Lambert (dikutip dalam Cook, 1991) menyatakan bahwa motivasi intrinsik memainkan peran penting dalam meningkatkan keberhasilan belajar. Untuk guru bahasa, juga sangat membantu. Ini memungkinkan guru untuk menciptakan kegiatan dan tugas belajar lebih mudah dan lebih efisien. Selain itu juga akan memperkaya pengetahuan guru dan bisa menginspirasi mereka dengan banyaknya ide - ide yang dapat digunakan untuk meningkat-kan gaya pengajaran dan strategi mereka.
Untuk mengadopsi tiga layanan Internet untuk pengajaran Bahasa Inggris di kelas, penting bagi guru untuk mempertimbangkan saran Carrier (1997) bahwa harus ada tujuan linguistik ketika siswa berselancar di dunia maya, pengumpulan informasi dan pertukaran informasi dengan orang lain . Melalui World Wide Web dan newsgroup, internet dapat me-nyediakan sejumlah besar bahan otentik (Chang Li dan Hart, 1996) seperti koran dan maja-lah berbahasa Inggris. Bahan tersebut dapat menjadi bahan untuk mendorong dan menantang tugas yang dilakukan siswa, kemudian diharapkan bisa mendorong siswa dengan kegiatan produktif. Selain itu, kegiatan membaca sebagai kesenangan akan menyebabkan pembela-jaran insidental yang dipandang sebagai pelengkap penting untuk pengajaran kosakata (Coady, Huckin, Schmitt & McCathy, 1997, dikutip dalam Schmitt & Carter, 2000). Secara nyata, itu akan memfasilitasi pengembangan kosakata siswa. Siswa dapat ditugaskan untuk mencari artikel, berita dan cerita yang berhubungan dengan topik yang disarankan dalam kurikulum. Untuk membantu pemahaman siswa, guru dapat menyiapkan beberapa pertanya an sederhana baik dalam bentuk terbuka atau tertutup. Menggunakan tugas - tugas sederhana dapat menjembatani kesulitan siswa dalam memahami secara utuh dari membaca bahan otentik (Field, 1997). Dalam hal ini, tugas-tugas harus dinilai berdasarkan tingkat kemahiran siswa. Kemudian, untuk tindak lanjut dari ide atau informasi yang diperoleh dari internet, para siswa dapat diminta untuk melaksanakan kegiatan tertentu dalam kelompok karena kolaborasi kelompok dapat meningkatkan kefasihan lisan siswa dan akan menjadi cara yang efektif untuk melengkapi kelemahan dan kekuatan masing-masing. Siswa juga dapat diminta untuk membuat sebuah cerita atau naskah dari apa yang telah mereka baca dan menunjukkan skrip atau cerita di depan kelas. Kegiatan ini akan memicu kreativitas siswa dan membuat pembelajaran lebih bermakna dan menyenangkan. Dalam kaitan meningkatkan kemampuan menulis mereka, siswa juga dapat didorong untuk membuat catatan atau ringkasan dari apa yang telah mereka baca. Mereka hanya bisa mengambil beberapa item kosakata penting atau, jika mungkin, menggunakan kata - kata mereka sendiri dalam ringkasan mereka. Para siswa juga perlu menggali dan mengenali struktur teks agar mereka kenal berbagai jenis teks. Hal ini penting karena pengenalan jenis teks ini dapat digunakan sebagai model untuk teks yang mereka ciptakan sendiri.
Penggunaan E-mail dalam pengajaran bahasa direkomendasikan oleh Mark Warschauer (1995), untuk tiga alasan berikut:
Pertama, e-mail menyediakan kesempatan nyata yang sangat baik untuk siswa, komunikasi alami ... Kedua, e-mail memberdayakan siswa untuk belajar mandiri ... Akhirnya, pengguna-an e-mail memperkaya pengalaman kita sebagai guru ... (dan memungkinkan kita untuk ber-bagi) gagasan baru, sumber, dan bahan.
Carrier (1997) menunjukkan bahwa ada tiga metode utama penggunaan e-mail untuk tujuan pedagogis: e-mail dari orang-ke-orang, mailing list, dan newsgroup. Setiap metode menawarkan keuntungan yang berbeda. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa e - mail adalah cara standar berkomunikasi, mengirim pesan pribadi kepada satu orang pada satu alamat e-mail, seperti halnya dengan surat biasa. Dalam penelitian terbaru oleh Taylor dan Corbel (dikutip dalam Turner & Taylor, 2000) ditemukan bahwa E-mail adalah penggunaan Internet yang paling populer di kalangan siswa yang memiliki akses gratis, meskipun mungkin dalam L1 (bahasa asli) mereka. Selain itu, E - mail juga dapat digunakan untuk meningkatkan ke-mampuan menulis siswa kefasihan.
Untuk konteks Indonesia, E-mail dapat digunakan untuk pengajaran Bahasa Inggris di kelas. Guru dapat berkolaborasi dengan orang lain baik di program EFL maupun ESL. Mereka mungkin membuat proyek sahabat pena di mana siswa dapat bertukar informasi (Carrier, 1997). Guru, misalnya, menemukan kelas lain dari sekolah lain yang sesuai dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Sekolah mitra bisa berasal dari salah satu sekolah di kota yang sama atau kota yang berbeda di negara yang sama, atau bahkan sebuah sekolah di luar negeri. Kedua guru dari kedua sekolah kemudian memutuskan frekuensi kontak, jenis kon-tak – siswa ke siswa atau kelompok ke kelompok – dan topik yang akan dibahas, dll. Dalam hal ini guru memiliki peran penting sebagai mediator antara peserta didik dan sumber daya di lingkungan hypermedia (Corbel, 1999). Para siswa harus dimasukkan ke dalam pasangan, pertukaran e-mail, dan menulis satu sama lain secara berkala. Untuk menghindari penyalah-gunaan mengirim dan menerima e-mail, siswa harus diberi ide - ide yang jelas tentang topik yang akan ditulis ke sahabat pena mereka. Semua kegiatan di sini dipandu oleh guru dan berdasarkan topik yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Hal ini dapat memberikan ide yang jelas kepada siswa tentang apa yang harus menulis satu sama lain. Hal terakhir tapi yang paling penting adalah bahwa guru harus secara teratur memeriksa e-mail siswa. Cara ini memungkinkan guru untuk memberikan umpan balik terhadap pekerjaan siswa. Selain itu, juga dapat mencegah siswa dari hal - hal yang tidak perlu dan menjaga kegiatan mereka tetap dalam bingkai pedagogis. Menurut Warschauer (1995, dikutip dalam Carrier, 1997) alasan utama untuk penggunaan e - mail adalah bahwa ini menyediakan kesempatan bagi siswa untuk memiliki komunikasi yang nyata dan alamiah, dan juga memberdayakan mereka untuk belajar mandiri.
Seperti E-mail, mailing list merupakan media untuk siswa bertukar informasi, ide, dan berpartisipasi dalam diskusi pada topik yang berkaitan dengan pembelajaran Bahasa Inggris atau latar belakang budaya orang lain. Kedua, e-mail dan mailing list adalah cara yang sangat efektif untuk membuat siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran karena mereka akan termotivasi terhadap apa yang secara pribadi relevan bagi mereka (Turner & Taylor, 2000). Selain itu, melalui e - mail dan mailing list, siswa merasa lebih bebas dan lebih perca-ya diri menggunakan Bahasa Inggris untuk mengekspresikan perasaan dan ide - ide. Namun demikian, milis dapat membingungkan jika tidak hati-hati dipantau oleh guru.
Secara singkat, internet, yang merupakan salah satu aplikasi komputer yang dinamis, akan menjadi media yang sangat berguna untuk memberikan kekayaan sumber daya peng-ajaran. Tiga kriteria, bagaimanapun, perlu dipertimbangkan dalam penetapan tugas belajar, yaitu: mengidentifikasi kebutuhan belajar, mengidentifikasi realita yang berhubungan dan mendukung kebutuhan tersebut, dan menciptakan tugas - tugas yang memenuhi kebutuhan (Corbel, 1999). Untuk konteks Indonesia, kebutuhan belajar sudah tercakup dalam kuriku-lum 2006 karena memberikan sejumlah jenis bacaan yang sekolah atau guru dapat pilih sebagai alternatif mana yang paling cocok untuk siswa mereka.
4. Saran penerapan Pengajaran Berbantuan Komputer
Mengingat sejumlah hambatan untuk melaksanakan pembelajaran bermediasi internet di Indonesia dan kerugian atau dampak negatif yang mungkin disebabkan, saya percaya bahwa Pengajaran berbantuan komputer tradisional lebih dapat digunakan di Indonesia untuk saat ini. Berbeda dengan internet, yang membutuhkan modem dan saluran telepon, Pengajaran berbantuan komputer tradisional hanya membutuhkan beberapa set komputer dengan CD - ROM dan speaker. Perangkat lunak, apakah itu instruksional, eksploratif atau konstruksi teks, selektif dapat dibeli dan dipersiapkan sesuai dengan topik dan tujuan pengajaran. Selain itu, para guru bisa men-download perangkat lunak bebas yang baik dari Internet dan kemudian menginstalnya ke setiap komputer yang mereka miliki untuk mengajar mereka. Hal ini tidak hanya jauh lebih murah daripada jika setiap siswa mencari Internet untuk program yang dimaksudkan atau kegiatan, tetapi juga dapat mencegah siswa dari tersesat atau masuk ke hal-hal berbau seksual yang tidak diinginkan.
Ketika mempertimbangkan komputer dan perangkat lunak untuk belajar, sekolah dan guru harus benar - benar berhati - hati. Disarankan bahwa sekolah dan guru harus selektif terhadap program pembelajaran bahasa apa yang mereka beli, harus jelas bagaimana materi dapat menumbuhkan pembelajaran, mengatur materi, sesuai untuk siswa, dan memantau penggunaan oleh siswa dan kemajuan untuk memastikan bahwa bermanfaat bagi siswa (Hancock , 1985). Dengan kata lain perangkat komputer harus dapat mengakomodasi pe-rangkat lunak yang dibutuhkan. Demikian pula, perangkat lunak juga harus bernuansa pen-didikan karena jika software yang baik, komputer adalah alat pendidikan yang besar, sebaliknya, ketika perangkat lunaknya buruk, komputer hanya membuang-buang uang yang sangat dibutuhkan untuk pendidikan (Smith, 1983, dikutip dalam Hancock, 1985). Yang harus diperhatikan tentang perangkat lunak adalah kualitas pengajaran atau nilai - nilai peda-gogis, kualitas dari perangkat lunak itu sendiri adalah sekunder, perangkat keras (komputer dan aksesorisnya) bahkan lebih dibawah pentingnya (McShane, 1985).
Kesimpulan
Singkatnya, Pengajaran berbantuan komputer tradisional, dengan karakteristik yang menarik memotivasi dan berpusat pada siswa, perlu dipertimbangkan untuk implikasinya dalam pengajaran bahasa Inggris di Indonesia dan benar-benar dapat diadopsi di kelas Indo-nesia dengan beberapa adaptasi. Untuk saat ini, Pengajaran berbantuan komputer tradisi-onal sebagian besar beradaptasi karena biayanya yang relatif rendah dan risiko rendah yang berhubungan dengan bahan. Sementara Internet, dengan berbagai layanan yang menantang, membutuhkan penanganan yang lebih hati - hati dan bisa diadaptasi untuk peng-ajaran bahasa Inggris di kelas Indonesia.
Referensi:
Carrier, M. 1997, ELT online: munculnya internet, ELT Journal, vol. 51, no. 3, hal 279-301.
Chang Li, R. & Hart, R. 1996, Apa yang bisa world wide web menawarkan ESL guru?, TESOL Journal, Winter.
Cook, V. 1991, Belajar Bahasa Kedua dan Pengajaran Bahasa, Edward Arnold.
Corbel, C. 1999, ESL Pengajaran di Lingkungan Hypermedia global, ACTA Background Paper No 4, November 1999.
Corbel, C. 1999, "Tugas sebagai Tamagotchi: ESL guru bekerja di lingkungan hypermedia muncul , Prospect, vol. 14, no. 3, hal 40-45.
Deakin University. 2000, Metodologi Pengajaran Bahasa B: Reader, Deakin University, Geelong, Vic.
Departemen Agama, 1993, Garis Garis Besar Program Pengajaran (GBPP): Bahasa Inggris, Direktorat Jendral Pembinaan Agama Islam, Jakarta.
Departemen Agama, 2006, Standar Isi Bahasa Inggris, Direktorat Jendral Pembinaan Agama Islam, Jakarta.
Field, J. 1997, Catatan tentang mendengarkan: keaslian, Guru Bahasa Inggris Modern, vol. 6, no. 3, hal 49-51.
Hancock, J. 1985, Komputer untuk Belajar di Anderson, J. (Ed.), Komputer di Kelas Bahasa, Australia Reading Association, Perth.
McShane, R. 1985, Computer Software dan Pengembangan Bahasa, di Anderson, J. (Ed.), Komputer di Kelas Bahasa, Australia Reading Association, Perth.
Schmitt, N. & Carter, R. 2000, "Keuntungan leksikal membaca sempit untuk pelajar bahasa kedua , TESOL Journal, vol. 9, no.1, hlm 5-7.
Turner, L. 2000, Metodologi Pengajaran Bahasa B: Study Guide, Deakin University, Geelong, Vic.
Warschauer, M. 1995, E-Mail for English Teaching, TESOL Inc, Alexandria, Virginia
____________________________________
* Widyaiswara Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan