Arsip Ibarat Senjata Arsiparis di Dunia Perkantoran, Harus Dipelihara
Bogor (Balitbang Diklat)---Kepala Badan (Kaban) Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Prof Amien Suyitno mengatakan, dalam sebuah riset disebut bahwa di dunia perkantoran, arsip ibarat senjata. Ya, arsip merupakan senjata bagi tentara bernama ASN. Jika tentara tidak memiliki senjata, artinya ia bunuh diri.
“Memiliki senjata saja tidak menjamin bisa bertahan hidup, apalagi tanpa senjata,” kata Kaban saat memberi arahan sekaligus membuka secara resmi kegiatan Peningkatan Kemampuan Jabatan Fungsional Arsiparis Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Tahun 2023, di Bogor, Jawa Barat, Senin (5/6/2023) malam.
Menurut Kaban Suyitno, pengibaratan lain misalnya ibarat petani tanpa benih. Dengan kata lain, petani tanpa benih tentu tidak bisa menanam atau mengembangkan potensi pertanian.
“Ini sebuah gambaran yang sangat filosofis. Betapa pentingnya eksistensi sebuah kearsipan. Mestinya di era sekarang yang serba digital dan digitalisasi kita sebenarnya tidak terlalu banyak ruangan. Apalagi sudah model digital file,” ujarnya.
Guru Besar UIN Raden Fatah Palembang ini menyatakan bahwa problem kita terkait arsip atau dokumen yang lama itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Meski demikian, harus tetap diprioritaskan.
“Menurut saya itu juga harus dipikirkan. Kalau kita tidak sesegera mungkin melakukan itu tentu bakal ketinggalan. Jika para arsiparis memiliki visi-misi yang sama terkait digitalisasi kearsipan tentu luar biasa,” tuturnya.
Terkait keinginan menggunakan beberapa ruangan di LPMQ yang berada di kompleks Taman Mini Indonesia Indah (TMII) untuk ruang kearsipan, Kaban mempersilakan.
“Saya kira begini, LPMQ aja kita serahkan, apalagi hanya untuk kepentingan kearsipan, monggo silakan,” tegas Kaban disambut tepuk tangan hadirin.
Jika dokumen tidak terjaga, bisa bahaya. Jadi, arsip bisa menyelamatkan kehidupan. Jadi, bukan hanya sejarah yang bisa terselamatkan. Tapi, untuk penyelamatan lembaga dan semua ASN.
Kaban meminta ASN Balitbang Diklat Kemenag agar memiliki lebar telinga dalam arti mendengar jeritan publik dan lebar mata atau observasi terhadap sejumlah persoalan di masyarakat.
“Itulah yang saya maksud dengan satu gerbong Kemenag yang terhubung satu sama lain di bawah masinis yang satu, yaitu GusMen,” tandas mantan Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Ditjen Pendis ini.
Kaban menambahkan bahwa arsiparis merupakan jabatan fungsional yang besar. Untuk seluruh Kemenag, terdapat 1147 arsiparis. Sementara Balitbang Diklat sendiri mulai pusat hingga di balai-balai mempunyai 157 arsiparis.
“Ini hampir menyaingi formasi guru dan dosen. Jadi, fungsional paling banyak adalah guru, lalu dosen. Sementara widyaiswara kita di Pusdikat dan Balai Diklat tidak sampai 1000 orang,” ungkapnya.
“Tentu kita harus bersyukur. Apalagi ini berpotensi ditambah lagi. Padahal beberapa fungsional tertentu yang masih sangat dibutuhkan kadang nggak mendapat ruang,” sambung Kaban.
Agenda ini dijadwalkan selama tiga hari, Senin-Rabu, 5-7 Juni 2023 di LORIN Sentul Hotel Kawasan Sirkuit Sentul Internasional Exit Toll Sirkuit Sentul, Jl. Tol Jagorawi Km 32, Sentul, Kec Babakan Madang, Kab Bogor, Jabar. (Ova/bas/sri)