Apa Saja Tantangan Dosen Pemula Saat ini? Berikut Penjelasannya

24 Agt 2023
Apa Saja Tantangan Dosen Pemula Saat ini? Berikut Penjelasannya
Kaban Suyitno pada pada kegiatan Short Course PKDP kerja sama Perguruan Tinggi Keagamaan, Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, dan Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan PTP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, di Jakarta, Rabu (23/8/2023).

Jakarta (Balitbang Diklat)---Kepala Badan (Kaban) Litbang dan Diklat Kementerian Agama Prof. Suyitno mengatakan perkembangan pembelajaran sekarang sudah begitu masif dan kompleks. Kalau tahun 80-an kuliah cukup dengan diktat. Hari ini, mahasiswa kita tidak bisa lagi kita dikte seperti itu.

“Dulu, sumber belajar dengan lecture center dan teacher center. Kini sudah bergeser luar biasa, dulu dosen itu sebagai sumber belajar, sumber informasi, sumber mata kuliah,” ungkap Kaban, di Jakarta, Rabu,( 23/8/2023).

“Belakangan, apa yang menjadi sumber mata kuliah sekarang sudah bersumber dari Google dan internet dan juga sudah bergeser ke teknologi Artificial Intelligence (AI),” ungkapnya di hadapan puluhan dosen pemula, pada kegiatan Peningkatan Kompetensi Dosen Pemula (PKDP), kerja sama Perguruan Tinggi Keagamaan, Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, dan Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan PTP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Menurut Kaban, dengan masuknya AI ke dunia pendidikan, pengayaan metode perkuliahan sudah harus mengadaptasi teknologi. Jadi, tantangan pertam bagi dosen ialah adaptif dengan teknologi, suatu tantangan dosen yang belum semua dosen bisa melakukan pembelajaranya dengan baik, juga kemampuan soft skill yang dibutuhkan.

“Tahun 2025, profiling mahasiswa, harus memiliki top 10 skill. Terutama critical thinking, yang mesti dimiliki oleh siapa pun tanpa melihat Prodi apa pun. Critical thinking ini tidak bisa dibaca oleh teknologi AI,” ujar Guru Besar UIN Raden Fatah Palembang ini.

Dikatakan kaban, tantangan yang sebenarnya adalah menginsersi dan memperkaya materi untuk para mahasiswa dengan materi critical thinking supaya mereka punya soft skill.

“Tantangan yang kedua, pentingnya kolaborasi, terutama collaborative teaching. Saat ini eranya kolaborasi, collaborative teaching, collaborative research, dan kolaboratif pengabdian kepada masyarakat,” ungkap Kaban.

Kolaboratif dimaksud Kaban, dengan para expert-nya merupakan cara yang paling simpel untuk menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Di sini menurutnya pentingnya berjejaring dan membangun kemitraan.

Tantangan yang ketiga, lanjut Kaban, karena tugas dosen itu adalah Tri Dharma, bisakah Tri Dharma itu dijadikan one in three, dan three in one, satu dalam tiga dan tiga dalam satu. “Selama ini para dosen memisahkan antara pendidikan-pengajaran satu hal, penelitian hal lain, dan pengabdian masyarakat hal lainnya. Lalu, isu risetnya harus isu riset problematis yang dihadapi bukan mahasiswa, tetapi dunia pendidikan pada umumny;  lalu dijawab oleh riset,” pungkas Kaban. (Barjah/bas/sri)

Penulis: Barjah
Editor: Abas/Sri Hendriani
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI