ANTARA GENG MOTOR DAN SAHUR ON THE ROAD

29 Mei 2017
ANTARA GENG MOTOR DAN SAHUR ON THE ROAD

Oleh: Hayadin

Peneliti pada Puslitbang Pendidikan Agama

dan Keagamaan di Kementerian Agama RI

Kegiatan Sahur On The Road (SOTR) merupakan salah satu kreativitas masyarakat dalam merayakan dan menjalankan ibadah puasa. Setiap bulan Ramadhan, puluhan bahkan ratusan orang mengendarai sepeda motor dan mobil, memenuhi jalan, berkovoi menuju tempat-tempat tertentu seperti panti asuhan atau masyarakat kurang mampu dan tuna wisma, untuk membagi-bagikan makanan sahur. Mereka juga ikut makan bersama. Setelah sahur bersama, biasa dilanjutkan dengan pengajian dan sholat shubuh berjamaah di masjid terdekat. Kegiatan ini sudah lama dijalankan oleh masyarakat pada bulan suci Ramadhan.

Substansi dari sotr adalah berbagi (rezeki, dan kegembiraan), sedekah, peduli, dan solidaritas sosial. Karena substansi kebaikan tersebut, maka banyak lembaga sosial dan lembaga pendidikan yang ikut melakukannya. Kelompok mahasiswa, baik pada organisasi intra ataupun ekstra kampus, dan siswa SMA yang tergabung dalam kelompok kerohanian OSIS, biasa disingkat ROHIS, mengikuti pola ini sebagai salah satu aktivitas positif di bulan Ramadhan, selain pesantren kilat di sekolah.

Praktek berbagi kebaikan yang menjadi substansi dari kegiatan sotr tersebut diatas, berbeda bentuk antara dulu dan sekarang. Pada zaman dahulu dimana sebaran masyarakat belum seluas sekarang, maka praktek berbagi rezeki, makanan berbuka puasa, atau makanan sahur, terjadi dalam zona dan lokasi yang kecil dan tidak menggunakan kendaraan. Masyarakat antar tetangga atau lintas kelurahan antar keluarga saling berbagi untuk mengapresiasi dan menselebrasi kegembiraan beribadah puasa. Seiring berkembangnya kota dan kemajuan teknologi, maka wilayah dan zona berbagi menjadi bertambah luas dan melampaui batas-batas tetangga kampung atau kelurahan. Melalui teknologi informasi, maka sebaran ajakan untuk berkumpul dan mengkordinasikan kegiatan, dan memilih sasaran lokasi juga menjadi lebih mudah.

Karena timing kegiatan yang dilakuian pada saat malam (dini hari), maka ada saja masalah yang mengintai. Geng motor (misalnya) adalah salah satu kelompok yang juga melakukan aktivitas pada malam hari, dan peluang perjumpaan kedua kelompok ini menjadi besar. Kedua kelompok ini mempunyai perbedaan. Kalau kelompok sotr memiliki misi dan tujuan kemanusiaan dan keagamaan yang jelas, maka kelompok yang lain, tidak memiliki tujuan dan sasaran yang jelas.

Kelompok geng motor, secara umum dikenal masyarakat sebagai kelompok yang menakutkan karena sering balapan di jalan raya, mengkonsumsi minuman keras, dan bahkan narkoba. Kelompok geng motor yang selalu beraktivitas malam, terbukti banyak menimbulkan keresahan dan mengganggu keamanan dan kenyamanan masyarakat. Beberapa korban kriminalitas dari kelompok ini sudah sering diberitakan oleh media massa.

Perjumpaan kedua kelompok ini susah dikontrol, karena terjadi pada malam hari dan melibatkan kelompok dengan jumlah anggota yang banyak. Salah satu kasus yang dilaporkan, terjadi pada Ramadhan tahun lalu (1437H) bertepatan dengan bulan Juni 2016, di kota Bogor. Di media (koran), kasus ini dilaporkan sebagai kasus tawuran pelajar yang terjadi pada waktu sahur. Kasus ini sangat ramai diberitakan oleh media televisi dan koran lokal, karena terjadi pada bulan suci ramadhan, dan pada waktu sahur. Karena mengambil topik ‘tawuran pelajar di bulan ramadhan’, maka kasus tersebut menimbulkan keprihatinan yang mendalam pada berbagai stakeholder pendidikan.

Tidak bisa dihindari, guru dan tokoh agama menjadi sorotan utama, dan ikut disalahkan. Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, Balitbang Kementerian Agama RI, mengamati dan mengkaji secara serius kejadian tersebut.

Sekedar kilas balik kasus tahun lalu (Ramadhan 1437 H), kejadian yang umum diberitakan sebagai (so called) ‘tawuran pelajar’ berawal dari kegiatan SOTR yang diselengarakan OSIS beberapa sekolah yang sudah merupakan kegiatan rutin pada beberapa tahun terakhir di bulan Ramadhan yang dilakukan oleh pelajar di kota Bogor.

Biasanya, pada acara sahur on the road para peserta yang berasal dari OSIS atau ROHIS, turun ke jalan untuk membagi-bagikan makanan sahur kepada masyarakat miskin di jalan ataupun di masjid. Tetapi pada kasus tersebut, beberapa remaja yang merupakan teman siswa yang juga aktif sebagai anggota Geng Motor, ikut dalam rombongan tersebut. Bergabungnya beberapa anggota geng motor dalam kegiatan SOTR ini menjadi awal dari masalah, dimana kelompok sotr terbawa atau terjebak pada kasus permusuhan  antar geng dimana anggotanya ikut dalam kelompok sotr.

Pertemuan antar kelompok pelajar pada suatu sekolah dengan sekolah lain dalam menyelenggarakan SOTR, juga memicu masalah latent tawuran antar sekolah yang sudah menjadi masalah akut di kota Bogor. 

Kejadiannya, menjadi lepas kontrol. Pengurus dan penginisiatif kegiatan tidak bisa mengawasi dan mengontrol peserta SOTR. Dari pihak sekolah tidak ada guru yang ikut dan mengatur acaranya. Dari segi peserta, masuk pihak pihak di luar sekolah, yakni Geng Motor di sekitar kota Bogor, kabupaten Bogor dan Depok. Masalah latent tawuran pelajar antar sekolah juga menjadi tersulut, dimana setiap geng sekolah yang mengganggap sekolah lainnya sebagai lawan (rival) yang harus dipermalukan, atau dikalahkan. Akibatnya, maka acara tersebut menjadi negatif. Warna ibadah sahurnya menjadi hilang.

Kasusnya menjadi jelas dan terselesaikan setelah tim gabungan Polresta Bogor dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), melakukan operasi ‘Cipta Kondisi’ pada tanggal 23 sampai dengan 26 Juni 2016 (bertepatan dengan minggu akhir Ramadhan 1437 H). Hasilnya adalah ditemukan beberapa kelompok remaja yang berkumpul dan membawa senjata tajam. Pada saat itu tertangkap sebanyak 321 orang remaja, yang merupakan anggota dari geng motor di kota Bogor, dan Depok. Dari jumlah tersebut terdapat 100an orang beridentitas sebagai pelajar. Mereka berasal dari belasan sekolah di kota Bogor. Dan ketika ditanya keterlibatannya, mereka menyatakan bahwa izin kepada orang tua untuk mengikuti acara sekolah SOTR. Mereka sesunguhnya membohongi orang tua untuk keluar rumah dan mengikuti acara kumpul-kumpul dengan geng mereka (clique). Komunikasi dan kordinasi antara sekolah dengan pihak orang tua siswa sangat lemah, disamping pengawasan orang tua yang sangat minim.

Para remaja dan pelajar yang terlibat ‘Geng Motor’ diamankan di Mapolresta Bogor. Mereka dibina dengan pendekatan persuasif. Orang tua mereka dipanggil menghadap dan diminta untuk menandatangani pernyataan kesanggupan untuk membina anak-anak mereka. Menyusul peristiwa tersebut, Walikota dan Dinas Pendidikan kota Bogor mengeluarkan melarang pelaksanaan kegiatan SOTR. Beberapa sekolah menindaklanjuti larangan Dinas pendidikan dengan melarang siswanya untuk mengadakan acara SOTR. Faktanya, meski dilarang, beberapa siswa masih memanfaatkan moment tersebut untuk tetap ikut turun ke jalan melakukan sahur on the road.

Belajar dari kasus Bogor tahun lalu (Ramadhan 1437 H), maka pelajar dan remaja yang mau melakukan amal berbagi kebaikan melalui kegiatan sahur on the road agar mewaspadai masuk dan terlibatnya pihak Geng Motor dalam barisan konvoi SOTR. Pimpinan rombongan SOTR harus berkordinasi dengan pihak keamanan, untuk menghindari hal-hal yang tidak sejalan dengan niat berbagi kebaikan. Guru agama harus memberikan arahan yang jelas, dan jika memungkinkan sebaiknya ikut serta dalam kegiatan SOTR tersebut, untuk mengawal siswanya.

Selain aspek keamanan dan ketertiban sosial, aspek kebersihan juga menjadi hal penting yang harus dijaga. Para petugas kebersihan sering merasakan adanya tambahan pekerjaan untuk membersihkan sisa-sisa bungkus makanan atau  sampah makanan setelah acara SOTR.  Tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pimpinan rombongan harus mendidik jamaah dan anggotanya agar memperhatikan aspek kebersihan lingkungan pada saat melakukan SOTR. Semboyan ‘Kebersihan sebagain dari Iman’ yang merupakan pesan (Sabda) Baginda Rasulullah Muhammad SAW, harus diimplementasikan pada saat melaksanakan SOTR. Tidak tenggelam pada kegembiraan menikmati alam bebas sambil berbagi dan menikmati sahur di jalan. Acara sahur on the road menjadi sarana mendidik diri dan umat, untuk juga menjaga ketertiban dan kebersihan selain substansi berbagi kebaikan di bulan Mubarak. []

 

Hayadin/diad

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI